Berita Internasional

WHO Serukan Internasional Bantu Penganan Korban Gempa Turkiye dan Suriah

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres telah menyerukan tanggapan internasional terhadap bencana tersebut, dengan mengatakan banyak korban yang sang

Editor: m nur huda
Kompas.com/Istimewa
Pemandangan dari udara ini menunjukkan penduduk yang dibantu oleh buldoser, mencari korban dan penyintas di puing-puing bangunan yang runtuh, menyusul gempa bumi di kota Sarmada di pedesaan provinsi Idlib Suriah barat laut, pada 6 Februari 2023 dini hari. Hempa berkekuatan besar melanda Turkiye dan Suriah pada 6 Februari, menewaskan ribuan orang saat mereka tidur, meratakan bangunan, dan mengirimkan getaran yang dirasakan hingga pulau Siprus dan Mesir.(AFP/MUHAMMAD HAJ KADOUR) 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jumlah korban meninggal akibat gempa bumi di Turkiye dan Suriah dapat meningkat lebih dari delapan kali lipat.

“Kami selalu melihat hal yang sama dengan gempa bumi, sayangnya, laporan awal jumlah orang yang meninggal atau terluka akan meningkat cukup signifikan pada hari berikutnya,” kata Catherine Smallwood, pejabat darurat senior WHO untuk Eropa.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres telah menyerukan tanggapan internasional terhadap bencana tersebut, dengan mengatakan banyak korban yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan terutama di daerah-daerah yang sulit terakses bantuan.

Menanggapi pernyataan sekjen PBB, beberapa negara di Eropa langsung bergerak cepat mengirimkan bantuan ke Turkiye.

Uni Eropa mengirimkan tim pencarian dan penyelamatan ke Turkiye, sementara tim penyelamat dari Belanda dan Rumania sudah dalam perjalanan. Inggris mengatakan akan mengirim 76 dokter spesialis, peralatan, dan anjing pelacak.

Kemudian, Prancis, Jerman, Israel, dan AS juga telah berjanji untuk membantu. Presiden Rusia Vladimir Putin telah menawarkan bantuan kepada Turki dan Suriah, seperti halnya Iran.

Terlepas dari itu, Turkiye merupakan salah satu negara yang berada di zona rawan terhadap bencana gempa bumi. Pada 1999, gempa dahsyat yang berpusat di barat laut Turki menewaskan lebih dari 17.000 orang. Tak hanya itu, gempa bumi terburuk juga telah mengguncang negara itu pada 1939, ketika 33.000 orang meninggal di provinsi Erzincan timur Turkiye.

10 WNI Luka

Di sisi lain, seorang WNI di Turkiye, Winda menceritakan detik-detik saat gempa bumi magnitudo 7,8 dan gempa susulan melanda Turkiye dan Suriah, Senin (6/2) pagi waktu setempat.Diketahui sebelumnya gempa bumi yang terjadi itu telah menewaskan ribuan jiwa.

Laporan Selasa (7/2) korban tewas sudah mencapai 4000 orang lebih. Sementara sisanya mengalami luka baik ringan maupun serius. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat, terdapat 10 warga negara Indonesia (WNI) yang mengalami luka-luka gempa bumi bermagnitudo 7,8 di selatan Turkiye, Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, Osmaniye.

Juru bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengatakan, enam WNI di antaranya sedang dievakuasi, dan empat di antaranya sudah menjalani perawatan medis. "Enam yang dievakuasi, empat (sudah) menjalani perawatan," ujar Teuku saat jumpa pers virtual.

Kesaksian Warga Negara Indonesia ( WNI), Winda Trimelia Utami yang tinggal di Provinsi Adana, Turkiye, menceritakan detik-detik terjadinya gempa magnitudo 7,8 melanda wilayah tersebut. Winda mengatakan dirinya tinggal di asrama yang berada dalam bangunan lima lantai.

Menurut Winda, getaran keras gempa terasa di sepuluh provinsi di dekat pusat gempa, termasuk di tempatnya tinggal. Saat terjadi gempa, Winda menjelaskan, dirinya sedang tidur karena saat itu masih pagi. Pada waktu itu, ia sempat tak bisa keluar dari ruangan.

“(Getarannya) sangat terasa sekitar dua sampai tiga menit kami menunggu di dalam ruangan, di bawah meja, tidak bisa keluar, karena guncangannya sangat besar,” kata Winda.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved