Berita Semarang
Kasus Diabetes Anak di Kota Semarang Naik 102 Kasus Pada 2022, Begini Langkah Pencegahannya
Kasus diabetes melitus pada anak di Kota Semarang mengalami peningkatan dari semula 242 kasus pada 2021 naik 102 kasus menjadi 344 pada 2022.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: raka f pujangga
Begitu pula jumlah kasus diabetes yang tidak bergantung suntikan insulin juga naik.
Baca juga: DUH, Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat! Menkes Minta Jangan Banyak Makan yang Manis-manis
Dari semula 242 pada 2021 naik 102 kasus atau sekitar 42 persen menjadi 344 kasus pada 2022.
"Usia 0 -12 tahun, laki-laki 23 anak, perempuan 24 anak. Usia 13 - 18 tahun, laki-laki 127 anak dan perempuan 170 anak," rincinya.
Hakam memaparkan, Dinkes terus berupaya menurunkan kasus diabetes pada anak dengan beberapa program antara lain deteksi dini diabetes, skrining ke sekolah-sekolah, dan pemberian edukasi kepada dokter kecil.
"Kader-kader kecil atau dokter kecil kami beri pengetahuan agar bisa mengedukasi sesama siswa di sekolah," jelasnya.
Selain itu, lanjut Hakam, Dinkes juga memberikan pelatihan kader kesehatan remaja.
Ada pula pembentukan pos pembinaan terpadu (posbidu) atau posyandu remaja (posrem).
Posbindu ini menyasar usia remaja 15 - 18 tahun.
Ada dua hal besar yang ditekankan dalam edukasi yaitu pola makan yang sehat dan aktivitas fisik dilakukan setiap hari.
"Harapannya, ini bisa diikuti setiap bulan, bisa deteksi dini agar diketahui lebih awal. Kata kuncinya adalah tidak mengurangi makan tapi memilih makanan yang tepat," tandasnya.
Menurut Hakam, kebutuhan kalori setiap anak memang berbeda.
Kebutuhan kalori berhubungan dengan berat badan dan aktivitas fisik.
Dua hal itu yang membedakan kebutuhan kalori setiap orang.
"Misal, satu orang dibutuhkan 1.900 kalori. Ini harus dibagi, berapa lemak, mineral, vitamin, dan lainnya. Itu dinamakan gizi seimbang," paparnya.
Baca juga: Catat! Ini 5 Kategori Orang yang Mudah Terkena Penyakit Diabetes
Menurutnya, anak-anak normal tidak perlu diberi protein hewani setiap hari namun hanya perlu beberapa kali dalam sepekan.
Berbeda dengan anak stunting atau gizi buruk yang memerlukan protein hewani lebih banyak.
"Jadi, yang harus diperhatikan adalah gizi yang seimbang. Jangan senang jika anak diam, main HP, cemal-cemil makanan yang tidak sehat," tegasnya. (eyf)
Viral! KIW Edge Semarang, Kini Jadi Tempat Nongkrong Favorit Pencinta Sunset |
![]() |
---|
PSIS Semarang Tundukkan PPSM Magelang Lewat Gol Tunggal Dandi Maulana |
![]() |
---|
Peringatan HUT ke-80 RI di Semarang: Lomba 'Trenggiling' dan 'Pecah Air' Jadi Ajang Seru Anak-anak! |
![]() |
---|
Amnesti Hasto dan Abolisi Tom Lembong Melemahkan Hukum, Pakar Unnes: 'Bisa Jadi Impunitas Politik' |
![]() |
---|
Festival Layang-Layang Internasional di Kota Semarang Bakal Digelar, Catat Tanggalnya! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.