Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Nita Terima Tantangan Sebagai Produser Akademis Si Warik

Nita Virena Nathania, B.Des. (Hons)., MBA., menuntaskan tanggung jawabnya sebagai produser untuk animasi karya Program Studi (Prodi) Animasi

Penulis: amanda rizqyana | Editor: Catur waskito Edy
amanda rizqyana
Nita dan Animasi si Warik 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Nita Virena Nathania, B.Des. (Hons)., MBA., menuntaskan tanggung jawabnya sebagai produser untuk animasi karya Program Studi (Prodi) Animasi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang pada Rabu (15/2/2023).

Animasi berdurasi 18 menit tersebut berhasil tayang di layar Bioskop XXI Tentrem Mall Semarang untuk dinikmati dan disaksikan oleh sejumlah tamu undangan yang hadir, seperti Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso, Kepala Balai Besar Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Seni dan Budaya Dr. Dra. Sarjilah, M. Pd., Kepala Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Tengah Darmadi, S.Pd., M.Pd., Kepala Bidang Balai Besar Guru Penggerak Provinsi Jawa Tengah Wiwik Akhirul Aeni, M.Kom., Direktur Indonesiana TV Heni Wiradimaja.

Acara dibuka oleh Rektor Udinus, Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom., dan Ketua Yayasan Dian Nuswantoro Tri Rustanti Noersasongko, S.E., M.M.

Ia menerima tantangan sebagai produser akademis untuk proyek Si Warik.

Nita akui, tantangan sebagai produser akademis berbeda sebagai produser profesional.

"Produser profesional tentu bekerja dengan tim profesional yang harus memahami tugas dan kewajibannya, namun produser akademis ini memiliki tanggung jawab yang lebih luas,” terangnya.
Tak hanya bertanggung jawab dalam proses produksi Si Warik, Nita juga bertanggung jawab pada fisik dan mental tim yang ia pimpin.

Tim produksi Si Warik merupakan mahasiswa di mana merupakan remaja.

Problematika klasik mereka tentu saja khas dengan problematika remaja yang tengah belajar dan mencari jati diri.

Ditambah secara fisik mereka pun mengalami fase kelelahan atau sakit yang mempengaruhi proses produksi.

Ia tidak bisa menuntut tim bekerja secara profesional penuh, meskipun ia ingin menyiapkan talenta yang dapat terjun dan beradaptasi dengan dunia industri.

"Mereka tentu masih harus banyak belajar untuk bisa menjadi profesional, dan dengan adanya Dandin (Diploma Empat Animasi Dian Nuswantoro, red) Studio, bisa menggembleng mereka menjadi tenaga yang siap menghadapi tantangan di masa depan," harapnya.

Proses panjang Si Warik sejak beberapa tahun lalu telah melalui berbagai proses perbaikan.
Sebagai bentuk komitmen, dihadirkan evaluasi dari pihak industri untuk menilai kualitas dan kelayakan Si Warik untuk diterima publik sebagai Intellectual Property (IP).

Pihaknya bahkan menerima tantangan menayangkan Si Warik di layar lebar dan dihadiri Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim beberapa tahun lalu.

Bahkan ia pun mencoba memproduksi audio kelas Dolby Surround untuk memberi pengalaman menikmati film pertama Si Warik bagi pemirsa.

Dukungan untuk penyebarluasan dan produksi Si Warik mendapat dukungan penuh dari Rektor Udinus, Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom., yang ingin agar dilakukan tur keliling berbagai kota untuk memperkenalkan animasi karya mahasiswa ini.
"Proses belajar ini kami membuka banyak masukan dan perbaikan Si Warik, sehingga ke depannya Si Warik bisa dengan mudah diterima publik," tambah Nita.

Berbincang tentang tokoh Si Warik yang merupakan penjelmaan dari Warak Ngendog, makhluk rekaan dengan kepala naga, tubuh unta, dan empat kaki kambing.

Sosok yang familiar saat Dugderan atau menjelang Bulan Ramadan di Kota Semarang ini dikembangkan sebagai sosok bocah.

Bukan tanpa alasan pemilihan sosok Si Warik menjadi bocah dengan karakter petualang.

Sebelumnya pihaknya sempat menciptakan sosok Si Warik sesuai dengan bentuk Warak Ngendog yang bisa berbicara, dan ternyata secara visual tampilan tersebut dirasa seram dan menakutkan anak-anak.

Setelah melalui berbagai macam perbaikan, diperkenalkanlah bocah lelaki dengan helm mulut naga bernama Si Warik, bocah perempuan berkacamata bernama Dian, dan kawan bermain berbentuk sebutir telur bernama Endog.

"Isi dari cerita Si Warik ialah memperkenalkan hal-hal di sekitar kita sebagai misi edukasi. Memperkenalkan unsur budaya dari hal sehari-hari yang familiar di Semarang namun tetap menarik untuk anak-anak," jelas Nita.

Secara visual, Si Warik merupakan animasi hibrida antara obyek sesungguhnya dengan tambahan imajinasi.

Selain itu menambahkan unsur budaya lokal Semarang tak hanya secara visual dari bentuk bangunan maupun tokoh-tokoh yang ditampilkan, tapi juga dalam dialek para tokoh.

Adapun nilai moral dari Si Warik ialah mewakili perbedaan gender dengan karakter yang energik, bijaksana, dan eksploratif.

Nita optimis, dengan keahlian yang dimiliki mahasiswa maupun siswa animasi saat ini dan perkembangan dunia digital, animasi di Indonesia akan berkembang di masa yang akan datang.

"Meskipun baru mulai, belum berlari, tapi kita tidak mundur. Semangat dan perjuangan masih akan terus ada," ujarnya optimis.

Ia pun berharap, di masa yang akan datang, talenta kreatif di Indonesia tak hanya bisa memproduksi animasi, namun juga bisa mengembangkan IP. (arh)

Baca juga: Pencarian Warga Karanganyar Yang Diduga Tertimbun Longsor, Tim SAR Gabungan Temukan Tanda-tanda Baru

Baca juga: Siswi SMP Dirudapaksa 2 Remaja, Diancam dengan Parang di Leher agar Tidak Buka Mulut

Baca juga: Pembangunan Jembatan Kaca Kemuning Sky Hills Karanganyar Akan Diperpanjang Menjadi 120-an Meter

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved