Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pemilu 2024

Cerita Warga Semarang Pawai Kampanye Pilpres 1992, Abdullah : Massa Merah dan Kuning Tak Pernah Akur

Pemilu pada 1992 di Kota Semarang menyimpan banyak cerita. Saat itu hingar bingar pesta demokrasi sangat dirasa masyarakat.

Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
budi susanto
Ilustrasi bendera Partai PDIP dan Partai Golkar (bud). 

"Saya ikut kampanye PDI saat itu. Saat bertemu langsung bentrok, baku hantam antar massa," katanya.

Meski demikian, tidak ada korban meninggal dalam peristiwa tersebut.

Antok mengatakan, massa juga tak ada yang membawa senjata tajam.

Dari peristiwa itu, ia menderita luka lebam di mata kanan.

"Tak hanya saya, rekam lainya juga banyak yang mengalami luka," terangnya.

Antok mengatakan di era 1990 an, massa PDI dan Golkar memang sering bertentangan.

Pasalnya bentrok antar pendukung tak hanya sekali terjadi saat dilaksanakan pawai.

Diakuinya, kampanye di era 90 an ditunggu oleh anak muda yang memiliki sepeda motor.

Karena saat itu partai memberikan Rp 10 ribu untuk membeli bahan bakar kendaraan.

"Padahal saat itu harga bensin masih Rp 550 perliter, jadi bisa beli hampir 20 liter," katanya.

Selain Antok, Abdullah (48) warga Tembalang juga mengingat kampanye yang ia ikuti pada 1992.

Abdullah acapkali mengikuti kampanye Partai Golkar bersama rekan-rekannya.

Sebelum mengikuti kampanye, ia juga melepas knalpot sepeda motor.

"Geber-geber kalau pakai sepeda motor, saat kampanye zaman dulu sudah lumrah," katanya Abdullah.

Ia juga membenarkan, kalau massa PDI dan Golkar di era 90 an tak pernah sejalan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved