Pemilu 2024
Cerita Warga Semarang Pawai Kampanye Pilpres 1992, Abdullah : Massa Merah dan Kuning Tak Pernah Akur
Pemilu pada 1992 di Kota Semarang menyimpan banyak cerita. Saat itu hingar bingar pesta demokrasi sangat dirasa masyarakat.
Penulis: budi susanto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemilu pada 1992 di Kota Semarang menyimpan banyak cerita.
Saat itu hingar bingar pesta demokrasi sangat dirasa masyarakat.
Khusunya saat kampanye Pilpres sebelum dilaksanakan pemungutan suara pada 9 Juni 1992.
Bahkan detail peristiwa kampanye masih diingat oleh masyarakat yang mengikutinya.
Antok (52) warga Semarang Barat satu di antaranya.
Ia menceritakan, massa kampanye pada 1992 sangat banyak.
Bahkan Jalan Tol Semarang saat itu jadi ajang kampanye oleh massa.
"Massa menggunakan truk masuk ke jalan tol dan berkeliling Kota Semarang," paparnya, Sabtu (25/3/2023).
Dikatakannya, kala itu hanya ada tiga partai.
Selain Partau Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Golongan Karya atau Partai Golkar.
Selain banyak massa yang mengikuti kampanye, ia menyebutkan dalam pawai acapkali terjadi bentrokan massa.
"Yang membekas adalah bentrokan antara massa PDI dan Golkar di Jatingaleh," terangnya.
Lebih detail ia menuturkan, massa PDI usai melakukan pawai di dalam jalan tol.
Setelah keluar di pintu keluar tol yang ada di Jatingaleh, masaa PDI bertemu massa Golkar.
Massa dari Partai Golkar kala itu juga melakukan pawai keliling Kota Semarang.
"Saya ikut kampanye PDI saat itu. Saat bertemu langsung bentrok, baku hantam antar massa," katanya.
Meski demikian, tidak ada korban meninggal dalam peristiwa tersebut.
Antok mengatakan, massa juga tak ada yang membawa senjata tajam.
Dari peristiwa itu, ia menderita luka lebam di mata kanan.
"Tak hanya saya, rekam lainya juga banyak yang mengalami luka," terangnya.
Antok mengatakan di era 1990 an, massa PDI dan Golkar memang sering bertentangan.
Pasalnya bentrok antar pendukung tak hanya sekali terjadi saat dilaksanakan pawai.
Diakuinya, kampanye di era 90 an ditunggu oleh anak muda yang memiliki sepeda motor.
Karena saat itu partai memberikan Rp 10 ribu untuk membeli bahan bakar kendaraan.
"Padahal saat itu harga bensin masih Rp 550 perliter, jadi bisa beli hampir 20 liter," katanya.
Selain Antok, Abdullah (48) warga Tembalang juga mengingat kampanye yang ia ikuti pada 1992.
Abdullah acapkali mengikuti kampanye Partai Golkar bersama rekan-rekannya.
Sebelum mengikuti kampanye, ia juga melepas knalpot sepeda motor.
"Geber-geber kalau pakai sepeda motor, saat kampanye zaman dulu sudah lumrah," katanya Abdullah.
Ia juga membenarkan, kalau massa PDI dan Golkar di era 90 an tak pernah sejalan.
Jika massa bertemu saa pawai, dipastikan terjadi bentrok.
"Yang tidak pernah bentrok saat itu ya PPP, entah kenapa. Tapi kalau merah dan kuning bertemu pasti rusuh," imbuhnya.
Baca juga: Polres Banjarnegara Gagalkan Rencana Tawuran Dua Kelompok Pelajar, 16 Orang Diamankan
Baca juga: Polsek Karangmoncol Purbalingga Sita Puluhan Liter Tuak di Kios Dekat Jembatan Merah
Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah: Sinergi Pemerintah dan Muhammadiyah Hadapi Perubahan Zaman
Baca juga: MAU TAHU! Trik Jambret Semarang saat Beraksi , Sasar Pemotor Main Handphone
Membaca Ulang Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2024: Antara Antusiasme Elektoral dan Kejenuhan |
![]() |
---|
Inilah Sosok Rizqi Iskandar Muda Anggota DPRD Jawa Tengah Termuda Asal Batang, Dilantik Bareng Ayah |
![]() |
---|
Kisah Happy Franz Haloho, Dilantik Jadi Anggota DPRD 2024-2029 Meski Hanya Modal 94 Suara |
![]() |
---|
2 Caleg PDIP Ancam Kepung Gedung DPRD Karanganyar, Jika Tak Dilantik Sebagai Wakil Rakyat |
![]() |
---|
Komeng Raih 5.399.699 Suara, Ternyata Tak Otomatis Jadi Ketua DPD, Justru Malah Nama Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.