Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Cerita Sriyono Dirikan Sanggar Pinggir Lepen, Abdikan Hidup Lestarikan Budaya di Banyumas

Sanggar tersebut ia katakan, menjadi area terbuka bagi siapapun yang ingin bermain gamelan

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Istimewa
Sriyono, saat ditemui Tribunbanyumas.com di Sanggar Pinggir Lepen miliknya di Kelurahan Kober, Purwokerto Barat, Senin (8/5/2023). 

Hanya ada di Semarang dan Surabaya yang dekat pelabuhan. 

Orang tua saya saat itu tidak mampu menyekolahkan di luar kota. 

Saya diarahkan paman, didaftarkan konservatori karawitan Indonesia Surakarta," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Senin (8/5/2023). 

Kemudian tahun 1979 ia hendak mengikuti ujian sarjana muda. 

Ia mengatakan saat itu UNS membuka class program, guru kesenian yang akan ditempatkan di seluruh wilayah Jawa Tengah. 

"Syaratnya D3 satu tahun. Karena disitu yang diterima sarjana muda seni, atau mahasiswa yang punya nilai kredit 120.

Saya masuk kesitu karena ada jaminan. Kalau lulus langsung menjadi CPNS dan langsung ditempatkan di seluruh SMA di wilayah Jawa Tengah," ujarnya.

Sriyono, saat melatih anak-anak SD belajar gamelan di Sanggar Pinggir Lepen miliknya beberapa waktu lalu, Senin (8/5/2023).
Sriyono, saat melatih anak-anak SD belajar gamelan di Sanggar Pinggir Lepen miliknya beberapa waktu lalu, Senin (8/5/2023). (TribunJateng.com/Permata Putra Sejati)

Sriyono merampungkan pendidikannya pada tahun 1980. 

Kemudian menunggu proses lebih kurang satu tahun. 

Tahun 1982 SK turun, saat itu dipanggil kantor Dinas Kebudayakan Provinsi, dan menerima SK mengajar di SMAN 1 Purwokerto. 

Ia mengatakan anak-anak setelah mengenal karawitan dan budaya etika sopan santunnya berbeda.

"Saya tekankan kepada etika dan estetika saat mengajar. Cara menghargai gamelan seperti apa. 

Saya tanamkan kepada anak didik.  Jangan melangkahi, jangan duduk di gamelan," jelasnya. 

Ia menegaskan bukan berarti gamelan itu sakti.

Gamelan adalah hasil budi daya nenek moyang, yang cara menemukan melalui proses panjang jadi harus dihargai. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved