OPINI
OPINI Diannita Ayu Kurniasih : Pelaporan Belajar oleh Murid
KURIKULUM Merdeka jelas mengusung bahwa subjek utama pembelajaran di sekolah adalah murid. Guru sebagai fasilitator, pemandu, dan penuntun proses
Oleh: Diannita Ayu Kurniasih, MPd.
Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation
Kepala SDN 1 Kebumen, Kabupaten Kendal
KURIKULUM Merdeka jelas mengusung bahwa subjek utama pembelajaran di sekolah adalah murid. Guru sebagai fasilitator, pemandu, dan penuntun proses belajar harus dapat menyesuaikan sejauh mana kesiapan belajar murid sehingga mampu menentukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat.
Perencanaan yang disesuaikan dengan penilaian awal akan dapat menggiring proses pembelajaran sesuai dengan karakter masing-masing murid.
Selama ini, penilaian kemampuan awal masih dilakukan sepihak oleh guru di awal pembelajaran saja. Guru belum memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan proses pembelajaran yang mereka alami melalui refleksi berkelanjutan.
Asesmen sebagai bentuk evaluasi seharusnya dimaknai sebagai proses untuk memperbaiki pembelajaran yang akan datang, bukan sekadar hasil akhir sebuah pembelajaran. Namun, hal itu masih belum banyak dilakukan karena masih banyak guru yang beranggapan bahwa asesmen merupakan akhir dari sebuah proses pembelajaran.
Laporan Tidak Rinci
Selama ini pelaporan hasil belajar hanya dilakukan oleh guru saat pembagian rapor di akhir semester maupun akhir tahun ajaran. Sayangnya, pelaporan hasil belajar ini sekadar bertujuan menginformasikan bahwa murid telah mencapai capaian pembelajaran tertentu sesuai target yang diharapkan.
Guru tidak memberikan informasi secara rinci mengenai bagaimana proses murid mencapai hasil belajar tersebut. Kalaupun guru berkesempatan berdiskusi dengan orang tua, hal itu hanya dapat dinilai dari sisi guru, belum memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan kepada orang tua.
Hal ini tentu belum dapat memberikan gambaran kepada orang tua mengenai kendala maupun dukungan yang dibutuhkan murid dalam proses belajarnya. Padahal, tidak semua orang tua murid mengikuti dengan saksama bagaimana proses belajar murid di sekolah.
Mungkin saja ketika di rumah, murid tidak mengalami kendala, namun ketika di sekolah, ada beberapa kendala yang mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, orang tua mungkin akan kaget dengan hasil laporan yang disampaikan oleh guru.
Laporan hasil belajar yang hanya dilakukan searah terkadang justru menjadi perdebatan, baik antara guru dan orang tua maupun antara murid dengan orang tua mereka sendiri.
Hasil belajar yang tercantum di rapor tentunya sudah tidak bisa diperbaiki lagi karena sudah merupakan hasil final proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Murid maupun orang tua dapat kecewa ketika hasil yang tertera di rapor tidak sesuai dengan harapan, padahal mereka “merasa” sudah melakukan usaha yang maksimal.
Seharusnya, hasil belajar yang diperoleh murid merupakan proses berkelanjutan dari pembelajaran. Mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan hal apa saja yang menjadi penyemangat maupun kendala bagi mereka dalam belajar sangatlah penting.
Opini: Penghayatan Nilai-nilai dan Atribut Ketuhanan sebagai Landasan Moral Keindonesiaan |
![]() |
---|
Opini DR Muhammad Junaidi : Dilema RUU Perampasan Aset dan Cita-cita Menjadi Koruptor |
![]() |
---|
Opini R Wulandari: Menyoal Cukai atas Minuman Berpemanis |
![]() |
---|
Opini DR Edy Purwo Saputro: Indikator Membaik |
![]() |
---|
Opini Henry Casandra: Daftar Pemilih Sebagai Indikator Peningkatan Partisipasi Pemilu 2024 |
![]() |
---|