Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Lewat SLCN, Nelayan Pati Diharap Bisa Manfaatkan Informasi BMKG Sebelum Melaut

Sejumlah 100 orang peserta mengikuti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diadakan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang di Juwan

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: m nur huda
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Foto bersama seusai pembukaan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) 2023 di Pendopo Kecamatan Juwana, Pati, Sabtu (8/7/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sejumlah 100 orang peserta mengikuti Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) yang diadakan oleh Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang di Juwana, Pati.

Dari 100 peserta tersebut, 90 di antaranya merupakan nelayan lokal. Sementara, 10 lainnya merupakan perwakilan dari instansi pemerintahan.


Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Taruna Mona Rachman, dalam acara pembukaan SLCN 2023 di Pendopo Kecamatan Juwana, Sabtu (8/7/2023).


Deputi Meteorologi pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, menjelaskan bahwa SLCN digelar dengan tujuan meningkatkan pemahaman nelayan tentang informasi cuaca dan prakiraan tinggi gelombang.


"Para nelayan diharapkan bisa memanfaatkan informasi itu untuk melaut dengan aman, selamat, dan hasil tangkapannya juga meningkat," ujar dia.


Pada akhirnya, kata dia, kegiatan ini diharapkan bisa berkontribusi dalam peningkatan capaian program prioritas nasional tentang ketahanan pangan, terutama di sektor kelautan.


Dia menyebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diwaspadai para nelayan sebelum dan saat melaut.


"Pertama, tinggi gelombang yang terkadang berubah. Seperti saat ini kita tidak mengira bahwa di musim kemarau ternyata ada hujan. Saat ini posisi tinggi gelombang berada di Samudra Hindia, khususnya di selatan Pulau Jawa dan sebelah barat Sumatra," ucap dia.


Hal lain yang perlu diperhatikan, lanjut Guswanto, ialah tentang bobot dan kapasitas kapal yang dimiliki nelayan. 


"Di sana ada kapasitas GT (Gross Tonnage/Tonase Kotor) yang perlu disesuaikan. Jangan sampai saat tinggi gelombang 2,5 meter, 3 meter, atau lebih, nelayan kecil nekat melaut," jelas dia.


Nelayan kecil dengan perahu tradisional, menurut dia, masih aman untuk melaut jika tinggi gelombang di bawah 1,5 meter.


Lain halnya dengan nelayan dengan kapal ber-GT besar yang berlayar berbulan-bulan. Mereka masih bisa melaut dengan ketinggian gelombang 2,5 meter.


Kabid Perikanan Tangkap pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pati, Sujarta, menilai SLCN sangat membantu para nelayan di Pati.


"Di Pati ini nelayan kecil jumlahnya hampir 5 ribu dan nelayan besar hampir 30 ribu. Mereka sangat terbantu dengan memiliki pengetahuan, informasi, dan teknologi mengenai cuaca," jelas dia.


Menurut dia, pengetahuan yang didapat nelayan di SLCN meliputi penentuan titik penangkapan ikan.


"Jadi ada pencarian ikan di mana posisinya dia bisa langsung ke sana. Sehingga bisa menghemat bahan bakar dan waktu serta perolehan hasil ikan juga lebih baik," tandas dia. (mzk)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved