Program PINTAR
Urgensi Komunitas Belajar dalam Sekolah
Komunitas belajar dalam sekolah sangat penting dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
Oleh: Dian Marta Wijayanti, M.Pd, Kepala SDN Gajahmungkur 03 Kota Semarang dan Fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation
KOMUNITAS belajar dalam sekolah sangat penting dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Komunitas belajar dalam sekolah merupakan sekelompok pendidik dan tenaga kependidikan dalam satu sekolah yang belajar bersama-sama dan berkolaborasi secara rutin dengan tujuan yang jelas dan terukur untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik.
Tahun ini adalah tahun kedua sekolah menerapkan kurikulum merdeka secara mandiri. Di tahun ajaran kemarin, sekolah masih meraba-raba dalam merencanakan, melaksanakan, bahkan menyusun penilaian. Tahun ini memang lebih terang karena sekolah bisa belajar dari pengalaman tahun lalu. Berbekal mengikuti workshop, belajar dari modul Platform Merdeka Mengajar (PMM), dan sharing knowledge di forum Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pendidik mampu melaksanakan kurikulum paradigma baru ini.
Di dalam perjalanan Implementasi Kurikulum Merdeka jenjang SD, pendidik masih perlu banyak tuntunan. Pendidik membutuhkan sebuah wadah yang mampu menampung masukan atas masalah-masalah yang mereka alami dalam melaksanakan kurikulum merdeka. Sebenarnya, di setiap gugus sudah ada forum KKG. Namun fungsi KKG sendiri masih terbatas.

KKG lebih banyak difungsikan ketika menjelang penyusunan soal Penilaian Akhir Semester (PAS) atau awal tahun pelajaran baru. Inovasi-inovasi kegiatan dalam KKG masih sangat terbatas. Mungkin hal-hal seperti inilah yang banyak menimbulkan argumen bahwa keberadaan KKG hanya sekadar formalitas. Kegiatan yang homogen membuat pendidik kurang tertarik dengan pelaksanaan KKG di gugus.
Urgensi Komunitas Belajar
Ketertarikan pendidik dalam forum belajar sebenarnya dapat dimulai dari sekolah melalui komunitas belajar dalam sekolah. Komunitas ini menjadi salah satu strategi untuk mendukung penguatan IKM. Selain untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, komunitas ini dapat meningkatkan kolaborasi yang berkelanjutan yang berdampak pada student well-being atau lingkungan sekolah yang memberikan kenyamanan siswa sehingga siswa merasakan kepuasan berada di sekolah dan emosi positif.
Pendidik akan lebih nyaman menyampaikan permasalahan di lingkungannya sendiri. Hal ini disebabkan mereka merasa tidak canggung dan malu untuk bertanya. Bersama rekan sejawat pendidik dapat mengungkapkan tantangan yang dihadapi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. “Kenyamanan” inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa komunitas belajar dalam sekolah penting bagi pendidik.
Komunitas belajar dalam sekolah sangat penting karena dapat menjadi wadah untuk merealisasikan terjadinya kolaborasi antar pendidik. Pendidik belajar bersama dan bersepakat tentang standar umum seperti pembelajaran yang efektif, rubrik/indikator penilaian, pendidik juga bersepakat bahwa pendidikan semua peserta didik adalah tanggung jawab kolektif. Dengan adanya komunitas belajar dalam sekolah, ketimpangan kompetensi antar pendidik dapat diminimalisir, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman belajar dengan kualitas yang sama siapapun pendidiknya. Proses belajar dalam komunitas yang terjadi secara berkelanjutan akan membentuk ekosistem dan budaya belajar yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Komunitas belajar juga dapat memfasilitasi kolaborasi pendidik dalam mengembangkan perangkat ajar. Meskipun contoh perangkat ajar sudah dapat kita lihat di Platform Merdeka Mengajar (PMM) maupun unggahan sumber lain, namun akan sangat berbeda jika ada upaya untuk menyusunnya sendiri. Apalagi jika kita sudah mulai membuat pemetaan gaya belajar, profil, serta minat minat peserta didik yang beragam. Tentu modul-modul ajar yang kita unduh dari internet itu masih butuh banyak penyesuaian.
Implementasi
Pendidik di komunitas belajar dalam sekolah membahas secara mendalam perangkat ajar, fasilitasi, dan asesmen pembelajaran peserta didik. Mereka juga dapat saling mengamati pembelajaran di kelas dan melakukan refleksi bersama. Pertemuan pendidik di komunitas belajar dalam sekolah dilakukan secara rutin, umumnya setiap minggu minimal 1 (satu) jam terjadwal dan terstruktur. Selain pertemuan rutin yang terstruktur seperti itu, diskusi dan refleksi informal tentang pembelajaran peserta didik dapat dilakukan di ruang pendidik atau di lingkungan sekolah. Secara periodik dapat pula sekolah mengadakan In House Training (IHT) untuk materi-materi baru yang dianggap perlu untuk pemahaman lebih mendalam.

Amati-tiru-modifikasi adalah langkah yang sering digunakan pendidik dalam menyusun modul ajar. Amati, pendidik mengamati modul-modul ajar yang dapat didownload secara gratis. Tidak hanya struktur, namun pendidik juga mengamati bagaimana penulis modul menyajikan konten materi dalam perangkat ajarnya. Tiru, pendidik meniru struktur dan konten yang disajikan oleh penulis modul dengan memadukan bahan ajar yang dimiliki. Modifikasi, jika berbicara pembelajaran berdiferensiasi maka pendidik dapat memodifikasi pada bagian konten, proses, maupun produk yang dihasilkan dalam kegiatan pembelajaran.
Komunitas belajar dapat meningkatkan kepercayaan diri pendidik. Kegiatan sharing session yang dilaksanakan dalam komunitas akan lebih mudah dipahami oleh pendidik daripada hanya mendengarkan seminar. Selain kegiatan belajar yang lebih intensif, pendidik juga dapat langsung menerapkan hasil belajarnya di dalam kelas. Pendidik akan menemukan sendiri apakah teknik yang dipilihnya sudah cocok dilaksanakan di kelas atau diperlukan treatment lain agar pembelajaran lebih menyenangkan. Mari bersama-sama mewujudkan merdeka belajar yang sehat dan bermartabat. (*)
Pemkab Kendal Sosialisasikan Perbup Literasi dan Numerasi, Dorong Transformasi Pendidikan Sejak Dini |
![]() |
---|
SMPN 31 Semarang Luncurkan Program Duta OTSAB untuk Meningkatkan Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah |
![]() |
---|
Guru SDN Sadeng 02 Semarang Mengajarkan Logika Berpikir melalui Unplugged Coding Literacy |
![]() |
---|
Sinergi Lintas Sektor untuk Menumbuhkan Budaya Numerasi Sejak Dini |
![]() |
---|
Tanoto Foundation Fellowship Program 2025 Kembali Dibuka, Siap Cetak Pemimpin Pendidikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.