Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Audit Kasus Stunting di Banyumas, 60 Persen Didominasi Bayi Perempuan

Berdasarkan hasil kajian tim pakar Audit Kasus Stunting (AKS) kondisi anak gagal tumbuh di Banyumas bisa dilihat dari usia 0 sampai 6 bulan

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Permata Putra Sejati
Bupati Achmad Husein, saat acara Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) tingkat Kabupaten Banyumas 2023, di Pendopo Si Panji, Purwokerto, Kamis (24/8/2023). 

Sadewo mengatakan 1 sampai 2 dari 10 anak di Banyumas berpotensi bertubuh pendek.

Hal itu dipaparkan dalam kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) tingkat Kabupaten Banyumas 2023, di Pendopo Si Panji, Purwokerto, Kamis (24/8/2023).

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Krisianto mengatakan audit dilakukan selama Februari hingga Agustus.

Hasilnya akan kelihatan saat penimbangan di Bulan Agustus ini apakah segala intervensi efektif dilakukan.

Kabupaten Banyumas sendiri mentargetkan menurunkan angka stuntid hingga di angka 8 persen jauh dari target nasional di angka 14 persen.

Salah satu indikasi stuntid dapat dilihat dari sejak lahir.

Sejak lahir sudah dapat di identifikasi ini balita berpotensi stunting misalnya berat bayi kurang 2.500 gram dengan panjang kurang dari 48 centimeter.

Faktor stuntid contohnya bisa saja karena di usia 0 sampai 6 bulan karena kurang asi.

Sehingga diperlukan intervensi pemberian makanan tambahan dibawah dua tahun.

Data status gizi bayi bawah dua tahun (Baduta) umur 0 - 23bulan di Banyumas berdasarkan penimbangan Februari menunjukan ada sebanyak 760 baduta sangat pendek.

Kemudian baduta pendek ada 2.412, dan baduta stunted ada sebanyak 3.172.

Tim Percepatan Stunting Banyumas sudah setidaknya mengintervensi 50 persen baduta.

Tim Percepatan Kasus Stunting Banyumas mencoba melakukan intervensi secara langsung agar dapat menurunkan angka anak gagal tumbuh tersebut.

Ada dua jenis intervensi yang dilakukan yaitu intervensi sensitif dan intervensi spesifik.

Intervensi sensitif adalah berupa perbaikan sanitasi, membuat jamban sehat, termasuk juga edukasi pola asuh.

Sementara intervensi spesifik adalah contohnya adalah dengan pemberian makanan tambahan.

"Kita mendirikan dapur sehat yang memasak khusus untuk baduta, memberilkan nasi lauk pauk, memastikan makanan benar-benar dimakan anak tersebut," katanya.

Tim Pengendalian Percepatan Stunting (TPPS) Kabupaten Banyumas dengan seluruh OPD memegang satu kecamatan di Banyumas untuk sama-sama membantu. (jti)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved