Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Seniman Keroncong di Semarang Meninggal Dunia, Ahli Waris Terima Santunan dari BJamsostek

BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) Cabang Semarang Pemuda menyerahkan santunan kepada ahli waris pelaku seni keroncong di Kota Semarang

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Idayatul Rohmah
BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) Cabang Semarang Pemuda menyerahkan santunan kepada ahli waris pelaku seni keroncong di Kota Semarang yang meninggal dunia. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) Cabang Semarang Pemuda menyerahkan santunan kepada ahli waris pelaku seni keroncong di Kota Semarang yang meninggal dunia karena sakit.

Ahli waris itu yakni Suciati, istri dari Alm Muryadi yang mendapat santunan program Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kematian (JKM) sebesar Rp 122.351.730; Jaminan Pensiun (JP) Rp 4.600.800/tahun; dan Santunan Beasiswa (1 anak) maksimal Rp 71.000.000.

"Besaran sekaligus kami berikan ada program JKM dan JHT dengan total Rp 122 juta sekian. Kemudian secara bulanan, ahli waris Alm Bapak Muryadi dapat JP setiap bulan Rp 388 ribu, dan santunan Beasiswa untuk satu anak yang masih sekolah kelas 3 SMP untuk nanti sampai Perguruan Tinggi totalnya Rp 71 juta.

Itu kami berikan terus, agar anak beliau bisa meneruskan sekolahnya sampai Perguruan Tinggi," kata Kepala BPJAMSOSTEK Cabang Semarang Pemuda Multanti di sela penyerahan simbolis yang turut didampingi penggagas Jarum Sikenang (Jejaring Komunitas Musisi Keroncong Semarang) Ade Bhakti dan Komunitas Pelaku Keroncong Semarang (KPKS) di kediaman jalan Gombel Lama, Semarang, Senin (4/9/2023).

Lebih lanjut, Tanti, panggilan Multanti menjelaskan, pekerja seni termasuk dalam pekerja informal atau bukan penerima upah (BPU).

Menurut dia, mereka bisa melindungi diri sendiri melalui program BPJS Ketenagakerjaan dengan biaya mulai Rp 16.800 untuk dua program yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan JKM.

Adapun manfaat JKM berupa beasiswa pendidikan anak dapat diberikan kepada peserta dengan masa iur minimal 3 tahun.

"Risiko memang kita tidak pernah tahu, apalagi rekan-rekan pelaku seni di sini melakukan aktivitas (pekerjaan) dan waktunya pun terkadang tidak tentu, bergantung pada saat ada tanggapan 'panggilan pentas' dan melakukan latihan terus menerus.

Alhamdulillah, kami bisa memberikan jaminan kepada keluarga pelaku seni keroncong ini. Kepada Ibu Muryadi, kami dari BPJS Ketenagakerjaan mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya. Semoga alm Bapak Muryadi khusnul khotimah, dan ibu bersama keluarga besar diberi ketabahan kesabaran dan tentu saja keikhlasan," tutur Tanti.

Ketua KPKS, Agung Wibowo menjelaskan ini merupakan pelaku seni pertama di Semarang yang mendapat santunan dari BPJS Ketenagakerjaan. Menurut dia, ini adalah bukti bahwa ada perlindungan untuk BPU termasuk pelaku seni.

"Semoga kita selalu diberi kesehatan, tapi takdir tidak ada yang tahu dan setidaknya dengan program ini teman-teman (pelaku seni) bisa terlindungi," kata Agung.

Terkait kepesertaan pelaku seni ke program BPJAMSOSTEK sendiri, sebelumnya turut diupayakan penggagas Jarum Sikenang. Menurut Ade Bhakti, Jarum Sikenang ini ia cetuskan saat sejak bertugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang.

"Ide program ini berangkat dari keresahan saya dan teman-teman pelaku seni keroncong, ketika ke tanggapan 'tempat pentas', melihat risiko teman-teman. Saya pikir waktu itu ada atau tidak program yang bisa melindungi mereka? 'Gayung Bersambut' ternyata ada program kepesertaan untuk pekerja BPU.

Waktu itu awalnya kami beri kartu seniman yang kebetulan dibuatkan oleh Bank Mandiri, lalu kerjasama dengan BPJAMSOSTEK di mana upah teman-teman harian disisihkan tiap bulan Rp 16.800 dan apabila ada tambahan program lain bisa mengikuti," ujarnya.

Sementara itu, Suciati istri Alm Muryadi mengatakan, santunan yang diserahkan BPJAMSOSTEK ini diharapkan dapat mendukung keberlangsungan hidup keluarga. Ia mengatakan, dirinya memiliki empat orang anak. Adapun dua di antaranya masih melangsungkan pendidikan. Satu anak masih duduk di bangku SMP dan satu menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

"Kebetulan sebelumnya saya tidak bekerja, tapi sebelumnya lagi sempat usaha katering. Rencana kedepan, saya akan membuat usaha kuliner," ungkapnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved