Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Napak Tilas Jejak Ashin Jinarakkhita di Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti Semarang

Setidaknya 750 orang penganut agama buddha tumpah ruah di lokasi tersebut terdiri dari bhikkhu-samanera, pandita Buddhayana se-Jawa Tengah dan lainnya

Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Iwan Arifianto
Suasana perjalanan para peserta Napak Tilas Pandita Buddhayana Jawa Tengah saat menuju ke Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Kota Semarang, Sabtu (29/9/2023). 

Namun agama Buddha yang disemai Ashin Jinarakkhita adalah Agama Buddha Indonesia.

Artinya, Ashin Jinarakkhita membawa benih dari berbagai negeri pemeluk Buddha lantas  ditanam ke tanah air dan tumbuh menjadi bakal pohon baru dari tanah Indonesia sendiri. 

Ia mengibaratkan, dalam ilmu pertanian mutu antara pohon hasil cangkokan dan pohon hasil penyemaian benih atau bibit berbeda.

Tentu akarnya lebih kuat, usia pohon bertahan lama, dan buahnya tahan berbagai hama pengganggu.

"Itulah makna dari kegiatan napak tilas kali ini. Dan yang lebih penting lagi, Ashin Jinarakkhita Mahasthavira menabur benih Dharma di Nusantara diawali
dari titik mula di Wihara Sima 2500 Buddha Jayanti, Bukit Kassapa, Semarang," cetusnya.

Menurutnya, bukit Kassapadianggap sakral oleh setiap pemeluk Buddha di tanah air.

Sebab di tahun 1959, Ashin  Jinarakkhita mengundang 14 bhikkhu dari luar negeri untuk menetapkan Sima atau tempat khusus untuk melahirkan bhikkhu baru. 

Bahkan setahun sebelumnya, saat peresmian wihara, Bhikkhu Narada Mahathera dari Srilanka yang merupakan bhikkhu Theravada pertama yang hadir di Indonesia (tahun 1934) sesudah ratusan tahun rubuhnya Wilwatikta menyatakan, 

“NilaiSpriritualitas Wihara 2500 Buddha Jayanti, setara dengan Candi Borobudur."

"Bagi umat Buddha di Indonesia, Bukit Kassapa sama kedudukannya seperti Sendangsono bagi UmatKatolik atau seperti Masjid Demak bagi saudara umat Islam di Jawa," imbuhnya.

Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Buddha, KanwilKemenag Jateng, Karbono mengatakan, para Rama Pandita yang hadir napak tilas meskipun dengan medan berat dan cuaca panas ini sungguh memiliki hati yang luhur lantaran  memiliki tekadnguri-uri tinggalan pendahulunya, Ashin Jinarakkhita Mahashtavira.

Oleh karena itu,  kiprah dan sumbangsih umat Buddha untuk negara bangsa sungguh sangat dinantikan. 

Misalnya seperti memajukan pendidikan, kesehatan, sektor ekonomi kerakyatan, hingga pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

"Yang mana saudara kita umat beragama lain, seperti Islam dan Kristen-Katolik telah lebih dulu memberikan sumbangsih terbaiknya untuk negara bangsa," ujarnya. 

Ketua Panitia Kegiatan Napak Tilas Nyanaviro Suwardi mengungkapkan, rasa terima kasih terhadap masyarakat dan relawan dari lintas agama atas kontribusinya dalam agenda tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved