Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Keuntungan Petani Meningkat Berkat Bendung Logung Kudus, Suplai Air Lancar

Kehadiran Bendungan Logung yang dibangun Pemerintah Pusat menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) kini mulai dirasakan para petani

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: m nur huda

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Kehadiran Bendungan Logung yang dibangun Pemerintah Pusat menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) kini mulai dirasakan para petani di Kabupaten Kudus.

Lima tahun sudah Bendungan Logung menjadi penyuplai air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Kretek, utamanya bagi para petani

Bendungan yang dibangun di wilayah Kecamatan Dawe tersebut menjadi harapan para petani agar bisa mengolah lahan pertanian mereka di masa tanam (MT) III. Mengingat masa tersebut jatuh ketika musim kemarau tiba.

Daya tampung Bendungan Logung mencapai 20 juta meter kubik dengan jangkauan suplai air lebih dari 5.000 hektare lahan pertanian, menjadi solusi bagi masyarakat Kabupaten Kudus.

Dengan itu, petani bisa memaksimalkan masa tanam yang ada agar bisa panen tiga kali dalam setahun. Sehingga keuntungan dan kesejahteraan petani pun meningkat. 

Petani di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Bambang Hartoko (48) bercerita, sebelum hadirnya Bendungan Logung, mayoritas petani padi di wilayahnya hanya bisa panen dua kali dalam setahun. 

Petani kala itu hanya bisa mengolah lahan pertanian mereka di masa tanam (MT) I dan II saat musim penghujan dan peralihan musim hujan menuju musim kemarau. Sementara masa tanam III yang biasa terjadi Agustus-Oktober berbarengan dengan musim kemarau, dinilai menyulitkan petani.

Kata dia, hanya ada sebagian petani padi yang berani tanam saat MT III, yaitu petani dengan lahan pertanian dekat dengan jalur irigasi. Hal itu pun membutuhkan perjuangan luar biasa karena harus berebut air dengan petani lain lantaran minimnya suplai air.

"Zaman sebelum ada Logung, kesulitan petani ada di MT III, padahal MT III ini waktu yang bagus untuk menanam karena suplai sinar matahari banyak. Kendalanya ada di suplai air, sampai berebut dengan petani lain, sampai harus tidur semalaman di sawah hanya untuk mendapatkan air. Hasilnya pun kadang enggak bisa maksimal," terangnya, Sabtu (14/10/2023).

Bambang menyebut, kondisi tersebut membuat banyak petani padi tidak mau mengambil resiko, sehingga beralih menanam jenis tanaman lain saat masa tanam III. Mulai dari jagung, kacang-kacangan, palawija, dan beberapa jenis tanaman lain yang tidak membutuhkan suplai air banyak. 

Semua dilakukan agar lahan pertanian yang ada tetap produktif, meski dengan hasil yang tidak banyak.

Keluh kesah petani mulai teratasi dengan hadirnya Bendungan Logung yang diresmikan pada tahun 2018 lalu. 

Pada awal 2019, kebutuhan air bagi petani tersuplai dengan baik mengairi lahan-lahan pertanian yang ada. Petani padi pun bisa mengolah lahannya hingga panen tiga kali dalam setahun.

Bahkan, petani bisa mendapatkan hasil panen yang super bagus pada masa tanam III. Masa di mana sebelumnya menjadi masa yang sulit bagi petani untuk mengolah lahan pertanian masing-masing lantaran minimnya suplai air di musim kemarau. 

"Dulu MT III petani harus royokan (berebut) soal air, sampai harus tidur di sawah malam hari nungguin air agar tidak diambil orang. Sekarang dengan adanya Logung, ibarat petaninya tidur di rumah, air dengan sendirinya masuk ke sawah-sawah," ujarnya. 

Di area persawahan Mojo, Tanjungrejo, Bambang mengolah lahan pertanian padi seluar 750 meter persegi, dan pertanian semangka kurang lebih 800 meter persegi. 

Di saat MT I dan MT II, dia mengandalkan air hujan dan air irigasi Bendung Logung untuk mengolah lahan pertaniannya. MT I dikenakan biaya irigasi Rp 40.000 dan MT II dikenakan biaya irigasi Rp 100.000 dengan suplai air penuh mulai tanam hingga panen tiba.

Sementara MT III, lahan pertanian milik Bambang menggunakan suplai air penuh dari irigasi Bendung Logung dengan biaya irigasi Rp 200.000.  

Pada masa tanam III tahun ini, wilayahnya mendapat giliran pengairan mulai dari Jumat siang hingga Senin pagi setiap pekannya. 

Suplai air yang cukup tersebut menjadi kebahagiaan keluarganya karena bisa mendapatkan panen yang bagus. 

Biasanya Bambang bisa mendapatkan omzet kotor hasil penjualan padi siap panen pada MT I di angka Rp 12,5 juta dan MT II di angka kurang lebih Rp 16 juta. 

Namun, dia bisa mendapatkan omzet hingga Rp 30 juta saat panen pada masa tanam (MT) III. Keuntungannya pun berlipat dengan memaksimalkan suplai air dari Bendungan Logung untuk masa tanam III. 

"Sekarang dengan adanya Bendung Logung, petani bisa panen sampai tiga kali dalam setahun. Tinggal bagaimana keseriusan petani dalam menggarap lahan masing-masing. Jika rajin dan ulet, ya bisa dapat untung lebih, karena petani juga harus bisa melihat cuaca dan siklus tanam, agar tidak gagal panen," tuturnya.

Bendungan Logung mulai dibangun sejak tahun 2014 dan diresmikan pada tahun 2018, berada di perbatasan Desa Kandangmas Kecamatan Dawe dan Desa Tanjungrejo Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus.

Pembangunan Bendungan Logung menjadi satu di antara proyek vital yang didanai dengan APBN sekitar Rp 615 miliar.

Bendungan tersebut merupakan satu di antara puluhan bendungan yang dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sepanjang 2015-2019 untuk mewujudkan ketahanan pangan dan air nasional.

Pembangunan bendungan bertujuan untuk meningkatkan suplai air untuk lahan pertanian secara lebih merata dan berkelanjutan. Dengan suplai air dari bendungan, petani yang sebelumnya hanya satu hingga dua kali tanam dalam setahun, bisa tanam hingga tiga kali.

Bendungan Logung menyuplai air ke lahan-lahan pertanian melalui irigasi premium, yaitu saluran irigasi yang mendapat suplai air dari bendungan.

Daya tampung Bendungan Logung mencapai lebih dari 20 juta meter kubik dengan kapasitas bisa menyuplai air hingga 5.000 hektare lahan pertanian. 

Pada musim hujan, Bendungan Logung difungsikan sebagai waduk tadah hujan dan pengendali debit air agar tidak terjadi banjir. Pada musim kemarau, bendungan tersebut dibuka untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah Kudus dan sekitarnya.

Selain menjadi penyuplai lahan pertanian, Bendungan Logung juga diproyeksikan menjadi penyuplai kebutuhan air baku industri, pengendali banjir dan menyimpan potensi destinasi wisata baru. 

Diusulkan Pembuatan Embung Kecil

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Agus Setiawan menyampaikan, saat ini adalah masa dampak musim kemarau panjang.  

Dia memastikan, kebutuhan suplai air bagi lahan pertanian masih bisa dicukupi melalui Bendungan Logung. 

Kata dia, saat ini metode irigasi dilakukan dengan sistim gilir, mengingat kondisi cuaca panas dengan tingkat penguapan yang tinggi. 

Pengairan lahan pertanian dilakukan bergilir dari satu hamparan ke hamparan lainnya. Dalam satu hamparan dilakukan pengairan maksimal selama 7-10 hari agar air bisa masuk ke lahan pertanian lebih optimal. Selanjutnya digilir di lahan pertanian lain secara berkala. 

Pengairan sistim gilir ini dilakukan untuk menekan potensi kehilangan air saat pengairan berlangsung. Namun, sistim irigasi tetap berjalan maksimal agar petani bisa panen dengan kualitas bagus.

Agus menyebut, pemerintah daerah didorong agar bisa membuat embung-embung kecil di beberapa lokasi sebagai penampungan air berskala kecil. 

Terutama di daerah yang belum terjangkau oleh saluran irigasi Bendungan Logung. 

Pemerintah daerah bisa bekerjasama degan pemerintah desa agar bisa membuat embung kecil dengan memanfaatkan lahan desa. Tujuannya untuk menyuplai air di wilayah yang belum terjangkau Bendungan Logung. Satu embungnya diprogram bisa mengairi lima hektare lahan pertanian. 

"Rencananya juga diusulkan pembangunan long storage atau parit panjang untuk tampungan air. Ini bertujuan sebagai alternatif menyuplai air saat masa penyemaian awal di musim kemarau. Ini sudah ada di Ngemplak namun belum maksimal. Diusulkan kembali di beberapa lokasi, seperti contoh Bulungcangkring," tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved