Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ekonomi Bisnis

Cerita Pedagang Pasar Johar Semarang Seiring Tiktok Shop Tutup: Bakul Makin Sering Belanja

Pemerintah telah resmi melarang platform media sosial merangkap sebagai e-commerce. Platform social commerce hanya boleh mempromosikan barang dan jasa

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Muhammad Olies
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah 
Pedagang grosir di Pasar Johar Semarang tampak sedang melayani pembeli, Sabtu (15/10/2023). 

 Satu di antara pembeli di Pasar Johar Semarang, Murti mengatakan, ditutupnya TikTok Shop baru-baru ini tidak memberikan pengaruh terhadap penjualan ataupun sulitnya mencari barang.

Menurutnya, ia memiliki banyak opsi berbelanja untuk menyetok barang di tokonya.

"Saya kebetulan jualan di pasar dan di depan rumah. Belanja kalau persediaan habis, paling seminggu dua kali ke Pasar Johar ini dan ke Kudus. Kalau beli lewat online, bergantung situasinya. Saya beli lewat online kalau grosiran di pasar tidak ada," kata Murti.

Menurut Murti, sebagai pedagang ecer ia lebih senang berbelanja langsung ke grosir. Hal itu sebab ia bisa memilih bahan dan model sesuai dengan keinginannya.

"Saya lebih senang belanja langsung. Kalau di Tiktok Shop dulu, carinya yang tidak ada di sini," kata Murti.

Sementara itu, di Pasar Karangayu Semarang mengungkapnya sepinya pasar. Kamisah, pedagang ayam potong menyebutkan, daya beli masyarakat  menurun beberapa waktu terakhir ini.

Ia menilai hal ini terjadi karena makin banyaknya pedagang termasuk pedagang bahan pokok di berbagai lokasi luar pasar tradisional Kota Semarang.

"Dulu ramai, sekarang tinggal kenangan. Pasar sudah seperti setengah mati. Sekarang sudah banyak pasar kecil-kecil seperti pasar kerempyeng, banyak orang jualan di depan pabrik, bahkan depan kampung ada orang-orang jualan. Orang ke pasar jadi berkurang. Ini waktu masih siang saja sepi," kata Kamisah.

Menurut Kamisah, sepinya pasar ini juga berpengaruh terhadap penjualan ayam potong di lapaknya. Menurutnya, dulu ia bisa menjual hingga 100 ekor ayam. Saat ini hanya berkisar 60-70 ekor.

"Daya beli masyarakat berkurang banyak, padahal harga ayam turun," jelasnya.

Pedagang lain, Isa juga merasakan berkurangnya daya beli masyarakat akhir-akhir ini. Ia mengaku heran, sebab dagangannya adalah bahan pokok yang biasanya selalu dicari pembeli.

"Sepinya akhir-akhir ini setelah pandemi Covid-19. Padahal bahan pokok selalu dibutuhkan," kata Isa. (Idy)


 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved