Ekonomi Bisnis
Cerita Pedagang Pasar Johar Semarang Seiring Tiktok Shop Tutup: Bakul Makin Sering Belanja
Pemerintah telah resmi melarang platform media sosial merangkap sebagai e-commerce. Platform social commerce hanya boleh mempromosikan barang dan jasa
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemerintah telah resmi melarang platform media sosial merangkap sebagai e-commerce.
Aturan itu tertuang dalam Permendag Nomor 31 Tahun 2023 yang merupakan revisi Permendag 50 Tahun 2020 tentang ketentuan perizinan usaha, periklanan, pembinaan, dan pengawasan pelaku usaha dalam perdagangan melalui sistem elektronik.
Adapun menurut aturan baru, di antaranya menekankan bahwa platform social commerce hanya bisa mempromosikan barang dan jasa, namun tidak bisa membuka fasilitas transaksi.
Platform media sosial Tiktok kemudian mengumumkan ditutupnya TikTok Shop di Indonesia mulai 4 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB lalu.
Lebih satu minggu penutupan TikTok Shop ini, sejumlah pedagang di Semarang menyebutkan ada pengaruh penjualan di pasar tersebut.
Di Pasar Johar Semarang, Darti yang merupakan pedagang grosir pakaian menyatakan pelanggan di tokonya saat ini makin ramai berdatangan.
Ia menilai hal ini terjadi seiring dengan tutupnya TikTok Shop.
Baca juga: Tiktok Shop Tutup Permanen, Aturan Perdagangan Digital RI Terlambat
Baca juga: Curhat TikTokers Semarang: Jangan Tutup TikTok Shop, yang Dibutuhkan Aturan Jual Barang Impor Murah
"Setelah TikTok Shop tutup, pembeli berdatangan. Paling terlihat itu bakul-bakul 'pedagang ecer', ke sini ambil lebih banyak. Datangnya sekarang juga lebih sering," kata Darti, Sabtu (14/10/2023).
Ia menyebutkan, makin seringnya pelanggan di tokonya itu memberikan pengaruh peningkatan penjualan yang cukup drastis.
Menurutnya, banyak di antara pelanggannya datang dari wilayah Semarang dan sekitarnya. Mereka mencari baju-baju keluaran terbaru untuk dijual kembali.
"Waktu masih ada Tiktok Shop, sepi (penjualan turun sampai) 50 persen. Setelah tutup, di sini terutama saya pedagang grosir terasa banget pengaruhnya. Bakul-bakul ecer dari luar kota seperti Kendal dan Demak juga berdatangan. Alhamdulillah, punya banyak bakul dari luar kota," terang Darti.
Pedagang lain di pasar tersebut, Ening mengungkapkan ditutupnya TikTok Shop baru-baru ini cukup memberikan pengaruh di tokonya namun belum ada peningkatan yang signifikan.
"Belum ngefek banget. Mungkin masih baru juga ditutupnya," kata Ening.
Ening lebih lanjut mengatakan, untuk meningkatkan penjualan di tokonya, ia sejauh ini memanfaatkan marketplace untuk berjualan. Menurut dia, penjualan secara daring ini cukup membantu di tengah banyaknya masyarakat yang mulai menggandrungi belanja online.
"Saya ikut jualan online juga karena kalau tidak begitu, hasil penjualan offline kurang. Penjualan toko saya di online dan offline sekarang presentasenya sama, masing-masing 50 persen," sebutnya.
Baca juga: Deretan Curhat UMKM di Jateng Usai Tiktok Shop Tutup, Kehilangan Omzet Rp 1 Juta Per Hari
Baca juga: Jam Operasional Pasar Johar Baru Semarang Bakal Diperpanjang 4 Jam Hingga Malam Hari
Satu di antara pembeli di Pasar Johar Semarang, Murti mengatakan, ditutupnya TikTok Shop baru-baru ini tidak memberikan pengaruh terhadap penjualan ataupun sulitnya mencari barang.
Menurutnya, ia memiliki banyak opsi berbelanja untuk menyetok barang di tokonya.
"Saya kebetulan jualan di pasar dan di depan rumah. Belanja kalau persediaan habis, paling seminggu dua kali ke Pasar Johar ini dan ke Kudus. Kalau beli lewat online, bergantung situasinya. Saya beli lewat online kalau grosiran di pasar tidak ada," kata Murti.
Menurut Murti, sebagai pedagang ecer ia lebih senang berbelanja langsung ke grosir. Hal itu sebab ia bisa memilih bahan dan model sesuai dengan keinginannya.
"Saya lebih senang belanja langsung. Kalau di Tiktok Shop dulu, carinya yang tidak ada di sini," kata Murti.
Sementara itu, di Pasar Karangayu Semarang mengungkapnya sepinya pasar. Kamisah, pedagang ayam potong menyebutkan, daya beli masyarakat menurun beberapa waktu terakhir ini.
Ia menilai hal ini terjadi karena makin banyaknya pedagang termasuk pedagang bahan pokok di berbagai lokasi luar pasar tradisional Kota Semarang.
"Dulu ramai, sekarang tinggal kenangan. Pasar sudah seperti setengah mati. Sekarang sudah banyak pasar kecil-kecil seperti pasar kerempyeng, banyak orang jualan di depan pabrik, bahkan depan kampung ada orang-orang jualan. Orang ke pasar jadi berkurang. Ini waktu masih siang saja sepi," kata Kamisah.
Menurut Kamisah, sepinya pasar ini juga berpengaruh terhadap penjualan ayam potong di lapaknya. Menurutnya, dulu ia bisa menjual hingga 100 ekor ayam. Saat ini hanya berkisar 60-70 ekor.
"Daya beli masyarakat berkurang banyak, padahal harga ayam turun," jelasnya.
Pedagang lain, Isa juga merasakan berkurangnya daya beli masyarakat akhir-akhir ini. Ia mengaku heran, sebab dagangannya adalah bahan pokok yang biasanya selalu dicari pembeli.
"Sepinya akhir-akhir ini setelah pandemi Covid-19. Padahal bahan pokok selalu dibutuhkan," kata Isa. (Idy)
Pedagang Sembako Pasar Bulu Semarang Curhat ke Mentan, Minta Penyaluran SPHP Tak Ribet |
![]() |
---|
Biaya Pendidikan Sebabkan Inflasi di Jateng pada Tahun Ajaran Baru |
![]() |
---|
Dampak Tarif 0 Persen Untuk Amerika, Pengusaha Siapkan Strategi Efisiensi |
![]() |
---|
Ratri Bintari Ekowati Raup Cuan dari Kain Perca yang Jadi Beragam Produk Bernilai Ekonomis |
![]() |
---|
Komut Pertamina Iwan Bule Apresiasi Penjualan Pertamax Green di Semarang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.