Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Inspirasi

Kisah Syahrial Berdayakan Ratusan Warga, Usaha Kerajinan Tas Anyaman Limbah Plastik Tembus Ekspor

Semula, pria asal Pati, Jawa Tengah itu menjadi reseller tas. Kini, ia berhasil produksi tas sendiri dengan memberdayakan ratusan warga.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Kegigihan Syahrial menekuni usaha tas anyaman berbahan limbah plastik berbuah manis. Semula, pria asal Pati, Jawa Tengah itu menjadi reseller tas. Kini, ia berhasil produksi tas sendiri dengan memberdayakan ratusan warga. Bahkan produk-produk tas usahanya itu kini telah menembus pasar ekspor.


Syahrial Aman, namanya. Lewat usaha tas anyaman “Syam’s Handicraft”, sapaan akrab Kak Syam itu telah memberdayakan hingga 350 warga desa di Kabupaten Pati. Masyarakat diberdayakan itu mayoritas para ibu rumah tangga dan buruh tani, tersebar di tiga kecamatan yaitu Pucakwangi, Winong, dan Jaken. Tas hasil anyaman warga itu bahkan telah melenggang ke berbagai pulau di Indonesia dan bahkan luar negeri seperti Singapura, Jepang, Meksiko, Turki, Belgia, dan Inggris.


“Konsep usaha kami adalah mengoptimalkan potensi Daerah Pati untuk lebih produktif, sehingga warga yang awalnya sebatas ibu rumah tangga ataupun buruh tani bisa memiliki kemampuan menganyam dan mendapat penghasilan tambahan. Alhamdulillah, permintaan ekspor berjalan banyak,” kata Syahrial saat ditemui Tribun Jateng di rumah warga Desa Sugihan, Kecamatan Winong, Jumat (6/10/2023).


Galeri Syam’s Handicraft terletak di jalan Juwana, Ngaglik, Karangrejo, Kabupaten Pati. Setiap harinya, ratusan tas yang terkumpul dari warga desa di tiga kecamatan itu kontinu melengkapi keterisian stok di galeri tersebut sehingga pengiriman ke konsumen ataupun buyer bisa terpenuhi.


Ragam tas untuk lokal hingga berstandar ekspor pun telah tersedia. Tampak selain dipajang di rak-rak display, tas warna-warni dengan berbagai motif dan model itu juga menggunung di lantai galeri tersebut. Banyaknya tas tersedia hingga cepatnya proses keluar masuk produk itu menandakan ramainya permintaan produk.


Kak Syams bilang, setiap bulannya ia mampu menjual 6.000 – 10.000 tas. Adapun kapasitas produksi dari hasil pemberdayaan warga di tiga kecamatan tersebut mencapai 8.000 – 10.000 tas per bulan.


“Permintaan saat ini sekitar 6.000 tas per bulan, karena ada beberapa teknik yang permintaannya cukup rumit sehingga akhirnya kapasitas berkurang. Kalau tekniknya standar saja, itu bisa sampai 8.000 -10.000 tas per bulan,” sebut Kak Syam.


Ihwal sepak terjang usaha Kak Syam tersebut telah dimulai sejak tahun 2019 lalu. Kak Syam yang awalnya menjual tas dengan berbagai macam bahan, jeli menangkap peluang dari potensi usaha produk berbahan limbah plastik.


Inisiasi pemerintah untuk mengajak masyarakat mengurangi penggunaan sampah plastik saat itulah yang mendasari Dosen Universitas Muhammadiyah Kudus tersebut menjadikan limbah plastik sebagai bahan baku. Alasannya satu, yakni agar sampah-sampah itu menjadi lebih bernilai dengan cara didaur ulang.


Limbah plastik itu dilebur melalui mesin di pabrik. Hasil leburan itu lantas dijadikan utas tali dengan berbagai warna. Tali-tali itulah yang kemudian dilakukan penganyaman oleh warga hingga menghasilkan karya tas dengan warna-warna yang cantik.


“Memang usaha ini berawal dari inisiasi pemerintah untuk mengurangi sampah plastik waktu beli sesuatu di mart ‘pasar’. Kami kemudian berinovasi membuat tas dengan material plastik agar ketika dipakai belanja tetap cantik,” ujarnya.


Usaha Kak Syam makin menggeliat. Perkembangan mulai terlihat signifikan sejak tahun 2020 lalu. Bahkan saat menghadapi ganasnya pandemi Covid-19 kala itu, permintaan kerajinan anyaman tas hasil tangan warga desa di Kabupaten Pati justru mengalir dari berbagai daerah. Bahkan, produk yang dihasilkan mampu menembus daerah-daerah yang belum pernah dijangkau sebelumnya.


"Tahun 2020 mulai produksi itu peminatnya sudah cukup besar, karena sebelumnya saat jadi reseller sudah cukup banyak relasi. Alhamdulillah, tahun 2021 kami mulai mengarah ekspor dan beberapa waktu lalu kami juga pameran di Meksiko difasilitasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Kami dapat relasi-relasi dan mendapat jaringan di sana (Meksiko) juga,” kata Kak Syam senang.


Menurut Kak Syam lagi, dukungan pemerintah selama ini memberikan manfaat bagi para pelaku UMKM seperti dirinya. Terutama untuk bisa menjangkau pasar lebih luas.


“Pemerintah mendukung kami untuk mengenalkan produk-produk kami, sehingga orang semakin ingin mengetahui produk-produk yang kami buat. Misalnya dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, kami dibantu Dinas Koperasi dan UMKM dalam hal pemasaran di luar negeri. Tentunya kami sangat terbantu, karena sebelumnya pemasaran belum pernah langsung ke luar negeri,” terangnya.


Begitu pun saat mengikuti pameran UMKM pada rangkaian agenda Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN ke-55 dan Pertemuan Terkait Lainnya (55th ASEAN Economic Ministers’/AEM Meeting and Related Meetings) di Semarang bulan Agustus lalu, Kak Syam dilibatkan untuk unjuk gigi memperkenalkan produk-produk tas miliknya. Tas-tas tersebut telah menarik minat masyarakat lokal hingga mancanegara.


"Kegiatan Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN ke-55 beberapa waktu lalu, ada yang booking dan ada yang terjual langsung. Memang target kami tamu dari ASEAN ini menjadi penghubung kami dengan buyer-buyer di daerah mereka, sehingga kami pun bisa menyiapkan kontainer,” ungkapnya.


Kini, seiring dengan meningkatnya permintaan anyaman tas berbahan limbah plastik itu, ia juga berencana memperluas pemberdayaan masyarakat ke kecamatan lain di Kabupaten Pati. Menurutnya, hal ini juga seiring dengan masih banyaknya potensi di daerah tersebut terutama dari segi karakteristik motif anyaman.


“Kedepan kami akan membentuk penganyam di daerah Tayu dan saat ini masih riset. Kami menyesuaikan market. Ketika permintaan market banyak, kami pun akan membuka untuk penganyam lebih banyak lagi. Tetapi ketika ada permintaan anyaman berbeda, kami akan melakukan riset dulu,” jelasnya.


Beri Nilai Tambah Para Perempuan Penganyam

Karyawan menunjukkan satu koleksi tas anyaman di galeri Syam's Handicraft jalan Juwana, Ngaglik, Karangrejo, Kabupaten Pati, Jumat (6/10/2023).
Karyawan menunjukkan satu koleksi tas anyaman di galeri Syam's Handicraft jalan Juwana, Ngaglik, Karangrejo, Kabupaten Pati, Jumat (6/10/2023). (Tribun Jateng/Idayatul Rohmah)


Kegigihan Kak Syam dalam menekuni usaha tas anyaman dari limbah plastik ini sedikit banyak juga telah turut memberikan dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat desa di tiga kecamatan itu. Hal itu di antaranya diutarakan Sujinah (37), koordinator penganyam di Desa Sugihan, Kecamatan Winong.


Menurut Sujinah, ada 30 penganyam yang kini menjadi anggotanya. Setiap harinya, para penganyam itu menganyam di rumah masing-masing. Baru setelah anyaman berhasil menjadi tas, para penganyam menyetorkan kepada Sujinah. Penganyam pun mendapat upah.


Sujinah bilang, para anggotanya itu rata-rata merupakan ibu rumah tangga. Adapun sebagian lagi merupakan buruh tani. Pekerjaan menganyam itu menurutnya telah memberikan kebermanfaatan bagi warga desa. Terlebih di tengah cuaca panas ekstrem belakangan ini yang turut mengganggu aktivitas warga di luar rumah.


“Pekerjaan menganyam ini bermanfaat sekali bagi kami. Apalagi ini musim kemarau, pekerjaan susah. Namun kegiatan menganyam ini bisa terus berlanjut. Menganyam ini membantu penghasilan warga juga, sehingga bisa untuk menyambung hidup,”kata Sujinah dengan raut semringah.


Menurut koordinator penganyam di desa lain, Suparmi (39) yang merupakan warga Desa Karangwotan, Pucakwangi, para ibu rumah tangga melakukan pekerjaan menganyam bisa sambil bergantian melakukan pekerjaan rumah. Bahkan saat sedang bersantai bersama keluarga maupun tetangga, bisa dilakukan sembari menganyam.


Suparmi menyebutkan, para penganyam ini diberi upah antara Rp 6.000 – Rp 26.000 untuk hasil satu buah tas. Adapun besaran upah itu bergantung dari ukuran tas dan tingkat kerumitan penganyaman.


Ukuran tas mulai yang terkecil yakni S, M, M20, L, XL, hingga XL jumbo. Di samping itu, tak jarang pula ada pesanan ukuran tertentu sesuai permintaan konsumen.


Menurut Suparmi, tas yang terkumpul dari penganyam di rumahnya itu mencapai sekitar 700-1000 tas per minggu.


“Kalau tas sudah terkumpul, nanti pihak Syam’s Handicraft yang ambil ke sini. Biasanya, diambil seminggu tiga kali,” sebutnya.


Sriyatun (34) adalah satu di antara ibu rumah tangga yang menjadikan aktivitas menganyam ini sebagai pekerjaan sehari-hari. Bahkan sejak awal Syam’s Handicraft berdiri, ia sudah menjadikan pekerjaan itu sebagai penyambung hidup.


Sri bilang, menganyam di rumah bisa lebih fleksibel. Ia bisa melakukannya sambil mengasuh anak, menjemput anak sekolah, dan melakukan berbagai pekerjaan rumah.


Sri mengatakan, di tengah menjalani berbagai aktivitas di rumah ia sendiri bisa membuat antara dua sampai lima buah tas per hari.


“Alhamdulillah, sudah empat tahun menganyam sekarang sudah lancar, sambil mengantuk juga masih bisa bikin (tas anyaman). Kalau yang XL jumbo itu saya bisa buat 2-3 tas per hari, kalau biasa bisa bikin sampai 5 tas. Bikinnya sesuai pesanan," ungkap Sri.


Sedangkan penghasilan dari menganyam itu ia pergunakan untuk berbagai keperluan keluarga dan biaya anak sekolah.


“Menganyam di rumah begini tidak harus kerja jauh ke luar rumah dan hasilnya lumayan. Kemarin penghasilan bisa untuk beli sepatu anak sekolah kelas 5 dan kelas 2 SD,” kata Sri.


Tak Lepas dari Dukungan Pemerintah

Ibu rumah tangga di Desa Sugihan, Kecamatan Winong, Pati, memanfaatkan waktu luang dengan menganyam tas sembari bercerita bersama penganyam lainnya, Jumat (6/10/2023).
Ibu rumah tangga di Desa Sugihan, Kecamatan Winong, Pati, memanfaatkan waktu luang dengan menganyam tas sembari bercerita bersama penganyam lainnya, Jumat (6/10/2023). (Tribun Jateng/Idayatul Rohmah)


Sementara itu, kesuksesan para pelaku UMKM di Jawa Tengah ini tidak lepas dari peran pemerintah untuk mendukung UMKM agar naik kelas. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jateng Eddy Sulistiyo Bramiyanto dalam keterangannya mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk mendukung agar UMKM di provinsi ini berkembang. Dukungan itu juga termasuk kepada UMKM yang telah siap melakukan pemasaran ke luar negeri.


Eddy menyebutkan, tahun 2021 ada 42 UMKM di sekitar 25 negara. Kemudian tahun 2022, sebanyak 172 UMKM di sekitar 45 negara.


Menurut Eddy, Pemprov mendukung UMKM secara total agar produk mereka bisa sampai ke luar negeri. Termasuk, saat kondisi sulit, Pemprov menyiapkan kontainer seperti saat ekspor ke Belgia dan Eropa.


“Kami latih para UMKM ini, yang menurut kami sudah siap untuk go international dan siap ekspor. Kami latih mereka melalui pelatihan-pelatihan, jaringan-jaringannya, dan kami bantu dengan konsultan-konsultan ekspor yang membantu UMKM. kami latih bagaimana UMKM bisa ekspor," jelas Eddy dikonfirmasi ulang Tribun Jateng, Selasa (17/10/2023).


Sementara itu, Eddy juga menyebutkan pesatnya pertumbuhan UMKM di Jawa Tengah. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UKM Jateng, pertumbuhan UMKM ini melejit pada sepuluh tahun terakhir.


Aset UMKM yang lima tahun lalu tercatat sekitar Rp10,4 triliun. Adapun sampai pada 2023 mencapai sekitar Rp68,8 triliun. Demikian UMKM yang dibina Pemprov Jateng, lima tahun lalu hanya sekitar 67 ribu UMKM. Adapun pada 2023 mencapai 184 ribu UMKM. Begitu pula tenaga kerja, yang semula hanya menampung 286 ribu orang, kini mencapai 1,4 juta orang. 

"UMKM menjadi salah satu upaya menurunkan angka kemiskinan. Kami dapat arahan dari pimpinan dan kami juga dorong untuk kemajuan UMKM," imbuhnya. (Idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved