Berita Semarang
Musim Kemarau, Beberapa Embung di Semarang Masih Bisa Bantu Pengairan Pertanian
Di tengah musim kemarau, beberapa embung di Semarang masih bisa membantu pengairan lahan pertanian.
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di tengah musim kemarau, beberapa embung di Semarang masih bisa membantu pengairan lahan pertanian. Keberadaan embung sangat dirasakan manfaatnya saat musim kemarau.
Sub Koordinator Pengelolaan Irigasi dan Sumber Air Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Victor Tri Karyanto Nugroho mengatakan, keberadaan embung sangat dirasaman manfaatnya. Di Semarang, air yang berada di embung digunakam untuk pengairan pertanian.
Ada lima embung yang dikelola Pemerintah Kota Semarang antara lain Embung Wonolopo, Embung Bubakan Mijen, Embung Cepoko, Embung Purwosari, dan Embung Podorejo.
Hanya saja, dia tak menampik kondisi kemarau panjang ini memang membuat penurunan debit air di sejumlah embung yang ada di ibu kota Jawa Tengah. Penurunan debit air di embung disebabkan penguapan karena panas.
"Rata-rata kondisi air di embung saat ini memang cenderung kecil. Namun, beberapa embung masih bisa membantu pengairan pertanian di Semarang di tengah kemarau panjang," ungkap Victor, Rabu (18/10/2023).
Victor mengatakan, petani memiliki tiga masa tanam yakni Oktober, April, dan Agustus atau September. Debit air embung digunakan secara maksimal pada masa tanam 1 dan 2. Sedangkan, pada masa tanam tiga memang mulai berkurang.
"Air di embung sangat bisa memberikan manfaat bagi petani. Digunakan maksimal saat masa tanam 1 dan 2," ucapnya.
Victor menyebutkan, Embung Bubakan Mijen berkapasitas sekitar 7.000 meter kibik bis mengairi 20 hektare irigasi sawah. Embung Purwosari berkapasitas 1.000 kibik bisa mengairi sekitar lima hektare pertanian. Sedangkan, Embung Cepoko di Gunungpati hanya 500 kibik untuk mengairi tiga hektare sawah. Adapun Embung Podorejo dapat mwnampung sekitsr 200 kibik untuk pengairan dua hektare sawah.
"Fungsi embung menampung air hujan di musim hujan, digunakan pada musim kemarau. Keberadan embung sangat membantu saat musim kemarau," ucapnya.
Selain embung milik Pemerintah Kota Semarang, sambung Victor, ada pula embung milik BBWS yakni Embung Patemon. Pantauan Tribun Jateng di lapangan, di tengah musim kemarau, kondisi Embung Patemon masih penuh hingga pertengahan Oktober 2023 ini.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur menambahkan, masih ada beberapa wilayah pertanian yang menggunakan debit air dari embung untuk pengairan yakni di wilayah Gunungpati dan Mijen. Beberapa embung di Semarant sejauh ini masih membantu pengairan pertanuan.
"Ke depan, akan kami kembangkan lebih banyak embung karena tidak mungkin memgambil air tanah. Kalau bikin sumur di daerah atas malah rusak. Itu straregu kami ke depan," paparnya. (eyf)
Baca juga: Kronologi Penangkapan Buronan 8 Bulan Pelaku Penusukan Anak Penjual Sayur di Kudus Ditangkap Polisi
Baca juga: Detik-detik Perahu Tri Laksana Terbalik di Pantai Wagir Indah Cilacap, 1 ABK Tewas dan 2 ABK Hilang
Baca juga: MTF Optimistis Capai Target Pembiayaan 500 Unit Kendaraan di GIIAS Semarang 2023
Baca juga: Siap Hadapi Peralihan Musim, Relawan BPBD Batang Dilatih Bantuan Hidup Dasar Korban Bencana
DPC INSA Semarang Tanam 1.500 Bibit Mangrove di Tambakrejo |
![]() |
---|
Cerita 2 Pemancing Semarang Bertahan di Tengah Badai, Pasrah Lihat Teman Terombang-ambing, 5 Tewas |
![]() |
---|
Segini Budget Wedding Mewah di Kota Semarang dalam Mahkota The Suri Tiara Wedding Fair 2025 |
![]() |
---|
Jabatan ASN Kota Semarang Dirombak, Wali Kota: Bolongan-bolongan yang Kemarin Ada, Sekarang Terisi |
![]() |
---|
Bayar Royalti Musik Wajib, Pakar Hukum Unika Soegijpranata: UMKM Bisa Dikecualikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.