Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UMKM Kudus

Bangkit Usai Pandemi, Usaha Jenang Ali Dipasarkan Hingga Kalimantan dan Sulawesi

Butuh waktu kurang lebih 8 tahun bagi Ali untuk mengembangkan usaha jenangnya agar bisa menyasar pasar luas. 

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG/SAIFUL MA'SUM
Ali Esmanto (32), warga Desa Temulus, RT 2 RW 6 Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus menunjukkan jenang produksinya yang tembus ke pasar Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi, Jumat (20/10/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Nama Jenang Armina, Mutiara, dan Amalia karya Ali Esmanto (32), warga Desa Temulus, RT 2 RW 6 Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus mulai dikenal di wilayah Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi. 

Butuh waktu kurang lebih 8 tahun bagi Ali untuk mengembangkan usaha jenangnya agar bisa menyasar pasar luas. 

Mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Kudus periode 2019-2022 itu mampu memajukan usaha dengan modal mandiri, didukung dengan bantuan permodalan dari Kementerian, serta bantuan alat dari Provinsi Jawa Tengah. 

Pada 2015 lalu, Ali mendapatkan bantuan permodalan Kementerian senilai Rp 14 juta untuk pengembangan usaha.

Selang setahun, tepatnya pada 2016, dia kembali mendapatkan bantuan usaha berupa alat peras santan, ember dan beberapa perlengkapan lain untuk pengembangan usaha jenangnya. 

Modal usaha yang dikumpulkan, dan bantuan yang diterima dimaksimalkan untuk membangun sebuah usaha jenang khas Kudus

Di situlah awal karir usaha jenang yang dirintis Ali sebagai pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) rintisan.

"Sejak kuliah, saya ikut berbagai pelatihan yang diadakan Pemerintah Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah, juga pernah ikut pelatihan kewirausahaan oleh Kementerian di Jakarta. Dari situ belajar soal manajemen keuangan, pemasaran produk, belajar mental, melihat peluang, inovasi, hingga evaluasi produk," terangnya, Jumat (20/10/2023).

Baca juga: Museum Jenang Kudus Raih Rekor Muri sebagai Museum Jenang Pertama,

Baca juga: Kemeriahan Kirab Jenang Tebokan di Kudus, Bentuk Syukur Warga Kaliputu Sebagai Sentra Jenang

Ali Esmanto bercerita, sejak kecil dia sudah mendambakan punya usaha jenang setelah melihat banyak produk jenang Kudus dititipkan ke ruko orangtuanya.

Dia pun tertarik untuk membuat home industri jenang sendiri.

Ali menyadari bahwa membuka produksi jenang membutuhkan modal yang tidak sedikit. 

Pemuda 32 tahun tersebut lantas mulai menabung sejak kuliah guna mengumpulkan modal untuk merintis usaha batu loncatan terlebih dahulu.

Saat itu, Ali mulai terjun ke dunia usaha seperti budidaya cacing, hingga eskrim. 

Hasil dari usaha yang dijalani digunakan untuk merintis home industri jenang Kudus yang dipusatkan di rumah tinggalnya. 

"Waktu itu saya dapat mengumpulkan modal sekitar Rp 100 jutaan untuk membeli bahan baku dan alat-alat pengolahan jenang. Modalnya sangat kurang, belum kebutuhan pendukung lainnya. Alhamdulillah bisa didukung bantuan juga dari Kementerian dan Provinsi Jawa Tengah," tuturnya. 

Ali menilai, usaha jenang pada tahun 2016 masih memiliki potensi yang besar untuk digarap serius sebagai pengembangan usaha. 

Jenang pertama yang diproduksi di era 2016-2017 dinamakan Armina. Kemudian dikembangkan dengan memproduksi jenang Mutiara pada 2018 dan jenang Amalia pada 2019.

Masing-masing nama mempunyai ciri khas khusus seperti contoh jenang Mutiara ditonjolkan rasa durian, Armina rasa anggur, dan Amalia spesial jahe. Sementara variasi wijen, rasa susu, dan kelapa ada pada setiap varian jenang

Ali saat ini memiliki 23 karyawan dan bisa memproduksi jenang hingga 240 kilogram per hari.

Capaian tertingginya berhasil memproduksi jenang hingga 480 kilogram per hari sebelum Pandemi covid-19 melanda. 

Kini usahanya berangsur go up kembali pasca melewati momentum sulit sepanjang pandemi berlangsung.

"Dampak pandemi sangat dirasakan bagi pelaku usaha. Seperti usaha jenang saya, harus mulai menata kembali konsumen sebagai target pasar. Karena tidak bisa dipungkiri banyak toko gulung tikar dampak pandemi melanda yang mengakibatkan pasar lesu," ujar dia. 

Saat ini, Ali bisa mengantongi omzet hingga Rp 50-100 juta per bulan. Pendapatan tertinggi biasanya terjadi ketika musim lebaran, musim nikahan, hingga musim mudik dengan prosentase permintaan naik dua kali lipat. 

Mayoritas jenang produksinya dikirim ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Kalimantan, hingga Sulawesi. 

Saat ini, Ali tengah menyiapkan inovasi baru dari produk jenangnya agar bisa diterima di kalangan generasi milenial dan generasi Z. 

"Kita sebagai pengusaha tidak boleh berhenti untuk berinovasi. Evaluasi usaha penting, dengan itu menjadi pendorong kita untuk terus berinovasi. Supaya usaha kita tetap diterima di kalangan masyarakat dengan baik," tuturnya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved