Gunung Marapi Erupsi
Daftar Nama 26 Pendaki Gunung Marapi Belum Turun, Tim Gabungan Terus Lakukan Pencarian
BPBD Kabupaten Agam melaporkan bahwa 26 pendaki masih berada di Gunung Marapi setelah gunung tersebut mengalami erupsi pada Minggu, 3 Desember 2023.
TRIBUNJATENG.COM - BPBD Agam melaporkan bahwa 26 pendaki masih berada di Gunung Marapi setelah gunung tersebut mengalami erupsi pada Minggu, 3 Desember 2023.
"Mereka masih tertinggal di sana," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Agam, Bambang Warsito, di Lubuk Basung, Senin (4/12/2023), seperti yang dilansir dari Antara.
Bambang menyatakan bahwa tim gabungan, terdiri dari petugas BPBD, TNI, Polri, Kantor Pencarian dan Pertolongan, Palang Merah Indonesia, pemerintah nagari, dan pemerintah kecamatan, bersama dengan relawan dan warga, masih aktif melakukan pencarian terhadap para pendaki yang belum turun dari Marapi.
Baca juga: UPDATE : Korban Pendaki Gunung Marapi 11 Tewas, Korban Selamat Terakhir Alami Luka Bakar 80 Persen
"Kami berusaha sekuat tenaga untuk melacak keberadaan para korban hingga semuanya ditemukan," ucapnya.
Bambang juga menginformasikan bahwa total 54 pendaki berada di Gunung Marapi saat terjadi erupsi, dan 28 di antaranya sudah berhasil turun.
Dari yang sudah turun, sembilan orang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
"Tiga orang dirawat di RSAM Bukittinggi dan enam orang di RSUD Padang Panjang," tambahnya.
Sementara 19 pendaki lainnya telah kembali ke rumah masing-masing.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Agam, 26 pendaki yang belum turun dari Marapi antara lain:
- Wahlul Ade Putra,
- Novita Intan Sari,
- Rizki Rahmad Hidayat,
- Lenggo Baren,
- Reihani Zahra Fadli,
- Filhan Alfiqh Faizin,
- Aditya Prasetyo,
- Yasirli Amri,
- Divo Suhandra,
- Nurva Afitri,
- Ahmad Firman,
- Afranda Junaidi,
- Muhammad Alpikri,
- Irfandi Putra,
- Zikri Habibi,
- Muhammad Teguh Amanda,
- Muhammad Iqbal,
- Siska Afrina,
- Liarni,
- Frengki Candra Kusuma,
- Nazatra Azin Mufadhal,
- M. Wilky Saputra,
- M. Rido Kurniawan,
- Ilham Nanda Bintang,
- M. Adan,
- M. Arbi Muharman.
11 Pendaki Meninggal
Kepala Kantor SAR Kota Padang, Sumatera Barat, Abdul Malik, mengonfirmasi bahwa sebanyak 11 pendaki Gunung Marapi ditemukan meninggal dunia setelah erupsi gunung tersebut pada Minggu (3/12).
"Pada pukul 07.10 WIB, tim gabungan berhasil menemukan tiga orang selamat dan 11 orang meninggal dunia," kata Kepala Kantor SAR Kota Padang Abdul Malik di Padang, Senin.
Abdul mengungkapkan bahwa dari total 75 orang yang berhasil diselamatkan oleh tim gabungan, 49 di antaranya dievakuasi dalam kondisi selamat.
Beberapa dari pendaki yang dievakuasi tersebut dibawa ke rumah sakit di Kota Bukittinggi dan Kota Padang Panjang untuk mendapatkan perawatan intensif.
Sementara itu, sebagian lainnya telah kembali ke rumah masing-masing.
"Saat ini, tim masih dalam proses evakuasi dari puncak Gunung Marapi ke bawah," ujarnya.
Terakhir, tim gabungan masih fokus mencari 12 pendaki yang belum diketahui keberadaannya.
Abdul Malik menyampaikan bahwa SAR Padang belum dapat memberikan identitas korban yang meninggal karena masih dalam proses pendataan.
Saya Haus
Keluarga Yasirli Amri (21), mahasiswa Politeknik Negeri Padang (PNP) yang menjadi salah stau pendaki yang belum turun sangat was-was.
Pasalnya putrinya sempat menelepon sang ayah pasca erupsi Gunung Marapi sekitar pukul 17.30 WIB, Minggu (3/12/2023).
Dalam panggilan telepon itu, Yasirli menyebutkan lokasi di sekitaran cadas dan ia terakhir bersama rombongan di dekat tugu Abel.
Di telepon itu, ia menyebut bahwa dirinya haus, kakinya rasa mau patah dan tidak sanggup lagi berjalan
Selain panggilan telepon Yasirli juga mengirimkan video singkat pada pihak keluarga.
Itulah penjelasan sepupu Yasirli Amri, Ahmad Gandi Sabri (28) mengatakan, adik sepupu perempuannya itu berangkat ke Gunung Marapi, Jumat (1/12/2023).
Anak bungsu dari dua saudara itu berangkat dalam rangka kegiatan kampus satu rombongan, berjumlah 18 orang.
"Adik saya itu sempat minta izin untuk berangkat ke orang tuanya dan diizinkan," tuturnya ditemui, Senin (4/12/2023).
Memasuki hari ketiga sejak Yasirli berangkat, sekira pukul 17.30 WIB, ia menghubungi ayahnya, melalui panggilan telepon.
Menyikapi hal itu, keluarga yang berada di Batu Sangkar langsung ke posko yang ada di Gunung Marapi.
Sabri mengaku, ini merupakan kali pertama adik sepupu perempuannya itu naik gunung.
Pihak keluarga berharap, Yasirli Amri bisa ditemukan dalam kondisi selamat.
"Kami akan menunggu sampai adik kami turun, semoga dalam kondisi selamat," ujarnya.
Baca juga: Ahmad Nashir Pelaku Pembunuhan Anak PJ Gubernur Papua Pegunungan Dituntut 14 Tahun Penjara
Kenapa Pendakian Dibuka?
Erupsi Gunung Marapi memakan korban jiwa. Para korban merupakan para pendaki yang saat terjadi erupsi sedang berada di kawasan gunung berapi itu.
Total ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi. Sebanyak 11 pendaki diketahui meninggal dunia di puncak gunung yang berada di Sumatera Barat (Sumbar) itu.
Sementara 26 pendaki lainnya masih dicari, delapan pendaki mengalami luka-luka dan 49 pendaki berhasil dievakuasi turun ke lokasi aman.
Belakangan beredar informasi jika Gunung Marapi ternyata sudah berstatus waspada (level II) sejak 2011 lalu.
Lantas, kenapa pendakian tetap masih dibuka meskipun Gunung Marapi berstatus waspada?
Gunung Merapi di Sumatera Barat mengalami erupsi dengan mengeluarkan abu pada Minggu (3/12/2023) sore pukul 14.54 WIB. (HO)
Dimana disampaikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) pada level II atau waspada sejak 3 Agustus 2011.
Hal tersebut diketahui dari press release PVMBG pada Senin (4/12/2023) pukul 02.38 WIB dini hari.
Kepala PVMBG Sumbar, Hendra Gunawan ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa Gunung Marapi berada pada level II (waspada) sejak 2011.
"Betul," kata Hendra melalui pesan WhatsApp.
Dalam rilis tertulis itu, PVMBG menyatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Marapi pada awal tahun 2023 didominasi erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 sampai 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75 hingga 1.000 meter dari puncak.
Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh gempa tektonik lokal dan tektonik jauh.
Sementara, tingkat aktivitas pada saat ini berada pada Level II (waspada) sejak 3 Agustus 2011.
Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 3 Desember pukul 18.00 WIB, maka tingkat aktivitas Gunung Marapi masih tetap pada Level II (waspada).
Sementara itu, Pelaksana Harian (Plh) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dian Indriati mengatakan, pendakian Gunung Marapi dibuka setelah mendapat dukungan dari seluruh stakeholder.
Stakeholder itu di antaranya Pemkab Agam, Pemkab Tanah Datar, Dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar, BPBD Tanah Datar, Basarnas, Wali Nagari Batu Palano, Aia Angek dan Koto Baru.
Selain itu BKSDA Sumbar juga telah memiliki SOP pendakian dengan batasan-batasan tertentu.
Misalnya, melakukan pendakian pada siang hari, tidak boleh mendekati kawah, minimal dalam melakukan pendakian berjumlah 3 orang dan sebagainya.
Untuk tanggap darurat terdapat posko siaga nagari, rambu-rambu di jalur pendakian dan asuransi.
Katanya, untuk level II (waspada) seluruh pendakian gunung api di Indonesia diberlakukan level ini.
"Contoh Gunung Bromo, Kerinci, Rinjani dan lain-lain dibolehkan melakukan pendakian sepanjang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," ujar Dian Indriati kepada wartawan di grup WhatsApp Media BKSDA Sumbar, Senin (4/12/2023).
Diketahui, pendakian Gunung Marapi dibuka kembali pada 24 Juli 2023 lalu setelah sebelumnya ditutup karena erupsi.
Ardi Andono, kepala BKSDA Sumbar saat itu bersama Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy melaunching sistem booking online pendakian Gunung Marapi.
Setelah dibuka kembali setelah beberapa bulan, Gunung Marapi erupsi pada Minggu (3/12/2023) pukul 14.54 WIB melontarkan abu vulkanik setinggi 3.000 meter dari atas puncak.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan tertulisnya menyebut, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sementara lebih kurang 4 menit 41 detik.
Pasca erupsi, Gunung Marapi berada pada Status Level II (Waspada).
Rekomendasi dari PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung api Marapi pada radius 3 kilometer dari kawah atau puncak.
Sejauh ini terkonfirmasi sebanyak 75 pendaki berada di Gunung Marapi saat erupsi terjadi. Petugas gabungan menemukan 11 pendaki meninggal dunia.
Penyebab Gunung Marapi Meletus Tiba-tiba
Penjelasan PVMBG Ketua Pos Pengamatan Gunungapi Marapi Ahmad Rifandi buka suara soal letusan Gunung Marapi yang disebut terjadi secara tiba-tiba.
Ia menjelaskan, erupsi gunung api terkadang juga dipicu oleh kondisi bawah permukaan yang terjadi secara tiba-tiba.
Contohnya adalah masuknya air tanah secara tiba tiba ke kantung magma dangkal atau terpicu oleh gempa tektonik lokal.
Khusus letusan Gunung Marapi, pemicu erupsi yang sudah dipastikan saat ini adalah akumulasi tekanan sangat dangkal.
"Karena tidak terdeteksi peningkatan gempa VA (Gempa Vulkanik-Dalam) secara signifikan dan yang kedua tiltmeter yang bereaksi adalah tiltmeter puncak," jelas Ahmad dilansir Tribun-Medan.com dari Kompas.com, Senin (4/12/2023).
"Jadi dari tiltmeter terjadi peningkatan tekanan di kedalaman dangkal, namun pemicu pelepasan tekanan itu belum bisa kita tentukan karena dari data kegempaan tidak ada indikasinya," tandasnya.
(*)
Cerita Ridho Harus Ngesot Turuni Gunung Marapi dan Pakai Lumut Obati Luka Bakar Tubuhnya |
![]() |
---|
RSAM Bukittinggi Pungut Uang Jenazah dan Korban Luka Gunung Marapi, Baru-baru Ini Dikembalikan |
![]() |
---|
Inilah Sosok Frengki Candra, Korban Tewas Erupsi Marapi Yang Berbau Wangi Ternyata Penghafal Alquran |
![]() |
---|
Kisah Heroik Adan Korban Marapi, Pertama Kali Ditemukan Tapi Pinta Tim SAR Selamatkan Pendaki Lain |
![]() |
---|
10 Pendaki Berada di Puncak Sebelum Gunung Marapi Erupsi, Ini Kisah Mereka Selamatkan Diri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.