Berita Kudus
Tentang Caping Kalo, Tutup Kepala Wanita Khas Kudus yang Tak Lagi Hype
Caping Kalo adalah pelengkap pakaian adat wanita di Kudus yang saat ini kehadirannya mulai langka.
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS — Caping Kalo adalah pelengkap pakaian adat wanita di Kudus yang saat ini kehadirannya mulai langka.
Kelangkaannya disebabkan semakin hari tidak lagi hype atau tak banyak wanita yang menggunakan caping kalo.
Sehingga, penutup kepala yang terbuat dari rotan dan daun Rumbia itu penggunaannya bergeser, dari yang digunakan hampir setiap hari oleh para wanita kini hanya digunakan pada acara-acara tertentu.
Pergeseran penggunaan itu, membuat para perajin caping kalo mulai beralih untuk bekerja ke hal lain karena dirasa sudah tidak lagi menguntungkan.
Bahkan Desa Gulang yang saat itu terkenal sebagai kampung perajin Caping Kalo, saat ini hanya ada segelintir orang saja, yang masih bertahan menjadi perajin caping kalo. Itupun juga tidak seratus persen mengerjakan caping kalo.
"Sekarang sudah tidak bisa lagi buat mengerjakan ini, buat caping kalo ini untuk samben (sambilan) saya bekerja di tempat lainnya juga. Itu karena lakunya di waktu-waktu tertentu," kata Kamto saat ditemui Tribunjateng.com, Jumat (15/12/2023).
"Saat ini yang masih melestarikan itu yakni saya sendiri dan beberapa orang teman saya yang membantu pembuatan prosesnya, kemudian saya yang rangkai hingga jadi," sambung Kamto.
Kamto juga sempat mengenang masa lalu, saat itu penggunaan caping kalo digunakan oleh banyak wanita di Kudus. Untuk beragam aktifitas, seperti pergi ke kondangan, pasar, ataupun pergi berjualan.
Namun sekarang, caping kalo ini hanya digunakan untuk event-event tertentu seperti HUT Kota Kudus dan Hari Kartini. Caping itu digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Kudus.
Kamto mengaku bahwa saat ini, pembuatan caping kalo tidak lagi bisa dijadikan sebagai mata pencaharian utama.
"Istilahnya samben atau sampingan, kalau saya sendiri juga begitu. Secara tidak langsung ini kalau dibuat penghasilan utama tidak bisa, buatnya lama dan ribet serta modalnya yang mahal juga tidak cepat laku. Lakunya di waktu-waktu tertentu saja," ucap Kamto.
Terancam Punah
Kamto mengaku, dirinya masih bertahan menjadi perajin caping kalo untuk menjaga pakaian khas Kota Kretek ini, agar tidak punah.
Apalagi mengingat regenerasi perajin caping kalo yang sangat lambat. Dirinya juga mengakui bahwa perlu banyak campur tangan dari pemerintah ataupun swasta untuk melestarikan caping kalo.
Saat ini di akhir tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Kudus juga menggelar pelatihan caping kalo yang melibatkan Kamto sebagai instruktur pelatihan.
Dampak Pemangkasan Transfer APBN: Bupati Kudus Putar Otak, Siap Prioritaskan Anggaran untuk Warga |
![]() |
---|
Akhir Penantian 35 Tahun: Lahan MAN 1 Kudus Resmi Dihibahkan Pemerintah Kabupaten |
![]() |
---|
Puncak Hari Jadi Ke-476 Kudus, Bupati Sam'ani: Masih Banyak PR yang Harus Diselesaikan |
![]() |
---|
Banyak Kegiatan Olahraga Digelar di Kudus, Bupati Sam’ani Optimistis Bisa Tambah Pendapatan Daerah |
![]() |
---|
Bupati Kudus Nonaktifkan Kades Umar Tersangka Dugaan Korupsi APBDes Cendono Rp571 Juta |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.