Citizen Journalism
Antara Crombolini, Lidah Ndeso dan Generasi Milenial
Lidah saya lebih akrab dan cocok dengan “panganan ndeso” (kudapan desa) seperti pisang godog, gethuk, mendut, klepon.
Budaya pangan global menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari. Anak-anak dan remaja saat ini lebih akrab dengan aneka makanan semacam mie instan, sosis, nugget dan frozen food lainnya.
Budaya pangan sebuah bangsa berubah seiring berubahnya pola makan dan budaya pangan rakyatnya. Saya mengamati perubahan pola makan di lingkungan keluarga kami.
Anak-anak dan keponakan yang berusia TK dan SD lebih suka sarapan “garingan” (tanpa sayur) dengan omlete (telur dadar), nugget dan sosis atau roti bakar daripada sarapan nasi berlauk sayur mayur dan tahu tempe goreng.
Generasi millenial sekarang agaknya lebih akrab lidahnya ketika makan spagetti ketimbang bakmi Jawa. Lebih suka beli Thai-tea dan cappucino daripada Java-tea dan kopi susu.
Lebih demen makan nasi garingan lauk fried chicken dengan “saos tomato” daripada nasi lauk ikan goreng dengan lalapan dan sambal tomat.
Sebuah tantangan bagi UMKM Pangan untuk kreatif menghadirkan aneka makanan dan minuman lokal yang mampu bersaing dan merebut budaya pangan global. Think globally, act locally.
Weleri, 19 Desember 2023
Penulis: Khafid Sirotudin (Pemerhati Pangan dan Ketua LP UMKM PWM Jateng)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.