Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Tak Punya Biaya Berobat, Bocah 10 Tahun di NTT Korban Ledakan Meriam Bambu Akhirnya Meninggal Dunia

Seorang bocah berusia 10 tahun asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, bernama RF, telah meninggal

Editor: muh radlis
Pos Kupang
ILUSTRASI - Meriam bambu 

TRIBUNJATENG.COM - Seorang bocah berusia 10 tahun asal Kampung Kolokoa, Malanuza, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, bernama RF, telah meninggal dunia akibat luka bakar yang parah setelah terkena ledakan meriam bambu.

Insiden tersebut terjadi pada Rabu (27/12/2023), ketika RF bermain dengan meriam bambu di daerahnya.

Sejak terkena ledakan, RF langsung dirawat di Puskesmas Koeloda, Kecamatan Golawe, dan kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bajawa pada 25 Desember 2023.

Sayangnya, keluarga RF tidak mampu membiayai pengobatan di RSUD Bajawa yang mencapai enam juta rupiah dalam beberapa hari.

Keluarga RF memutuskan membawa pulang RF dari RSUD Bajawa dan memilih pengobatan tradisional karena keterbatasan keuangan.

Pada Jumat (29/12/2023), RF menghembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan luka bakar yang parah. Sebelumnya, keluarga RF telah mencoba menggalang donasi untuk biaya pengobatan.

Angelina Mogi, yang berupaya mengumpulkan donasi, membenarkan berita duka ini.

Feligius Nika, kakak kandung RF, mengungkapkan bahwa mereka memilih pengobatan tradisional karena tidak mampu membiayai perawatan di RSUD Bajawa.

"Baru beberapa hari ini saja di rumah sakit sudah habis enam juta rupiah. Kami tidak mampu untuk biayai lagi ke depan, jadi kami pilih rawat di luar saja," ujar Feligius.

Feligius menuturkan, RF memang tidak punya Kartu Indonesia Sehat (KIS) sehingga biaya pengobatan yang harus dikeluarkan keluarga cukup besar.

Mempertimbangkan waktu pengobatan di RUSD Bajawa yang bisa sampai sebulan dengan kondisi keuangan, keluarga bersepakat untuk menempuh pengobatan tradisional.

Feligius menuturkan, Rikardus Fono merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara dan masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) Watuwula.

Sementara ibu mereka, Maria Goreti Mogi, adalah seorang petani berjuang sendiri.

"Mama juga sekarang sakit - sakit," ujar Feligius. Feligius mengatakan, RF yang masih duduk di bangku SD sangat peduli dengan kondisi keluarga terutama ibunya.

Setiap Sabtu, saat hari pasar di Malanuza, RF biasanya mendorong gerobak barang untuk membatu ekonomi keluarga.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved