Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

140 Tahun Lalu Anak Krakatau Lahir, Pertumbuhannya Capai 4 Meter per Tahun

Gunung Anak Krakatau lahir ke permukaan laut pada 15 Januari 1929."Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang

|
Penulis: Puspita Dewi | Editor: galih permadi
GEO MAGZ: Stehn (1929)
Foto-foto Lawas Kelahiran Gunung Anak Krakatau 1929 Mulai Tumbuh dari Kedalaman Laut 180 Meter 

"Melihat pertumbuhan kerucut Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat, semakin tinggi dan besar, maka bencana seperti yang pernah terjadi pada 1883 letusan dapat terulang kembali. Meskipun demikian, besarnya tubuh suatu gunung api bukan penentu besarnya ancaman bahaya yang akan terjadi. Ancaman itu meskipun masih jauh di depan mata, tetapi apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka bencana itu akan melanda kawasan Selat Sunda," demikian laporan yang tertulis dalam majalah tersebut.

Pada 19 Agustus 2018, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB), Sutopo Purwo Nugroho tidak memungkiri bahwa Gunung Anak Krakatau itu sedang dalam masa pertumbuhan.

Dengan kata lain, gunung ini akan masih terus aktif untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi.

Meski begitu, energi letusannya tidak besar.

"Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan ibunya yaitu Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tegasnya.

Sejak munculnya Gunung Anak Krakatau 1929, para ahli gunung api mencurahkan perhatiannya dan bahkan khawatir kemungkinan akan terjadi kembali letusan besar seperti 1883.

Tetapi kemungkinan tersebut dibantah dengan berbagai alasan, di antaranya berdasarkan komposisi kimia batuan hasil letusan Gunung Anak Krakatau saat ini.

"Bemmelen (1949) berpendapat bahwa kemungkinan letusan katastropis dapat terulang kembali apabila komposisi kimia batuan hasil letusan, berubah dari magma basa (SiO2 rendah) ke magma asam (SiO2 tinggi). Ia juga menegaskan bahwa letusan berbahaya bagi Krakatau umumnya diawali masa istirahat ratusan tahun untuk pengumpulan energi baru"

"Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa pertumbuhan Gunung Anak Krakatau sangat cepat membangun tubuhnya dengan endapan piroklastik dan lava. Dari beberapa aktivitas letusan tersebut, terutama dari setiap letusan magmatik, diambil sampelnya untuk dianalisis kimia batuan"

Pada November 1992 hingga Juni 2001, Gunung Anak Krakatau meletus terus-menerus hampir setiap hari.

Bahkan hampir setiap 15 menit sekali, melontarkan piroklastik lepas jenis skoria berukuran abu, pasir, lapilli sampai bom vulkanik, dan beberapa letusan diakhiri dengan leleran lava.

Setiap leleran lava tersebut dipetakan dalam Peta Geologi.

Apabila peningkatan persentase silika ini terjadi secara konsisten dan diasumsikan meningkat satu persen dalam sepuluh tahun, maka untuk mencapai 68 persen (komposisi asam) dibutuhkan waktu 140 tahun.

Bammelen menegaskan bahwa letusan berbahaya bagi Krakatau umumnya diawali masa istirahat ratusan tahun untuk pengumpulan energi baru.

 

Baca juga: Pada Hari Ini 138 Tahun Lalu, Gunung Krakatau Meletus, Ini Cerita Kedahsyatannya

Baca juga: Dari Luar Angkasa, Gunung Anak Krakatau Meletus Terlihat Seperti Ini

Baca juga: Kata Menteri BUMN Erick Thohir soal Upaya Penyelamatan Krakatau Steel yang Terancam Bangkrut

Baca juga: Misteri Dentuman Misterius di Jabodetabek Pasca Meletusnya Gunung Anak Krakatau, Ini Kata Lapan RI


(*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved