Berita Jateng
Investasi Jawa Tengah Ditarget Naik 10 Persen Pada Tahun 2024
Jawa Tengah dipandang masih menjadi provinsi yang seksi untuk berinvestasi pada tahun 2024.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Jawa Tengah dipandang masih menjadi provinsi yang seksi untuk berinvestasi pada tahun 2024.
Tahun yang bertepatan dengan Pemilu ini diyakini tidak akan mengganggu investor masuk ke Jawa Tengah.
Kepala Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah Sakina Rosellasari mengatakan, tahun ini Jawa Tengah menargetkan kenaikan nilai investasi sebesar 10 persen dari tahun lalu.
Baca juga: Buka Kran Investasi, Jateng Perkuat Kerjasama dengan Singapura
Ia optimistis dengan capaian itu, melihat dari ketertarikan calon investor masuk ke Jawa Tengah awal tahun ini.
“Kami ada target sebesar kenaikan 10 persen, secara keseluruhan. 10 persen ini kompilasi dari penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dan negeri (PMDN), dan usaha kecil dan menengah (UKM). Biasanya ada target LKPM dari Kementrian, hari ini belum keluar.
Mengenai kekhawatiran di tahun ini, kami sampaikan Januari saja sudah menerima kunjungan dari China minggu lalu, minggu ini, minggu depan juga ada baik itu yang akan melakukan relokasi ataupun pengembangan yang tadinya ada di beberapa provinsi pulau jawa.
Kami tanya PMA dari China, mereka mengatakan tidak khawatir (investasi) di tahun Pemilu,” kata Sakina saat konferensi pers, pekan lalu.
Data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM), triwulan I sampai IV tahun lalu mencatatkan nilai investasi Jawa Tengah sebesar 77,02 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 12,59 persen dari tahun 2022 yang sebesar Rp 68,41 triliun.
Menurut Sakina, Jateng menjadi wilayah yang diminati oleh pemodal karena beberapa hal seperti aksesibilitas, ketersediaan tenaga kerja, dan upah yang kompetitif.
Adapun sektor investasi yang paling diminati PMA adalah industri padat karya seperti barang dari kulit dan alas kaki, industri mesin, elektronik, alat kedokteran dan industri tekstil.
Sakina memperkirakan tren peminatan di sektor industri padat karya akan berlanjut tahun ini.
"Jawa Tengah selain lokasinya yang strategis, juga memiliki daya tarik infrastruktur, sarana prasarana, sumber daya manusia, dan hubungan industrial yang harmonis."
"Kami ada data untuk relokasi calon investor, rata-rata memang pelaku usaha masih di sektor padat karya. Tentunya ini informasi menggembirakan karena dengan investasi itu ada pergerakan perekonomian dan menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran," sebutnya.
Di sisi lain, untuk mengejar target investasi Jawa Tengah tahun ini ia mengatakan masih ditemui kendala terkait dengan perizinan, di mana beberapa investor masih menunggu izin lingkungan hingga setahun lamanya.
PMA mengalami kendala izin lingkungan tersebut yaitu di Kabupaten Brebes, Klaten, Kota Tegal, Kabupaten Semarang, dan Banyumas.
Sakina mengatakan, pihaknya akan komunikasi dengan pihak terkait untuk mencari jalan keluar atas kendala yang dihadapi.
"Kendala perizinan ini Hari Selasa kemarin kami fasilitasi pertemuan PJ Bupati Brebes dengan pelaku usaha untuk mengurai izin lingkungan. Keputusannya tetap di Kementerian Lingkungan Hidup meskipun prosesnya masih menggunakan OSS RBA (Online Single Submission Risk Based Approach). Selasa besok, 30 Januari kami dari Pemerintah Provinsi Jateng dan jajaran Kabupaten Brebes akan ke Kementerian Lingkungan Hidup bertemu Sekjen, dan tentunya dengan seluruh kabupaten/kota yang mengalami kendala," terangnya.
Kendala disebutkan itu berbanding lurus dengan hambatan yang dialami PMA dari Taiwan di Jawa Tengah.
Sekretaris Jenderal Taiwan Business Club Jawa Tengah Eka Candra mengatakan, adapun selain perizinan, persoalan pungutan liar (pungli) juga menjadi kendala bagi PMA.
"Menurut kami proses menggunakan OSS RBA ini sukses dan DPMPTSP bagus. Namun di bawahnya, pungli di lapangan masih terjadi. Kami harap itu bisa ditertibkan," kata Eka dihubungi terpisah.
Sementara itu, Eka mengungkapkan Jawa Tengah masih menjadi wilayah yang seksi untuk berinvestasi.
Terutama di sektor industri padat karya, di mana industri-industri satelit yang mengekor di belakang disinyalir akan terus masuk.
Baca juga: OJK Minta Anak Muda Tak Asal Investasi: Jangan Ikut-ikut Crazy Rich
Isu mengenai potensi Taiwan berperang dengan China menjadi salah satu alasan investor bermigrasi ke Indonesia, termasuk Jawa Tengah ini.
"Sekarang paling signifikan itu garment dan alas kaki yang masuk ke Indonesia. Ketika industri hilirnya masuk kemari, mengakibatkan industri ini huluisasi di mana bahan-bahannya dia akan terus masuk Indonesia termasuk industri sekitarnya. Misal baju berarti kainnya, kancingnya, benangnya akan mulai bermigrasi di Indonesia.
China dan Taiwan berpotensi konflik, orang-orang lari dari Taiwan dan China. Kalau industri hilirnya di Indonesia tetapi mereka tidak membangun industri hulunya di Indonesia, ketika mereka dikepung, perusahaan-perusahaan di luar akan 'mati' semua karena tidak dapat suplai kain. Itu yang tahun ini banyak potensi tekstil yang melirik masuk ke Indonesia," jelasnya. (Idy)
Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga, Jangkauan Program Desalinasi Pemprov Jateng Terus Diperluas |
![]() |
---|
BREAKING NEWS: Pohon Tumbang Hancurkan Gazebo di Dermaga Wisata Bukit Cinta Kabupaten Semarang |
![]() |
---|
Mengerikan, Ternyata Segini Banyaknya Warga Jateng Kena HIV/Aids, Tahun 2025 Saja 4.115 Kasus Baru |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Telah Melakukan Akad Masal KPR FLPP |
![]() |
---|
Itu Jadi Tanda, Wasiat Difalya Taruni Alumni SMA Taruna Nusantara 32 Samudra Sebelum Meninggal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.