Berita Semarang
3 Kelompok Nelayan Pesisir Semarang Sulit Melaut Akibat Proyek Tanggul Laut
Proyek Tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) menyebabkan nelayan di tiga wilayah meliputi Tambakrejo, Trimulyo dan Terboyo Wetan kesulitan mela
Penulis: iwan Arifianto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Proyek Tol dan Tanggul Laut Semarang-Demak (TTLSD) menyebabkan nelayan di tiga wilayah meliputi Tambakrejo, Trimulyo dan Terboyo Wetan kesulitan melaut.
Tiga nelayan dari wilayah tersebut mengeluhkan akses ke laut terbatas akibat adanya proyek. Selain itu, hasil tangkapan mereka juga kian menurun.
"Dulu (sebelum adanya proyek) melaut sehari bisa dapat Rp200 ribu, sekarang hanya Rp50 ribu sampai Rp60 ribu, itupun sulit," ucap Ketua KUB Rizky Bahari Terboyo Wetan, Genuk, Kota Semarang, Agus Isnaini (45) , Sabtu (3/2/2024).
Penurunan pendapatan secara drastis yang dialami nelayan dipicu lantaran ruang melaut mereka kian terbatas akibat proyek TTLSD.
Kini, mereka tak biasa leluasa melaut karena terhalang aktivitas proyek.
"Kami nelayan tangkap melaut hanya jarak 200-500 meter dari bibir pantai atau di posisi pembuatan pondasi tol. Sekarang karena di situ ada proyek kami melaut hanya di sekitaran aliran Kali Babon," imbuh Agus.
Menurutnya, jumlah nelayan terdampak akibat proyek berjumlah 68 nelayan terbagi di wilayah Trimulyo Barat dan Trimulyo Timur dan Terboyo Wetan.
"Akibat proyek ini, 70 persen nelayan di sini ikut kerja di tempat lain seperti tukang kuli bangunan, pak Ogah (tukang penyeberang jalan) tapi kerja dan penghasilan tidak pasti," ujarnya.
Ia mengaku, nelayan mengalami kesulitan ke laut selama tiga bulan terakhir.
"Jangkauan perahu tidak bisa keluar karena ada pemasangan bambu proyek. Area proyek yang sedang dikerjakan sepanjang kurang lebih 5 kilometer," paparnya.
Lokasi proyek pengerjaaan TTLSD merupakan wilayah tangakapan ikan nelayan. Di lokasi itu, biasanya nelayan mampu menjaring ikan sembilang kepiting, hingga rajungan.
"Kami nelayan juga tidak tahu kapan proyek selesai. sepanjang proyek berjalan berarti kita kesulitan melaut," ujarnya.
Nelayan di wilayahnya juga kesulitan semisal memindahkan perahunya di dermaga Tambaklorok (Semarang) dan Tambakrejo (Semarang) maupun di Morodemak (Demak).
Sebab, nantinya jarak perahu akan lebih jauh ditambah risiko lebih tinggi. "BBM harus bertambah, biaya operasional lebih banyak," katanya.
Agus mengatakan, nelayan mengeluhkan tak ada kompensasi akibat aktivitas proyek tersebut. Padahal proyek ini diprediksi masih berjalan lama.
Mobilmu Mau Dipasang One Auto Film Premium? Cukup Bayar Rp2 Juta di Oneway Kaca Film Semarang |
![]() |
---|
Pemkot Evaluasi SOP Pengelolaan Gedung Cagar Budaya Setelah Kebakaran Resto di Kota Lama Semarang |
![]() |
---|
Lanjut Usia, Alasan Hakim Tipikor Semarang Tidak Cabut Hak Politik Mbak Ita Meski Divonis 5 Tahun |
![]() |
---|
Stok Beras di Kota Semarang Masih Cukup hingga 1 Bulan 21 Hari |
![]() |
---|
Pemkot Semarang Ungkap Alasan Kenaikan Harga Beras: Gabah Petani Naik, Pasokan Menurun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.