Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Nasional

Harga Beras Indonesia Lebih Mahal dari Singapura, Mendagri Ungkap Alasannya

Impor beras secara keseluruhan menjadi alasan harga beras Singapura termasuk salah satu yang termurah.

Istimewa
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR RI, Selasa, 12 September 2023. 

TRIBUNJATENG.COM - Impor beras secara keseluruhan menjadi alasan harga beras Singapura termasuk salah satu yang termurah.

Hal itu diungkapkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.

Singapura bukan merupakan negara produsen, melainkan negara yang berfokus pada konsumsi dalam hal beras.

Baca juga: Harga Beras Turun 100 Rupiah, Pemprov Jateng Bakal Gelar GPM hingga Lebaran

Singapura banyak mendatangkan beras dari Thailand, Pakistan, dan Vietnam.

"Dia (Singapura) enggak punya pangan, enggak menghasilkan pangan apa pun, semuanya impor jadi strateginya beda," beber Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri di Jakarta, dikutip dari Antara, Selasa (5/3/2024).

"Kalau di Singapura, bagaimana caranya harga serendah mungkin karena yang produsen bukan mereka," kata dia lagi.

Harga beras Singapura di tingkat eceran pada 2024 tercatat 1,06 dolar Singapura per kilogram (kg) atau sekitar Rp12.324 per kg.

Untuk grosir tercatat sebesar 0,48 dolar Singapura per kg atau Rp8.580 per kg.

Menurut Tito, murahnya harga beras di Singapura dikarenakan Pemerintah Singapura yang tidak perlu menyesuaikan dengan harga di tingkat petani selaku produsen.

Berbeda dengan Indonesia yang berperan sebagai negara produsen, pemerintah tidak dapat sewenang-wenang mendatangkan beras impor agar tak berujung merugikan petani dalam negeri.

Namun di sisi lain, keadaan tersebut terkadang justru merugikan masyarakat selaku konsumen karena harga beras yang dinilai lebih tinggi.

"Kalau (Indonesia) kita enggak, kalau murah sekali, kasihan petani dan penghasil lainnya, termasuk pengusaha yang juga memproduksi," jelasnya.

Oleh karena itu, lanjut Tito, saat ini pemerintah terus berupaya mencari keseimbangan harga beras yang adil antara produsen dan konsumen agar sama-sama menguntungkan kedua belah pihak.

"Kita harus menyeimbangkan kedua-duanya," ucap mantan Kapolri ini.

Sebelumnya, Perum Bulog menyebutkan ada tambahan kontrak impor sebanyak 300 ribu ton beras dari Thailand dan Pakistan untuk memperkuat stok pangan nasional terutama menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved