Stikes Telogorejo Semarang
ALERGI dan ANTIHISTAMIN
Salah satu pilihan obat yang diberikan adalah obat antihistamin untuk mengatasi reaksi alergi
Disusun Oleh : apt. Yovita Dwi Arini, M.Sc (Dosen Prodi S1 Farmasi STIKES Telogorejo Semarang)

TRIBUNJATENG.COM - Beberapa orang mungkin memiliki alergi terhadap sesuatu, entah debu, makanan, udara, obat dan lain-lain. Gejala reaksi alergi yang timbul dapat beruba gatal, ruam, bengkak, demam, dan gejala lainnya. Salah satu pilihan obat yang diberikan adalah obat antihistamin untuk mengatasi reaksi alergi tersebut. Mungkin Anda penasaran apa saja fungsi obat antihistamin ini? Apakah penggunaan obat ini aman? Apakah ada efek sampingnya? Berikut informasi terkait obat antihistamin yang dapat anda.
Alergi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh orang lain. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya benda-benda asing tersebut umumya tidak membahayakan tubuh. Bahan-bahan yang menyebabkan reaksi tersebut disebut alergen. Reaksi alergi yang muncul juga tergantunng dari jenis alergennya. Gejalanya meliputi mata merah, gatal-gatal, rhinorrhea (keluarnya lendir encer dari hidung), eksim, urticaria (bentol-bentol pada kulit) atau serangan asma. Pada sebagian orang, alergi berat terhadap lingkungan, atau alergi makanan atau alergi obat-obatan atau reaksi terhadap sengatan dari tawon mungkin dapat membahayakan jiwa dengan timbulnya syok yang diakibatkan oleh alergi yang berat (anafilaksis). Reaksi alergi dapat diduga dan berlangsung cepat. Reaksi alergi diawali oleh mekanisme imunologis, yang disebabkan oleh produksi antibodi berjenis IgE (muncul karena adanya alergen tertentu) yang akan berikatan dengan sel mast. Sel mast banyak ditemukan pada bagian tubuh yang terpapar llingkungan luar seperti kulit, lapisan mukosa hidung, saluran pernafasan, usus, dan terdapat dalam leukosit (sel darah putih). Sel mast berbentuk menyerupai bola-bola kecil berisi gelembung yang penuh dengan histamin dan mediator inflamasi lainnya. Sel mast memiliki peran penting dalam proses inflamasi, sel mast akan melepaskan mediator inflamasi (senyawa yang menyebabkan peradangan) secara selektif (gejala alergi) atau melepaskan dengan cepat (reaksi anafilaksis), dan pembengkakan terjadi dari bersifat tidak nyaman hingga membahayakan.
Salah satu mediator inflamasi yang berperan dalam reaksi alergi adalah Histamin, yang memiliki peran sebagai mediator gatal. Hampir semua organ dan jaringan memiliki histamin dalam keadaan terikat dan inaktif. Histamin berperan dalam sistem kekebalan tubuh, mengatur fungsi sistem pencernaan, dan berfungsi sebagai neurotransmitter pada saraf. Histamin akan meningkatkan permeabilitas jalur kapiler sehingga sel darah putih dan protein untuk sistem imun bisa memasuki jaringan tubuh yang mengalami infeksi dan melawan kuman-kuman yang menyebabkan infeksi. Sehingga fungsi histamin adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai zat yang berbahaya. Ketika tubuh melakukan perlawanan ini, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang memiliki riwayat alergi, kinerja zat histamin menjadi kacau karena tidak bisa lagi membedakan objek yang tidak berbahaya dengan patogen penyebab penyakit. Oleh sebab itu tubuh mengalami alergi ketika objek masuk ke dalam tubuh. Obat antihistamin bekerja dengan memblokir zat histamin yang diproduksi oleh tubuh, saat kadar histamin dalam tubuh sudah terkendali, maka reaksi alergi dapat diredakan dengan baik.

OBAT ANTIHISTAMIN. Antihistamin adalah kelompok obat yang digunakan untuk meredakan keluhan atau gejala akibat reaksi alergi, misalnya pada rhinitis alergi atau urtikaria. Selain itu, beberapa jenis antihistamin juga bisa digunakan untuk meredakan mual atau muntah, terutama akibat mabuk perjalanan. Antihistamin bekerja dengan cara menghambat kerja dan jumlah histamin. Histamin merupakan satu zat kimia yang akan menimbulkan munculnya reaksi alergi, saat seseorang yang alergi terpapar zat pemicu alergi (alergen). Dengan begitu, gejala akibat reaksi alergi bisa mereda. Walaupun bisa meredakan gejala akibat reaksi alergi, antihistamin tidak bisa menyembuhkan alergi. Cara terbaik untuk mencegah munculnya reaksi alergi adalah dengan menghindari paparan zat atau bahan pemicunya. Beberapa jenis antihistamin juga bisa menghambat signal saraf di otak yang mengendalikan respon mual atau muntah, sehingga terkadang bisa digunakan untuk meredakan mual dan muntah, terutama akibat mabuk perjalanan.
Anhistamin dibagi menjadi 3 jenis, yaitu antihistamin generasi pertama, kedua, dan ketiga. Antihistamin generasi pertama memiliki cara kerja yang melewati lapisan otak, sehingga bisa menyebabkan rasa kantuk. Sedangkan generasi kedua dan ketiga tidak melewati lapisan otak sehingga lebih jarang menyebabkan kantuk.
Jenis Antihistamin. Berikut adalah jenis-jenis obat antihistamin
Antihistamin Generasi Pertama: Chlorpheniramine (CTM), Cyproheptadine, Ketotifen, Promethazine, Triprolidine, Brompheniramine, Hydroxyzine
Antihistamin Generasi Kedua: Cetirizine, Loratadine, Levocetirizine, Astemizole
Antihistamin Generasi Ketiga: Fexofenadine, Desloratadine
Antihistamin generasi pertama yaitu obat alergi yang sangat umum ditemukan. Namun, efeknya tidak bisa bertahan lama sehingga Anda perlu minum berulang kali hingga sembuh. Beberapa orang mungkin butuh dosis yang lebih tinggi agar efeknya bisa lebih tahan lama. Salah satu efek samping yang paling umum dari obat generasi pertama adalah rasa kantuk. Seiring waktu, pada dasarnya obat generasi pertama kini tidak lagi menjadi rekomendasi pertama karena memiliki banyak efek samping. Generasi antihistamin selanjutnya kemudian dikembangkan guna menyempurnakan generasi pertama yang efeknya kurang tahan lama. Obat generasi kedua dan ketiga bekerja lebih cepat dan tahan lama karena langsung menarget sel-sel sistem imun yang lebih spesifik.

Peringatan Sebelum Menggunakan Antihistamin. Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan sebelum menggunakan antihistamin, yaitu:
Jangan menggunakan antihistamin jika Anda alergi terhadap obat ini. Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung, pembesaran prostat, penyakit tiroid, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, penyakit hati, sulit berkemih, epilepsi, atau glaukoma.
Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu.
Jangan mengemudikan kendaraan atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan setelah menggunakan antihistamin, terutama generasi pertama, karena obat ini bisa menyebabkan kantuk atau pusing.
Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama Anda menjalani pengobatan dengan antihistamin, karena akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping yang serius, atau overdosis setelah menggunakan antihistamin.
Sebelum mengonsumsi obat-obatan golongan antihistamin, pastikan Anda paham benar berapa dosis yang tepat dan cara mengonsumsinya. Jika Anda belum paham, sebaiknya tanyakan kepada dokter atau apoteker sampai Anda benar-benar memahaminya.
Jangan melakukan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi atau menjalankan mesin karena obat ini berkemungkinan menimbulkan kantuk. Ikuti petunjuk penggunaan obat yang tertera pada kemasan atau sesuai dengan anjuran dokter. Jangan tambahkan atau mengurangi dosis dari aturan pakai.
Efek Samping dan Bahaya Antihistamin.
Ada beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan antihistamin, di antaranya: Sakit kepala, Pusing, Pandangan kabur, Kantuk, Agitasi (perasaan gelisah,gugup), Sakit perut, Sulit buang air kecil, Mulut kering. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung membaik atau semakin memberat. Selain itu, jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, antihistamin generasi pertama bisa menyebabkan efek samping yang lebih serius, seperti rasa senang yang berlebihan, tetapi tidak wajar (euforia) atau penurunan kesadaran, hingga delirium. Segera ke dokter jika Anda mengalami efek samping tersebut atau mengalami reaksi alergi obat setelah menggunakan obat antihistamin.
Mengenal Perbedaan Expire Date dan Beyond Use Date |
![]() |
---|
Seberapa Penting Sih Memilih Kampus Dilihat dari Fasilitas? |
![]() |
---|
Stress Kerja Melanda, 2-Mind Solusinya |
![]() |
---|
Deteksi Dini Kanker Payudara, SADAR DIRI dengan SADARI dan SADANIS |
![]() |
---|
Resmi Dilantik, HIMAFAR STIKES Telogorejo Semarang Siap Jalankan Kepengurusan 2025/2026 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.