Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Krisis Timur Tengah

Imbas Krisis Timur Tengah, Pertamina Pastikan Stok BBM Nasional Aman

Di tengah kecenderungan harga minyak dunia yang mengalami kenaikan akibat konflik Iran-Israel, PT Pertamina Patra Niaga memastikan pasokan BBM nasiona

|
Istimewa
Pertamina di regional Jawa Bagian Tengah memastikan kesiapan stok BBM serta LPG aman. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Di tengah kecenderungan harga minyak dunia yang mengalami kenaikan akibat konflik Iran-Israel, PT Pertamina Patra Niaga memastikan pasokan BBM nasional dalam kondisi aman.

Ketegangan di Timur Tengah itu mendorong harga minyak mentah jenis Brent berjangka diperdagangkan di atas 90 dollar AS per barel setelah ditutup 1,1 persen lebih tinggi pada Rabu (10/4) lalu. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) mendekati 86 dollar AS per brel.

Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan mengatakan, ketegangan geopolitik dan pengurangan pasokan OPEC+ telah mengerek harga minyak dunia tahun ini naik hampir 18 persen.

Di tengah kenaikan harga minyak mentah dunia itu, menurut dia, Pertamina Patra Niaga akan terus menjaga pasokan BBM nasional serta stabilitas harga.

"Kami juga komitmen menjaga harga BBM domestik tetap stabil, agar tidak berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat,” katanya, dalam keterangan tertulis, Senin (15/4).

Riva menuturkan, Pertamina mengambil kebijakan mempertahankan harga, walaupun biaya produksi BBM meningkat seiring kenaikan harga minyak dunia. "Sebagai perusahaan negara, kami mendukung upaya pemerintah menjaga perekonomian nasional lebih stabil dan kondusif," ucapnya.

Di tengah kondisi tersebut, dia menambahkan, Pertamina Patra Niaga juga memastikan stok BBM nasional aman selama masa Satuan Tugas Ramadan dan Idulfitri (RAFI) 1445 H/2024 M.

Pasokan tersedia disebut jauh lebih tinggi untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama arus mudik dan balik Lebaran. Saat ini, stok Pertalite tercatat di level 20 hari, Pertamax 41 hari, Turbo 58 hari, Solar dan Biosolar 22 hari, Dex 70 hari, serta Avtur 41 hari.

“Penambahan stok selama masa Satgas RAFI telah disiapkan sejak Satgas Natal dan Tahun Baru untuk memastikan kebutuhan nasional terpenuhi dengan baik,” jelasnya.

Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyampaikan,, Indonesia tidak memiliki kerja sama impor minyak dan gas (migas) dari Iran. “Tidak ada impor dari Iran. Walaupun kita jalin kerja sama dengan Iran, tapi tidak mudah lakukan implementasinya, jadi sampai saat ini tidak ada,” terangnya.

Berdasarkan data 2023, Pertamina melakukan impor BBM paling banyak berasal dari Singapura yakni dengan persentase sebesar 56,8 persen yang berasal dari berbagai macam tempat, dan Malaysia sebesar 26,75 persen.

Sementara itu, Pertamina paling banyak impor elpiji dari Amerika Serikat (AS) sebesar 44,98 persen, United Arab Emirates 25,13 persen, dan Qatar 11,21 persen. “Jadi kami melihat ada negara yang biasa terlibat konflik, misalnya elpiji dengan Amerika yang berhubungan dengan impor elpiji-nya,” jelasnya.

Untuk impor minyak mentah, Tutuka mengungkapkan, Indonesia paling banyak mengimpor dari Arab Saudi dan Nigeria. “Namun kalau dari Saudi Arabia tentunya berpengaruh ya. Itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi berlanjut,” ungkapnya. (Tribunnews/Endrapta Ibrahim Pramudhiaz/Kontan/Siti Masitoh)

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 10 Bab 3, Bagian Written Test Halaman 54-55

Baca juga: Pengunjung Rutan Terlihat Gelisah, Ternyata Bawa Sabu di Bungkus Rokok

Baca juga: Respons Kejari Blora Terkait Hibah Pembangunan Gedung Baru Senilai Rp7,38 Miliar

Baca juga: Resmi, Inilah Harga LPG Pertamina 3 Kg, 5,5 Kg dan 12 Kg Seluruh Indonesia Jumat 19 April 2024

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved