Berita Viral
Nabila Tiba-tiba Memeluk Ibunya Mengeluh Lelah, 3 Tahun Dibully, Siswi SMK Depresi hingga Meninggal
Akibat derita perundungan yang dialaminya selama tiga tahun, ia sempat dirawat. Nabila mengalami depresi hingga akhirnya meninggal dunia
TRIBUNJATENG.COM - Kisah Nabila yang jadi korban perundungan di seolahnya.
Nabila tercatat sebagai siswi SMK di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Akibat derita perundungan yang dialaminya selama tiga tahun, ia sempat dirawat.
Nabila mengalami depresi hingga akhirnya meninggal dunia.
Baca juga: Muncul Tanda ‘Kampung Maling’ di Google Map Desa Sumbersoko Sukolilo, Buntut Pengeroyokan Bos Rental
Baca juga: Lima Tahanan Polres Barru yang Kabur Jebol Tembok Sel Berhasil Ditangkap, Ini Identitas dan Perannya
Korban merupakan siswi kelas 3 salah satu SMK di Bandung Barat bernama Nabila Fitri Nuraini (18).
Dia tinggal di Kampung Centeng, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Nabila diduga mengalami trauma dan depresi sehingga mengganggu kejiwaannya sepanjang bersekolah di SMK.
Perundungan siswi SMK Bandung Barat Ibunda korban, Siti Aminah (42) mengungkapkan, anaknya sering menjadi obyek perundungan teman kelasnya secara verbal dan nonverbal.
“Dihina, dicaci, dan disuruh-suruh," kata Siti dikutip dari Kompas.com, Senin (10/6/2024).
Menurut Siti, aksi perundungan mulai terdengar sejak Nabila duduk di bangku kelas 2 SMK.
Saat itu, temannya melaporkan kejadian perundungan tersebut kepadanya.
Saat mengonfirmasi lapora itu, Nabila meminta ibunya tidak meributkan perundungan tersebut.
Dia beralasan tak ingin punya musuh di sekolah.
Sayangnya, korban terus mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari teman sekelasnya.
Puncaknya pada November 2023, Nabila yang mengikuti program praktik kerja lapangan (PKL) dipaksa pelaku perundungan untuk memasak nasi.
"Padahal, posisinya sedang tidur pulas. Namun, lagi-lagi anak saya enggak mau dibesar-besarkan karena ingin sekolah tetap lancar enggak ada musuh," jelas Siti.
Suatu hari, Nabila mendatangi sang ibu dan memeluknya erat-erat.
Nabila lalu tiba-tiba menangis sambil mengeluh lelah.
Meski begitu, dia sempat mengaku bersyukur karena sebentar lagi lulus.
“Tapi, setelah itu kesehatan anaknya justru mulai menurun," tutur Siti.
Selain itu, kondisi emosi Nabila semakin tidak stabil.
Dia sering terlihat murung, menyendiri, marah-marah tanpa sebab jelas, bahkan memberontak.
Keluarga menyadari ada hal janggal dan membawa Nabila ke rumah sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dokter menyebut Nabila mengalami gangguan kejiwaan.
Dia lalu harus dirujuk ke rumah sakit jiwa.
“Berbagai pengobatan telah dilakukan tapi enggak mengalami perbaikan. Hingga akhirnya, pada Kamis 30 Mei 2024, anak saya meninggal dunia," ungkap Siti.
Siti mengaku keluarga mencoba mengikhlaskan kepergian Nabila.
Namun, mereka berharap ada sanksi untuk pelaku perundungan agar tidak ada lagi korban lain.
“Pihak keluarga tak pernah meramaikan di medsos. Kami enggak tahu siapa yang viralkan. Kami sudah ikhlaskan kepergian anak kami," ujar Siti.
Korban perundungan takut melapor
Psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal menuturkan, korban perundungan memang jarang bersedia melaporkan kejadian yang dialaminya.
Hal itu karena korban takut menghadapi risiko akan semakin diintimidasi oleh pelaku.
Menurut dia, korban akan merasakan emosi negatif seperti takut, sedih, kecewa, marah, dan sakit hati akibat perundungan.
Hal ini membuatnya tak mampu berpikir untuk menghubungi orang lain yang bisa membantunya.
Korban perundungan juga takut terhadap pelaku yang sering mengancam korban agar tidak melapor.
Selain itu, mereka tidak mau semakin dipermalukan.
Oleh karena itu, Danti mengajak orang yang mengetahui anak menjadi korban perundungan untuk meminta bantuan atau melapor ke guru.
"Bantu anak untuk membangun rasa percaya diri dan katakan kepada anak bahwa ia berharga dan istimewa. Dorong anak untuk memilih teman dan bergaul dilingkungan yang baik dan postitif," kata Danti saat dihubungi Kompas.com, Selasa (11/6/2024).
Untuk mengajak anak melaporkan perundungan yang dialami, orang dewasa dapat membahas topik perundungan atau bullying dalam obrolan sehari-hari.
Ini akan membuat korban lebih sadar terhadap tindakan perundungan tersebut.
Selain meminta kerja sama dari anak yang jadi korban perundungan, guru perlu menginisiasi upaya pemberantasan tindakan tersebut dengan melibatkan orangtua.
"Hadapi pelaku bullying. Pelaku bullying jelas perlu ditindak tegas," imbuh Danti.
Korban depresi, tapi enggan berobat
Danti melanjutkan, korban paling sering akan mengalami masalah kesehatan mental akibat perundungan.
Gangguan tersebut seperti gangguan cemas, depresi, serta post-traumatic stress disorder (PTSD).
"Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental ini biasanya dialami oleh korban dalam jangka waktu panjang," tambahnya.
Selain itu, korban perundungan dapat mengalami kecemasan berlebih, kesulitan tidur, mimpi buruk, hingga penurunan nilai akademik.
Jika dibiarkan, tambah Danti, kondisi tersebut memicu penurunan kondisi fisiknya.
Kondisi yang terjadi bisa berupa kurang tidur, tidak semangat beraktivitas, takut berkepanjangan, perasaan tidak berdaya, serta kelelahan berlebihan akan menurunkan daya tahan tubuh dan berpotensi mengambil nyawa korban perundungan.
"Ada kecemasan menjadi takut, panik, dan tidak bisa beraktivitas secara normal. Hal ini semakin parah jika tidak segera mendapatkan pertolongan karena korban akan mempunyai PTSD," tegas Danti.
Sayangnya, dia mengakui korban perundungan kerap takut dan malu atas kondisinya sehingga enggan untuk diperiksa di rumah sakit.
Padahal, masalah kesehatan mental korban perundungan dapat diatasi dengan pendampingan konselor atau psikolog secara rutin ditambah kerja sama antara keluarga, sekolah, dan pihak-pihak terkait.
"Dukungan penuh untuk mendapatkan perlindungan dan pendampingan secara mental sangat berpengaruh untuk anak korban menjadi mau (diperiksa)," lanjut Danti.
Dia menyebut, korban perundungan harus diberi bantuan dari keluarga dan sekolah agar mampu percaya diri sehingga mau melaporkan kejadian yang dialami dan mendapatkan perawatan kesehatan.
Pihak sekolah, tambahnya, juga harus menguatkan korban perundungan untuk tetap bersekolah.
Sekolah juga harus siap dan sigap selama proses pemulihan korban. ( Kompas.com )
Viral Kendaraan Pajak Mati Dilarang Isi BBM di SPBU, Ini Kata Pertamina |
![]() |
---|
Cek Fakta Viral Ojol Dilarang Isi BBM Pertalite? Ini Penjelasan Resmi dari Kementerian ESDM |
![]() |
---|
Apa Itu Topan Ragasa Badai Dahsyat Terjang Filipina, Taiwan dan China, Dampaknya Sampai Indonesia? |
![]() |
---|
Viral Pendaki Tewas dalam Kecelakaan Menuju Gunung Sumbing Wonosobo, Istri Baru Melahirkan |
![]() |
---|
Kisah Pilu Joko Jalan Kaki Bawa Mayat Bayi ke Rumah Mertua Berujung Diusir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.