Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Wonogiri

Kisah Jaga Makam Orang Meninggal Selasa dan Jumat Kliwon di Wonogiri, 24 Jam Nonstop, Ini Alasannya

Karena keyakinan itu, kata dia, maka pihak keluarganya memutuskan untuk menunggu makam

Editor: muslimah
TRIBUNSOLO.COM/ERLANGGA BIMA SAKTI
Tradisi jaga makam orang yang meninggal masih dilakukan warga di Wonogiri. 

"Kami memutuskan untuk menjalankan ritual tradisi yang sudah berjalan. Idep-idep (hitung-hitung) berbakti kepada orang tua, menjaga makam dari kemungkinan buruk yang bisa terjadi," kata Cahyo.

Ia menjelaskan, makam ayahnya itu ditunggui selama 24 jam nonstop, siang hari maupun malam hari ada yang menunggu.

Selain pihak keluarga, pihak keluarganya meminta bantuan tetangga dan kerabat.

Ada empat orang yang dikhususkan menjaga makam selama 40 hari penuh, sejak jenazah dimakamkan.

"Kita melibatkan 4 orang yang pokok menunggu. Kita kasih uang lelah, keluarga dibantu dengan tetangga. Makan dan minum disiapkan, makam tidak ditinggalkan sama sekali sejak dimakamkan sampai 40 hari," terangnya.

Selain di makam, ritual menunggu menurutnya juga dilakukan di bekas tempat pemandian jenazah.

Sebab, bagian yang terkena air pemandian jenazah juga menjadi sasaran empuk para penganut ilmu itu.

"Di rumah ditunggu juga, karena ceritanya yang dirumah itu bisa diambil, pada bagian yang kena air mandi itu bisa juga. Makanya dua tempat jadi konsentrasi, semuanya dijaga," imbuhnya.

Tradisi tunggu makam itu sudah ia jalani kurang lebih dua pekan setelah ayahnya meninggal dunia.

Selama dua minggu berjalan, menurut dia belum ada yang mencurigakan.

Berdasarkan cerita yang dia dapatkan serta berbagai sumber literasi yang ia baca, saat ada orang jahil yang akan "menggarap" makam orang yang meninggal di hari istimewa itu akan muncul bau bangkai.

"Kemarin sempat bau didekat pemandian. Katanya ada yang bau tapi dicari tidak ketemu. Kepercayaan seperti itu masih sangat kuat di lingkungan saya. Infonya, katanya yang ambil bentuknya macan. Makanya segala antisipasi dilakukan seperti membuat pagar, intinya meminimalkan," jelasnya.

Cahyo menyebut, tradisi itu bukan hanya dilakukan oleh keluarganya saja.

Pasalnya, selama hidupnya, ia sudah beberapa kali menemui tradisi tunggu makam itu.

"Walaupun katanya mengambil itu juga tidak seperti orang menggali makam, tapi menggunakan ritual. Katanya seperti itu, nanti yang dibutuhkan keluar sendiri. Ada bagian dari jenazah, ada yang kainnya," pungkas dia.

( TribunSolo.com)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved