Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jamaah Islamiyah Bubar

Organisasi Jamaah Islamiyah Bubar setelah 31 Tahun Aktif, Berikut Wawancara Khusus dengan Abu Fatih

JI resmi membubarkan diri pada pada Minggu (30/6/2024). Mantan Ketua Mantiqi II JI, Abu Fatih mengaku meminta maaf atas segala apa yang terjadi

|
Tribunnews.com
Mantan Ketua Mantiqi II Jamaah Islamiyah (JI) Abu Fatih. 

Beliau intinya bilang, “yai, saya kangen sama antum. Tapi kondisi saya belum memungkinkan untuk pulang. Jadi tolonglah antum usaha untuk bisa mengunjungi saya di sini (Malaysia)”. Saya jawab inshaalalah, saya usahakan. Saya usaha bikin paspor di Jaktim, tiga hari selesai. Seminggu kemudian saya berangkat sendiri lewat Singapura, lalu naik kereta ke Malaysia. Ketemulah saya dengan ustad Abdullah Sungkar.

Pada waktu itu beliau menjelaskan, “yai, antum sudah denger bahwa saya melepas baiah (baiat) saya pada NII. Kemudian sejak bulan Januari 1993, saya mendirikan Al Jamaah Al Islamiyah. Kemudian keperluan saya panggil antum ke sini, itu saya mau minta tolong. Bantulah saya. Adik antum itu, maksudnya Abdurochim (adik Abu Fatih), dia seorang guru yang baik yang tulus ikhlas, tapi dia murni guru, pendidik. Yang saya perlukan itu yang  bisa mengelola. Jadi satu, gantikan adikmu itu. (Abdurochim saat itu diserahi memimpin JI wilayah Indonesia. Nama aliasnya Nuaim alias Abu Irsyad).”

“Kedua, bantulah ana (Abdullah Sungkar) memiliki (membangun) pondok pesantren itu 100 jumlahnya.” Saya ketawa. Saya katakan, saya bukan ahli pondok ustad. Beliau menukas, nanti saya jelaskan teknis-teknisnya. Satu lagi, kata Abdullah Sungkar, bantulah saya melanjutkan program yang dulu dirintis sama antum, maksudnya hal-hal terkait kaderisasi askari”.

Sebelum masuk penjara saya waktu itu sudah melaksanakan kaderisasi, pengiriman ke Afghanistan, seperti Abu Tholut, Abu Rusydan. Itu yang saya kirimkan sampai angka 59 orang, baru saya ditangkap (di Jakarta).

Saya diambil dan  masuk Cipinang karena memimpin halaqoh-halaqoh. Waktu itu belum terdeteksi kalo saya melakukan pengiriman kader askari ke Afghanistan.

Akhirnya saya pulang, saya temui adik saya, pengurus dikumpulkan dan menjelaskan misi yang dibawa. Saya waktu itu intinya mengatakan, untuk pengelolaan yang dulu namanya majelis dahiliyah, diganti jadi majelis qiyadah mantiqiyah. Itu saya bilang sekarang pekerjaan kita untuk qiyadah mantiqiyah adalah konsolidasi ke dalam.

Artinya kiita akan merumuskan konsep yang jelas. Kedua, kita harus membenahi persoalan pembinaan personal dari dakwah, tarbiyah, tandfid, rekrutmen, dan itu sudah harus terpikirkan detailnya. Kemudian pembinaan selanjutnya apakah diklat atau apa kita pikirkan matang.

Lalu persoalan tandzim, itu kan amanahnya tandzim siri (rahasia), artinya kita tak perlu open, kita jalankan apa yang bisa kita lakukan. Kira-kira itulah. Sebelumnya (tandzim askari) juga sudah dilakukan, oleh namanya Broto, dia NII. Tapi kan Ustad Abdullah Sungkar sudah melepas baiat atau pisah dengan NII. Akhirnya kan terbelah alumninya, ada yang ke NII ada yang ikut JI. Tak lama setelah itu Broto meninggal, dan karena saya sudah di luar, saya tidak ikut ngurus yang NII.

Saya mengurus di JI dan apa yang kita rintis muaskar ke Filipina, di Mindanao. Tapi tahap awal kita tidak memanfaatkan fasilitas itu.. Kita tawarkan membantu tadrib mujahidin MILF dipimpinan Syekh Selamat Hasim. Waktu itu sampai tahun kedua, sudah meluluskan alumnus muaskar dan mujahidin sana sudah 1.500 sampai 2.000 muqotil atau petempur.

T : Saat pertama bertemu Ustad Abdullah Sungkar, apa waktu itu dijelaskan detil organisasinya JI seperti apa, strukturnya dan lain-lain?

AF: Nggak, kan waktu itu ibaratnya masih embrio. Jadi yang di pusat ada 11 orang sebagai pencetus, saya bukan termasuk pencetus, tapi sebagai pelaksana di mantiqoh taniah mulai tahun kedua. Jadi baru masa itu ada yang terekrut ikhwan alumni pondok sekira 2.000. Dari dua ribu itulah modalnya yang kami olah dan kami sisir, mana jadi mualim, dai, murobi, mana yang tamqis atau penyeleksi.

T : Pengiriman ke Afghaistan apa masih berlangsung?

AF : Sudah tidak karena diputuskan kia tidak punya tempat. Tapi saya masih agak silap, waktu itu masih memelihara hubungan, masih menempatkan perwaklan tapi pengiriman sudah tidak.

T : Ada kontribusi peran keterlibatan mereka (mujahdin Afghanistan) ke kegiatan gerakan di Indonesia?

AF : Dalam perjalananya, saya lupa-lupa ingat apa 97 atau 98, saya memang dipanggil lagi oleh ustad Abdullah Sungkar ke Malaysia. Beliau memberitahu baru saja ziaroh menemui Syekh Usamah bin Ladin. Beliau mengatakan Syekh Usamah ingin bersama mujahidin Indonesia.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved