Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jamaah Islamiyah Bubar

Organisasi Jamaah Islamiyah Bubar setelah 31 Tahun Aktif, Berikut Wawancara Khusus dengan Abu Fatih

JI resmi membubarkan diri pada pada Minggu (30/6/2024). Mantan Ketua Mantiqi II JI, Abu Fatih mengaku meminta maaf atas segala apa yang terjadi

|
Tribunnews.com
Mantan Ketua Mantiqi II Jamaah Islamiyah (JI) Abu Fatih. 

T: Respon Abdulah Sungkar?

AF : Saya melihat beliau biasa-biasa saja. Karena beliau selalu mengingatkan dirinya hanya seorang dai, dan mengaku tidak paham persoalan-persoalan jihad. Saya mengandalkan jihad itu antum-antum itu. Jadi tatkala sudah disampaikan, terkesan beliau biasa-biasa saja. Cuma, itu kan ada semacam provokasi kepada ustad Abdullah Sungkar  yang mengatakan Abu Farih itu orang yang tidak memiliki kapabiltas untuk urusan jihad. Sehingga didorong saya belajar jihad ke Filipina, terutama harus konsultasi sama Syekh Selamat Hasim.

T : Provokasi dari mana?

AF : Ya dari dalam, seperti dari Hambali, Muklas. Tapi kemudian setelah pulang, saya laporkan Syekh Salamat Hasim saja begitu sikapnya. Itulah saya menafsirkan sendiri, ustad Muklas dan Hambali itu geregetan. Wallahualam, itu tafsir saya sendiri ya.

T : Apa kemudian terjadi dengan JI karena rentetan pengeboman terjadi di Indonesia?

AF : Jadi begini, saya tidak bisa memungkiri ada keterlibatan anggota JI dalam peristiwa bombing itu. Tapi pertama, saya ndak bisa menjelaskan secara detil, karena terjadinya bombing itu saya sudah tidak aktif. Kedua, menurut keyakinan saya itu tidak ada unsur disahkan oleh qiyadah (pimpinan) JI. Itu inisiatif, sebagaimana terbuka di pengadilan. Cuma begini, di sisi lain kami merasa ibarat orang lahir dan kemudian tumbuh berkembang. JI masih sangat muda belia. Dalam usia 10 tahun sudah dibebani overload. Sangat berat. Artinya kami tamqis personal untuk pemantapan, mengembangkan tandzim, masih sangat ringkiih. Tiba-tiba terjadi krisis di Indonesia, moneter, ekonomi, kepemimpinan politik.

Sampai pada waktu itu saya termasuk yang diundang ke Jakara (DDII) untuk menerima tamu dari Ambon, Brigjen Rustam Kastor. Seingat saya waktu itu mengenalkan sebagai Danrem Ambon. Beliau menyampaikan pembantaian umat muslim sudah berlangsung satu tahun, kondisi seperti ini, pemerintah tak mampu menggerakan alat negara karena tidak ada keuangan. Maka kalau kaum muslim tak menggerakkan diri menolong saudaranya, ada dua kemungkinan, umat muslim timur habis dan RMS berdiri. Karena dibentulah laskar mujahidn dikirim ke sana. Ada orang-orang seperti Aep Saefudin, Jafar Umat Thalib, dan lain-lainnya.

Laskar Mujahidn dikirim untuk memenuhi permintaan Rustam Kastor. Kemudian kami berpikir jauh, bagaimana mendampingi umat muslim di sana, mendampingi korban kekerasan, pemenuhan kebutuhan. Kami pernah bawa kurma sampai empat kontainer. Kami berpikir kirim ke sana.

Baru empat bulan, Pak Wiranto (Panglima TNI waktu itu)mendeklarasikan darurat sipil. Semua pendatang harus pulang. Kami putuskan pulang. Tapi kami tidak menutup mata ada di antara teman-teman itu tidak mau karena merasa belum ada gerakan apapun untuk bisa melindungi kaum muslimin. Tentu saja kami qiyadah tidak bisa memaksa.

T : Pengiriman mujahidin JI ke Ambon ini secara organisasi adalah perintah. Lalu bagaiman dengan aksi bombing itu, yang realitasnya pelakunya kemudian diketahui kader JI? Benarkah hanya inisiatif pribadi?

TF : Kira-kira begitu. Satu contoh begini. Suatu saat saya pergi ke Jakarta naik bus, sampai subuh. Saya langsung ke kantor yayasan, hari itu bersepakat dengan qoid wakalah Jakarta untuk menerima waqaf 6 hektare di Cianjur. Saya datang dalam rangka itu. Tiba-tiba rumah itu dikepung tentara dan polisi. Yang nemui saya Pak RT. Dia tanya saya dari mana, kok pagi-pagi sekalai sudah sampai sini. Saya bilang saya datang ke sini untuk terima waqaf tanah di Cianjur. Tatkala saya ke belakang, sama office boy kantor, dibisiki, ada yang terluka. Melakukan pengeboman (bom Atrium Senen). Saya tanya sudah dilapor Pak RT? Orangnya tadi lari ke sini. Siapa? Temen-temen dari Kramat Raya, namanya Sholahudin. Nah, itu saya terkejut, tidak tahu apa-apa. Lalu saya cari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

T : Setelah JI membubarkan diri, lantas apa Langkah berikutnya? Ke mana orang-orang eks JI nantinya?

AF : Kalau kami prinsipnya begini, kita berjamaah itu niatnya ibadah. Dalam ibadah ada batasan-batasannya, ada yang sudah kita sadari . Kalaupun seperti jihad itu kita kuat, kemungkinan terjadinya kezalinan tetap ada, apalagi kalau kita lemah. Karena itu setelah membubarkan diri, kita berpikirnya melakukan pendampingan. Apakah dengan ormas atau organisasi baru, atau jamaah baru, sekarang ini belum mau berpikir ke sana. Tapi pertama, melakukan pendampingan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi seperti splinter (pembelot/penyimpang), itu yang kita antisipasi. Itu merugikan semua pihak. Percuma declare tapi ada splinter begitu. Maka saya usulkan sosialisasi percepat. Yang saya kahwatirkan ini yang belum mendapat sentuhan sosialisasi. Pengalaman kita saat ini, sosialisasis cepat dan begitu banyak yang kemudian qobul islah, terbuka. Kita berharap teman-teman menyadari hal itu. Apalagi setback dengan sejarah masa lalu, dan kita melihat ke depan. Saya kira islah ini akan baik bagi kami Bersama khususnya, dan juga bangsa Indonesia.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved