Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jamaah Islamiyah Bubar

Organisasi Jamaah Islamiyah Bubar setelah 31 Tahun Aktif, Berikut Wawancara Khusus dengan Abu Fatih

JI resmi membubarkan diri pada pada Minggu (30/6/2024). Mantan Ketua Mantiqi II JI, Abu Fatih mengaku meminta maaf atas segala apa yang terjadi

|
Tribunnews.com
Mantan Ketua Mantiqi II Jamaah Islamiyah (JI) Abu Fatih. 

“Saya bersama anda, bersama harta dan jiwa kami. Kami punya 6.000 personil yang siap untuk bersama anda ke Indonesia. Ada senjata lengkap, pendanaan cukup, personal segitu jumlahnya.”( Abu Fatih mengutip kalimat Abdullah Sungkar).  

Kan pada itu dalam perjalanannya telah mengembangkan jamaah, sudah ada 6.000an. Di Solo ini awalnya ada 1.000, tapi kita sudah punya binaan yang belum kita ambil baiatnya sekitar 10.000. Di Jatim, Jateng, Jakarta, Lampung berkembang, Kalau saya perkirakan ada 6.000 orang kader siap.

Kalao ada 6.000 dan ditambah 6.000 lagi dari Afghanistan, hadistnya mengatakan ini pasukan yang takkan terkalahkan. Sebenarnya sebelum pembicaraan itu sudah ada kiriman-kirman tapi tidak terbuka. Ada yang datang untuk alasan investasi. Saya pernah diminta tolong mencari jika pabrik mesin, yang bisa diakuisisi. Itu pernah pada waktu itu. Belakangan saya baru tahu, Syekh Usamah itu sudah lama ingin masuk sini (Indonesia). Belakangan juga saya tahu bukan saya saja yang tahu. Hambali dan Muklhas mungkin tahu keinginan Syekh Usamah.

Mereka yang didatangkan untuk memeriksa keadaan ada dari Prancis, Spanyol, Saudi, Yaman, yang orientasinya masih tersembunyi. Ustad Abdullah Sungkar mengakhiri pertemuan dengan kalimat begini; “Semua tergantung antum (Ustad Anshori)”.

Saya jawab, ini perkara serius, beri kesempatan tiga bulan istiqarah, takbirul maidan atau orientasi teroritoral baik itu kewilayahan maupun demografis sampai pada persoalan spesial, utamanya pendaoat para ulama. Saya disilakan dan ustad (Abdullah Sungkar) menunggu jawabannya. Beliau menekankan saya harus menjawab karena ini serius.

Saya lalu pulang ke Sulawesi Selatan, istri saya memang orang Sulsel dan saya akrab dengan ulama-ulama Sulsel. Saya jumpai kalau tidak salah Kyai Sulaiman, Ustad Marzuki Hasan, Ayi Abdul Jaba Asiri, itu yang saya ingat. Tidak semua di Makassar, ada yang dekat Bulukumba sana.

Saya dekat karena dulu pernah diminta ulama di sana untuk membujuk orang-orang yang hendak melawan pemerintah sesudah peristiwa Tanjungpriok dan mereka lari naik ke gunung. Saya diminta membujuk Agus Dwikarna dan kawan-kawan yang sudah dikepung RPKAD, agar dialog dengan mreka.

Saya naik motor bersama ustad Zaitun Rasmin  (sekarang di MUI) sejauh 200 kilometer, guna membujuk mereka turun gunung. Dialog dari jam 8 malam sampai 8 pagi, akhirnya kesepakatannya turun. Itu membuat hati orang-orang tua (ulama) di sana simpati ke saya.

Dari situ berkembang ke kasus kira-kira 97/98, bagaimana sekarang kalau kita jihad. Sekarang kita dapat investasi dari luar, kita bangun Daulah Islam di sini. Lalu mereka bilang, “nak, dulu kita pernah keliru, dengan NII kita pernah keliru. Apa kita mau mengulang kekeliruan itu lagi. Beliau mengingatkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia itu didukung ulama, beribu-ribu istiqarah. Proklamasi juga terjadi di hari yang sangat tepat. Akan terjadi lagi hari yang sangat tepat seperti ini setelah 360 tahun  ke depan. Itu kalimat-kalimat yang saya ingat.

T : Jadi kesimpulannya?

AF : Jadi ternyata tidak ada kesempatan, tidak memberi ruang. Lalu saya pulang ke Jawa. Ketemu teman, lupa namanya, tapi teman Mang Djaja (almarhum Kang Djaja NII Banten), dia membawa saya ke Pak Rais, ulama di Banten. Kemudian Pak Syukur, ulama juga. Ketemunya di Cikampek. Habis itu saya diajak ke Tasik, maunya ke Ajengan Khoir, ketemunya sama Ajengan Yusuf kalo gak salah. Itu juga begitu, kalimatnya hampir sama. Dulu kita sudah pernah melakukan kehilafan, itu harus jadi pelajaran jangan sampai terulang.

Akhirnya saya kembali dan menjelaskan ke ustad Abdullah Sungkar, tidak ada ulama yang mendukung. Beliau tanya, antum yakin. Saya jawab, yakin ustad, bahkan kalimatnya jangan mengulang kesalahan yang lalu. Kalau saya tanyanya ke ulama alim yang terjunnya ke bukan ulama lapangan, nantinya jatuhnya ke soal talak dan rujuk.

Akhirnya ya sudah, nanti saya sampaikan (ke Syekh Usama bin Ladin), kata beliau. Sejak kata disampaikan, saya merasa orang-orang yang dulu kliweran, dari Yaman dari Saudi dan lain-lain sudah ditarik kecuali satu yang tertangkap, Umar al Faruq (Umar al Faruq ditangkap intel BIN dan dideportasi ke tangan AS. Umar Faruq dikabarkan tewas di Irak).

T : Jadi penjajakan lapangan, diam-diam sudah ada (orang Usamah bin Ladin ) yang masuk?

AF : Iya,sudah penelitian dan kesimpulan mereka ternyata mereka menilai Indonesia itu medannya sangat eksotis untuk jihad. Di mana-mana untuk survival sangat memungkinkan. Ikan, tanaman, dan segalanya eksotis.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved