Liputan Khusus
Apindo Nilai Praktik Dumping China Merusak Pasaran Produk Lokal, Pemprov Pertemukan UKM dan Buyer
Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan ekspor produk asal lokal Jateng, termasuk produk UMKM.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan ekspor produk asal lokal Jateng, termasuk produk UMKM.
Kepala Dinkop dan UMKM Provinsi Jateng Eddy S. Bramiyanto, mengatakan, pihaknya mempertemukan pelaku UMKM dan buyer bertujuan untuk mengembangkan jaringan ke pasar internasional.
Selain itu, mengidentifikasi potensi pasar produk UMKM Jateng untuk pasar internasional dan meningkatkan ekspor asal Jateng dan penggunaan produk lokal.
Maka telah digelar kegiatan serupa MoU dengan buyer di beberapa negara menorehkan hasil mencapai Rp 25 miliar.
"Kami berharap tahun ini bisa lebih dari 2023. Kalau target transaksi dari mempertemukan pelaku UMKM dan buyer tahun ini di angka Rp 35 miliar," paparnya.
Melalui kegiatan tersebut, Eddy menerangkan nilai ekspor UMKM di Jateng dan penggunaan produk lokal mengalami peningkatan. Di mana pada 2022, nilai ekspor UMKM Jateng mencapai Rp 206 miliar ke 32 negara.
Tekstil dan Pertanian
Sejumlah produk unggulan lokal yang tembus pasar internasional meliputi batik dan tekstil, produk pertanian seperti kopi, teh dan rempah, hingga produk perikanan yang mengasilkan berbagai macam hasil laut.
"Faktor pendukungnya seperti keunggulan bahan baku lokal, sumber alam dan bahan baku yang melimpah, dukungan infrastruktur dan pemerintah, serta pertumbuhan perkembangan teknologi digital dalam memasarkan produk," ucapnya.
Dinkop dan UMKM Jateng juga mencatat, sampai dengan Triwulan II tahun 2024 jumlah binaan mencapai 191.689 UMKM. Rinciannya UKM produksi non pertanian sebanyak 74.203, UKM pertanian 28.520, UKM perdagangan 67.210 dan UKM jasa 21.756.
Eddy mengatakan, UMKM Jateng berkontribusi cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sejak tahun 2021, kontribusi koperasi dan UMKM terhadap PDRB Provinsi Jateng terus mengalami kenaikan.
"Tahun 2021 sebesar 12,45 persen, pada 2022 sebesar 12,46 persen dan pada tahun 2023 sebesar 14,89 persen,” jelasnya.
Adapun Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana, juga menyatakan komitmennya untuk meningkatkan produk lokal dan ekspor. Ia mengatakan satu di antara upaya yang diambil melalui pameran di luar daerah dan promosi.
"Melalui promosi gairah produk lokal dapat meningkat, pelaku UMKM menjadi lebih kompetitif. Dengan begitu, mereka terpacu dalam dalam meningkatkan produk-produknya," tambahnya.
Praktik Dumping
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah Frans Kongi mengakui gempuran produk impor dari China memunculkan persoalan pelik bagi pengusaha sektor industri terkait di Jawa Tengah. Terutama industri tekstil dan alas kaki yang merasakan persaingan usaha semakin tidak sehat. Karena mereka menerapkan praktik dumping.
"Kita memang mengalami problem besar dengan masuknya produk-produk dari China terutama tekstil dan alas kaki dengan harga yang murah. Kita menghadapi itu dan ini sangat mengacaukan pasar kita dalam negeri karena mereka bisa jual dengan harga murah dan orang kan cari barang murah. Ini dumping," kata Frans Kongi, Senin (22/7/2024).
Frans melanjutkan, maraknya produk impor dari China tidak terkecuali memberikan efek bagi industri di Jawa Tengah. Ia menilai, produk China dengan harga murah begitu melimpah dan tidak dipungkiri pun masuk ke Jawa Tengah.
"China over produk karena kirim ke Barat juga tidak lancar, ke Amerika dan sebagainya ada masalah ekonomi, inflasi tinggi dan sebagainya. Ke Eropa pun demikian. Jadi kelihatan stok di China cukup banyak sehingga mau tidak mau lari ke bagian selatan karena Indonesia termasuk penduduk yang paling banyak. Jadi banyak lari ke sini untuk impor barang," terangnya.
Maraknya produk impor masuk ini sebelumnya juga diakui Ketua Apindo Kota Semarang, Dedy Mulyadi. Menurut Dedy, impor barang dari China khususnya tekstil sudah terjadi sejak lama. Bahkan pengusaha industri tekstil masih bergantung bahan baku impor dari China.
"Bahan baku kapas di sini (Indonesia) tidak ada, impor dari China yang punya kapas banyak karena di sana ditanami di pinggir sungai, di sini tidak bisa," jelas Dedy.
Dedy melanjutkan, yang menjadi persoalan saat ini adalah ketidakseimbangan antara produk dari dalam negeri dan impor. Impor produk yang serba murah, dinilai mengganggu pasar dalam negeri. (tim lipsus)
Baca juga: Tangkap Pegawai Gadungan, KPK Sita Uang Rp300 Juta dan Mobil Porsche
Baca juga: Uji Coba Makan Bergizi Gratis di Solo, Siswa Tak Habiskan Makanan Karena Pedas
Baca juga: Cara Klaim Kode Redeem FF Hari Ini Jumat 26 Juli 2024: UPDATE! Terbaru yang Masih Aktif
Baca juga: Sandi Harian dan Combo Hamster Kombat Hari Ini Jumat 26 Juli 2024, Klaim Sebelum Jam 19.00 WIB!
Kenapa Kanker Serviks Membahayakan? Ahli Kanker Sarankan Wanita Telah Menikah Rutin Skrining Berkala |
![]() |
---|
Liputan Khusus: Kanker Serviks Bisa Dicegah dengan Vaksin HPV |
![]() |
---|
Ada 1.508 Kasus Kanker Serviks Tahun 2024 di Jateng, Ini Upaya Pencegahan Oleh Pemprov |
![]() |
---|
LIPUTAN KHUSUS : Kanker Serviks Ancam Kaum Hawa, Ada 1.508 Kasus Kanker Serviks Tahun 2024 di Jateng |
![]() |
---|
Hasil Penelurusan, Pakaian dan Alas Kaki Produk China Lebih Laris di Jateng |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.