Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Liputan Khusus

439 Desa Wisata di Jawa Tengah Tidak Berkembang, Ini Penyebabnya

Ratusan Desa Wisata telah terbentuk di Jawa Tengah sejak tahun 2008. 886 desa wisata di Jawa Tengah yang sudah resm

TRIBUN JATENG/ISTIMEWA
PENAMPILAN TARI - Sejumlah anak menampilkan penampilan tari dalam rangkaian kegiatan Natculture Festival 2025, di Desa Wisata Blambangan, Dusun Kuwondogiri, Sabtu (5/7/2025). (Dok. Natculture Festival 2025) 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ratusan Desa Wisata telah terbentuk di Jawa Tengah sejak tahun 2008.

"Desa wisata itu diatur dalam Peraturan Gubernur sejak tahun 2019 dan mendapat bantuan keuangan (bankeu) Provinsi tahun 2020," ujar Kabid Pengembangan destinasi Pariwisata Disporapar Jateng, Aria Chandra.


Menurutnya total saat ini terdapat 886 desa wisata di Jawa Tengah yang sudah resmi dan mendapat surat keputusan dari Bupati maupun Wali Kota. Dari total tersebut dibagi menjadi tiga klasifiaksi desa rintisan berjumlah 681 desa, kemudian yang berkembang 167 desa dan 38 desa maju.

Baca juga: Moncernya Wisata Kalikesek Kendal Jawa Tengah, Pemuda Nganggur di Desa Sriwulan Berkurang

10 Fakta Ibu Persit Istri TNI Selingkuh dengan Bawahan Suami, Terbongkar Saat Mandi

Cinta Segitiga Ibu Bhayangkari: Tega Khianati Polantas Suami demi Pak Bhabin

Sosok Tak Terduga Pembunuh Dina yang Jasadnya Ditemukan di Sungai Citarum, Motif Terungkap


"Dari 886 desa itu, desa wisata yang aktif sebanyak 447 desa, dan yang tidak berkembang 439 desa wisata," tuturnya saat ditemui tribun jateng.


Dikatakannya kendala 439 desa wisata tidak aktif dikarenakan tidak sinerginya kelembagaan di tingkat desa. Hal itu disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia (SDM) di desa tersebut karena terbatasnya kompetensi pelaku desa wisata.


"Tidak hanya itu kurangnya daya tarik wisata juga menyebabkan desa wisata tidak aktif," tuturnya.


Aria menyebut daya tarik di pariwisata hanya berbasis tren dan bukan keunikan lokal. Hal ini dikarenakan kurangnya kreativitas pelaku wisata di desa tersebut.


"Misal desa itu spot selfi, desa sebelah ikut-ikutan membuat. Padahal ya kurang berkembang karena ikut-ikutan," ujarnya 


Dikatakannya, pelaku wisata di desa biasanya juga kesulitan memasarkan pariwisata yang ada di wilayahnya. Mereka tidak memiliki tim marketing untuk memasarkan destinasi wisata.


"Desa yang tidak berkembang karena jejaring, terbatas dengan calon wisatawan atau biro pariwisata. Mereka bingung promosinya. Bankeu yang kami kucurkan juga tidak maksimal," tuturnya.


Sementara itu Subkor daya tarik wisata Riyadi Kurniawan menambahkan pelatihan terhadap pelaku wisata juga telah setiap digelar tiga kali dalam setahun. Tujuan agar pelaku wisata bisa mempromosikan pariwisata. Selain itu juga membentuk kelompok sadar wisata di setiap desa.


"Pelatihan kami mengambil tema sesuai desa wisata tersebut terutama keunikan lokal," tuturnya.


Riyadi mengatakan, pelatihan tahun 2025 telah dilaksanakan di Agro wisata di Kabupaten Semarang, Geo Wisata di Kabupaten Kebumen dan Wisata Budaya di Kabupaten Banyumas. 


"Kami juga melakukan pelatihan pemandu wisata di daerah wisata dan pengelolaan homestay. Kami juga mengajak teman-teman desa wisata untuk meeting bussiness di Jawa Barat dan Bali," tuturnya.


Menurut Riyadi, Pemerintah Provinsi juga telah mengajak wartawan masuk ke desa wisata melalui program familiarization trip dan Jateng On The Spot. Program itu dilaksanakan di Desa wisata Sikasur dan Tangkeban Pemalang, Desa wisata Giyanti Wonosobo dan desa wisata D'Las Purbalingga.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved