Berita Rembang
Sempat Banjir Kritikan Ormas Tambang, Haedar Nashir: Harus Ada Yang Disisakan, Jangan Rakus!
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, turut menanggapi terkait beberapa kritikan yang menimpa Muhammadiyah soal tambang.
Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Beberapa waktu lalu, dikabarkan Muhammadiyah telah menerima izin pengelolaan tambang untuk ormas keagamaan dari pemerintah.
Bahkan atas sikap yang diambil oleh Muhammadiyah itu, sempat banjir kritikan dari berbagai pihak.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, turut menanggapi terkait beberapa kritikan yang menimpa Muhammadiyah soal tambang.
Baca juga: 2 Mantan Caleg Jadi Tersangka Penipuan Penyewaan Lokasi Tambang Rugikan Korban Rp8,9 Miliar
"Beberapa waktu lalu, kita dijuluki oleh media, sebagai ormas tambang, ya nggakpapa. Jadi ormas tambang, ormas tebu, ormas tani, itu sesuatu yang mulia bagi kami,"
"Biarpun itu bagi media, ada nada mengejek, atau karena mungkin tidak tahu bagaimana filosofi kami bekerja," katanya, saat sambutan pada acara silaturahmi petani tebu yang digelar oleh PT Wadah Karya Rembang, di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Senin (12/8/2024).
Lebih lanjut, Haedar Nashir, dalam menanggapi berbagai kritikan tetap berpegang teguh pada ajaran yang diwariskan oleh pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
"Kami ini memiliki etos, sedikit bicara banyak bekerja, itu warisan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah,"
"Kami di Muhammadiyah diajari untuk terus berbuat baik untuk maju, baik di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan sejak dua periode ini, di bidang ekonomi, termasuk pemberdayaan masyarakat, yang semuanya itu kita lakukan dengan bekerja, dan bahkan membangun kemandirian dari bawah," jelasnya.
Haedar Nashir menyampaikan dalam Islam urusan dunia haru dikelola dan diolah dengan baik.
"Jangan merusak, dan jangan berlebihan, harus ada sesuatu yang kita sisakan, dan jangan rakus," terangnya.
Pandangan negatif masyarakat terhadap tambang, menurut Haedar Nashir disebabkan masih kurangnya tanggungjawab sosial oleh perusahaan tambang kepada masyarakat.
"Jangan hanya cukup dengan CSR, tetapi pandanglah masyarakat itu sebagai bagian dari Indonesia," jelasnya.
Haedar Nashir berkomitmen saat mengelola tambang ke depan, akan menciptakan sistem bisnis yang bagus, tidak merusak lingkungan.
"Kalau nanti kita mengelola tambang, kami akan ajak para pengusaha tambang untuk bisnis tambang yang bagus, menyejahterakan masyarakat sekitar dan tidak merusak lingkungan," jelasnya.
Lebih jauh, Haedar Nashir menyebut, dari gerakan Muhammadiyah di berbagai bidang, hasilnya bisa dilihat, mulai dari sektor pendidikan, hingga kesehatan.
Viral Coretan "Usut Tuntas Dana Haji", Warga Rembang Desak KPK Bertindak |
![]() |
---|
Rumor Bupati Rembang Harno Terima Intensif Pajak Rp78 Juta, Benarkah? |
![]() |
---|
Mayat Perempuan Berseragam ASN Ditemukan Mengapung di TPI Tasikagung Rembang |
![]() |
---|
Puluhan Nelayan Rembang Ikut SLCN, Ngardi Senang Dapat Ilmu Modern dari BMKG untuk Bekal "Miyang" |
![]() |
---|
Pemdes Tegaldowo Nilai Pembatasan Jalan Bukan Satu-satunya Alasan Pabrik Semen Gresik Berhenti |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.