dr Tirta Bongkar Habis Tuntutan hingga Gaji Dokter Umum dan Spesialis: Sengsara!
dr Tirta Bongkar Habis Tuntutan hingga Gaji Dokter Umum dan Spesialis: Sengsara!
Penulis: Awaliyah P | Editor: galih permadi
dr Tirta Bongkar Habis Tuntutan hingga Gaji Dokter Umum dan Spesialis: Sengsara!
TRIBUNJATENG.COM - dr. Tirta Mandira Hudhi atau yang akrab dikenal Dokter Tirta membongkar sisi lain profesi dokter.
Hal ini terungkap ketika dr. Tirta menjadi bintang tamu di channel YouTube Fenny Rose.
Seperti yang diketahui, dr. Tirta adalah seorang dokter umum.
Alih-alih menempuh PPDS setelah menyelesaikan pendidikan dokter di jenjang S1, dr. Tirta memilih lanjut S2 di ITB jurusan Administrasi Bisnis.
Bahkan ke depannya dr. Tirta berniat untuk melanjutkan S3 di bidang Sumber Daya Manusia.
Kepada Fenny Rose, dr. Tirta mengungkap dokter merupakan profesi yang sengsara.
"Justru saat itu aku tahu, itu kalau jadi dokter, tapi gak jadi spesialis, sengsara," beber dia.
"Dan kalaupun jadi spesialis, kalau gak di lahan basah, itu juga sengsara."
"Sulit, berkembangnya lama banget," ujar pria kelahiran Solo 31 Juli 1991 tersebut.
Jenjang karir dokter yang cukup lama tersebut menurut dr Tirta berpikir tidak sebanding dengan gaji yang didapatkan.
"Jadi bayangin, kayak marathon lama banget kuliahnya, lama banget prosesnya, setelah dia lulus umum pun, dia harus internship."
"Internship pun gajinya pas-pasan dan dia harus berjuang keras lagi untuk lima tahun lagi spesialis," ujar dia.
Tidak dipungkiri, pure blood atau tidaknya seorang dokter juga berpengaruh.
Dalam dunia studi kedokteran, pure blood merujuk pada seorang anak yang orang tuanya juga berprofesi sebagai dokter.
"Dan setelah lima tahun, kalau dia punya networking bagus, dia akan kerja di lahan basah menurutku," kata dr. Tirta.
"Jadi lahan basah itu adalah dekat keluarga dan masih pulau Jawa."
"Tapi kalau dia pengin tantangan lebih, dia harus ke daerah 3T yang mana itu sangat stressful, jauh dari keluarga. Itulah alasan kenapa menurutku dokter uncertain banget di masa depan," kata dr. Tirta.
dr. Tirta kemudian membeberkan pengalamannya selama menempuh pendidikan dokter.
Ia turut menjadi saksi BPJS mulai diberlakukan.
Saat itu, dr. Tirta berstatus sebagai dokter co-ass.
"Saat yang 2014, 2013 pas co-ass itu, 2014 pertama kali BPJS diberlakukan JKN."
"Aku ingat banget 1 Januari 2014 itu titik kalau gak salah JKN mulai aktif, itu udah chaos banget, antrean BPJS panjang saat itu."
Saat itulah, dr. Tirta melihat profesi dokter menjadi sebuah profesi dengan ketidakpastian.
"Kupikir setelah jadi dokter umum kelar, kita di puskesmas, ambil 3 SIP, satu dokter-dokter kita udah bisa dapat gaji Rp 30-40 (juta), ternyata enggak," ujarnya.
Bahkan saat itu, uang jaga dr. Tirta dibayar Rp 100-150 ribu saja.
"Saat itu uang duduk (uang jaga) aja masih Rp 100-150 ribu sehari," ungkap dia.
dr. Tirta menyayangkan hal tersebut. Apalagi soal waktu yang dikorbankan untuk menjadi dokter.
"Lebih ke waktu yang harus dikorbankan, ternyata dapat ganjaran segitu. Dan ketika kita komplain soal uang, masyarakat bilang kan ini pengabdian. Ya jelas pengabdian, tapi kan aku butuh duit," tegasnya.
dr. Tirta heran sekalipun dokter adalah salah satu profesi yang berorientasi pada pengabdian, tetapi sebagai manusia dokter juga perlu uang untuk bertahan hidup.
"Kayak aku mikirnya kita kan butuh uang untuk makan ya, kita tuh profesi, tapi ketika kita komplain soal uang, selalu ada di event 'Ya kan kamu pengabdian, kalau gak siap ngapain jadi dokter?'."
Pria 33 tahun itu berkesimpulan bahwa masyarakat berpikiran dokter harus dibayar tidak sebanding dengan pendidikan yang telah ditempuh.
"Dipikir-pikir, oh berarti dokter dan guru harus dibayar murah terus bagi mereka."
Padahal, menurut pengakuan dr. Tirta, penentuan biaya diputuskan oleh pihak rumah sakit.
"Yang nentuin mahal atau enggak itu rumah sakit. Aku gak peduli di situ, kamu bayar berapa pun dokter dapatnya sedikit," tegas dia.
dr. Tirta pun mengambil contoh anggapan yang kerap ia dengar, terkait dokter yang identik dengan status kaya.
"'Dokter di tempat saya kaya.' Iya tanya dulu umur berapa? Kalau dia umur generasi sekarang, tanya dia bapaknya siapa," kata Dokter Tirta.
Dokter Tirta menjamin, jika dokter tersebut bulan pure blood ataupun half blood maka karir dokter tersebut akan biasa-biasa saja.
"Tapi kalau dia anak-anak biasa aja, ya karirnya biasa-biasa aja. Karirnya akan biasa-biasa aja," ungkap Dokter Tirta.
"Karirnya tidak akan wah banget, tidak, tapi dia berdedikasi dan itu belum kalau ditambah dia harus ngajar," imbuh dia.
Di sisi lain, Dokter Tirta juga mengungkap bahwa dokter memiliki tanggung jawab untuk memperpanjang STR agar bisa terus praktik.
Salah satu syarat memperpanjang STR adalah mengikuti seminar.
Biaya seminar pun terbilang mahal.
"Seminar itu mahal bayarnya, kita kalau jadi dokter harus memperpanjang STR. Untuk memperpanjang STR, ada syarat namanya SKP. Saat itu, SKP satu seminar aja itu ga ada yang gratis. Seminar ada yang gratis, tapi rata-rata mahal."
"Jadi sudah gajinya mepet, harus nabung buat spesialis, harus nabung buat rumah, masih suruh bayar seminar dan tiap lima tahun harus diperpanjang," tandas dia. (*)
dr Tirta
Tirta Mandira Hudhi
Dokter Tirta
Fenny Rose
Dokter Umum
dokter spesialis
gaji
gaji dokter umum
gaji dokter spesialis
pure blood
tribunjateng.com
2 Legiun Asing PSIS Absen, Kahudi Pastikan Perubahan Komposisi saat Lawan Persipura |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kurikulum Merdeka Kelas 9 SMP/MTs Halaman 8 9 14 15 Chapter 1 |
![]() |
---|
Daftar 19 Ruas Jalan di Jepara yang Diperbaiki Lengkap Dengan Besaran Anggarannya |
![]() |
---|
Kisah Martin WNA Polandia Kehilangan Sepeda Patrol, Hendak Dijual Pelaku Seharga Rp8 Juta di Solo |
![]() |
---|
Gempa Terkini Kamis 18 September 2025 Siang Ini, Baru Terjadi, Info Lengkap dari BMKG Klik di Sini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.