Berita Kudus
Menengok Kampung Moderasi Beragama di Kudus, Warga Penganut 6 Agama, Akomodir Budaya Lokal
Salah satu contoh moderasi agama bisa dilihat di Desa Tanjungkarang, Jati, Kudus. Bahkan kawasan ini ditabalkan sebagai kampung moderasi beragama
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: Muhammad Olies
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Paus Fransiskus memuji Indonesia karena memiliki tingkat toleransi serta moderasi beragama yang baik.
Kondisi moderasi beragama di Indonesia merata, bahkan hingga masyarakat di kawasan pinggiran.
Kuatnya moderasi beragama ini lantaran filosofi Bhinneka Tunggal Ika telah meresap ke kehidupan masyarakat.
Salah satu contoh hidup bermoderasi agama bisa dilihat di Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kudus. Bahkan kawasan ini ditabalkan sebagai kampung moderasi beragama.
Hal ini bukan tanpa alasan, penghargaan kampung moderasi ini diberikan ke Desa Tanjungkarang lantaran budaya toleransi dan kerukunan beragama antar masyarakat memang sangat kental di desa ini.
Sikap moderasi beragama itu sering dilihatkan oleh para warga Desa Tanjungkarang, seperti contohnya beberapa waktu lalu saat kawasan itu dilanda banjir, banyak umat muslim yang mengungsi di gereja-gereja.
Baca juga: Habib Jafar ke Istiqlal Temui Paus Fransiskus, Ungkap Kenangan Terindah dan Minta Jaga Toleransi
Baca juga: Tim Pengabdian UIN Saizu Adakan Workshop Moderasi Beragama untuk Rohis se-Banyumas
Kepala Kemenag Kudus, Suhadi mengatakan bahwa Desa Tanjungkarang menjadi kampung percontohan praktik baik moderasi beragama.
Menurutnya, selama ini moderasi beragama digunakan hanya berupa konsep teoritis saja. Namun belum ada percontohan nyata praktik baik dari tepo sliro atau toleransi.
Desa Tanjungkarang, merupakan desa yang heterogen dengan masyarakat dari berbagai kelompok agama, mulai dari Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
Suhadi menjelaskan, moderasi beragama berarti cara pandang, sikap dan perilaku dengan mengambil jalan tengah dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan sikap moderasi beragama ini, dapat memperkuat pertemanan dan menghargai perbedaan cara beragama masing-masing.
"Bukan berarti moderasi itu menyamakan semua agama, tetapi memberi ruang dan waktu untuk beragama, atau sebaliknya," terangnya saat dikonfirmasi, Kamis (5/9/2024).
Selain itu, kampung moderasi di Desa Tanjungkarang juga mampu mengakomodir tradisi dan budaya lokal serta berkomitmen toleran tanpa pemaksaan yang ekstrem.
"Termasuk berkomitmen dalam kebangsaan, saling toleran, dan memberi ruang perjumpaan antar agama," ujarnya.
Dia juga menambahkan, ke depan, Pemdes Tanjungkarang juga akan membangun ikon moderasi yang menyimbolkan iklim toleransi dari semua agama.
Guyang Cekathak, Tradisi Memandikan Pelana Kuda Sunan Muria Resmi Jadi Warisan Budaya Tak Benda |
![]() |
---|
Duo Srikandi Jateng, Cynthia dan Lie Grace Raih Emas 'Ju No Kata' di PON Bela Diri Kudus |
![]() |
---|
PON Bela Diri Digelar di Kudus, Bupati: Kami Siap Jadi Tuan Rumah yang Baik |
![]() |
---|
Kamar Narapidana Rutan Kudus Digeledah Tim Gabungan, Antisipasi Peredaran Narkoba dari Balik Jeruji |
![]() |
---|
Kolaborasi Pemkab Kudus dan Rotary Club dalam Proyek Penanganan Stunting di Kudus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.