Pilwakot Tegal 2024
Faruq- Ashim Komitmen Tetap Akur Hingga 5 Tahun
Faruq- Ashim diusung oleh 6 partai politik, yaitu Partai Golkar, PKS, Partai Nasdem, PSI, Partai Hanura, dan Prima
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muslimah
Memang betul saya sudah menyampaikan bahwa kebijakan trotoar jangan sampai terpusat di kota saja, alun-alun. Tetapi saya ingin melihat trotoar itu juga berada di Tegal Selatan, Margadana, Tegal Timur, atau Tegal Barat.
Bagaimana agar tidak ada warga yang dikorbankan?
Saya melihat hasil penelitian di Kota Solo, di mana Pak Jokowi berhasil merelokasi yang namanya PKL. Lalu di Bandung beberapa juga sudah bisa, Yogyakarta juga bisa. Artinya mereka itu berhasil merelokasi agar tetap ada kegiatan ekonomi untuk masyarakat.
Jika Tegal bisa kita lakukan suatu komunikasi, diskusi dan musyawarah, apa yang menjadi keinginannya masyarakat, ingin berdagang, ingin mencari ekonomi namun bisa menjaga wajah kota tentu enak. Ini yang akan kita lakukan tidak ada lagi yang namanya langsung makclereng.
Ada musyawarah dulu, kita sampaikan, buatkan desain. Intinya kita harus memanusiakan manusia. Jadi jangan sampai political will itu menjadi sesuatu yang sewenang-wenang.
Kita akan melakukan kebijakan berdasarkan database evidence yang benar-benar diperlukan. Kajiannya seperti apa jika kita lakukan kebijakan ini, lalu seperti apa resikonya, kita akan analisa. Itulah kenapa saya berkomitmen dalam tiap kebijakan, dalam proses pembangunan di Kota Tegal, kita akan melaksanakan dengan pendekatan pentahelix.
Kita akan melibatkan lima unsur, yaitu pemerintah, industri, media, komunitas, dan perguruan tinggi. Kita tidak melakukan sediri, artinya kita ingin mendengarkan dari pihak-pihak profesional. Mereka adalah stakeholder yang harus kita ajak bersama-sama.
Apa yang perlu diperbaiki dari Kota Tegal?
Faruq: Banyak sekali, seperti PKL. Kemarin juga ramai di DPRD, masuk koran juga headline kesemrawutan di Jalan Pancasila. Saya pikir memang tidak ada tempat lagi. Tetapi jika kita komunikasikan dengan baik, kita bicarakan lahan yang masih kosong, di mana yang bisa kita buatkan atau relokasi. Kurang lebihnya bagaimana mencari ekonomi di Kota Tegal harus kita upayakan.
Untuk mendapatkan peluang ekonomi tetapi di satu sisi kita harus menjaga wajah Kota Tegal. Tidak hanya estetika, tetapi juga fungsi.
Fungsinya trotoar untuk apa, artinya benar-benar saya akan menjadikan teman-teman dari pelaku ekonomi kerakyatan ini benar-benar yuk kita bareng-bareng mejaga Kota Tegal. Kita bisa berdagang berdampingan nyaman tanpa harus dikejar-kejar.
Saya sering mendengarkan apa yang mejadi suatu keinginannya masyarakat, mereka hanya ingin berdagang. Harus kita upayakan jangan sampai mereka mendapatkan intimidasi dan ini penting sekali.
Sepenting apa UMKM?
Ashim: Ekonomi itu bertumbuh dari sektor terkecil, teransaksi antar manusia. Kalau dulu kita mengenal barter lain-lain itu kan personal. Akhirnya hiduplah ekonomi barulah diganti uang dan lain-lain.
Ekonomi kita di Tega itu gak tiba-tiba muncul karena investor-investor yang luar biasa. Tapi kalau bisa dari masyarakat yang berdagang lalu kita memberikan ruang pertumbuhan ekonomi, itu semua bisa bertumbuh.
Permasalahan yang jadi pokok dari UMKM ini kan regulasi. Jangan sampai mereka berjualan di sini itu seakan-akan ilegal, datang ke sini tanpa tahu besok bisa berjualan lagi atau tidak atau gerobaknya diambil. Kita akan berusaha membua mereka nyaman dan membuat regulasi. Mungkin tidak sempurna tapi akan membuat nyaman.
Misalnya kita memberikan tempat relokasi, efek dari relokasi itu belum tentu orang mau datang ke sana. Saya sepakat dengan logikan lima unsur Pentahelix, insyaallah kalau kita merelokasi di sana bisa ramai. Karena ada media, ada publikasi, ada kajian, ada pendapat masyarakat. Karena kalau mereka hanya dipindah tapi tidak ada yang beli sama saja mematikan usaha UMKM.
Bagaimana soal Malioboronya Kota Tegal?
Faruq: Saya pikir yang menjadi kajianya sudah dilakukan belum. Kalau sudah dilakukan pasti tepat sasaran. Apakah perlu sebesar itulah trotoar? Itu sebagai pertanyaan kritis terhadap kondisi saat ini yang sudah ada. Apakah betul kebutuhan trotoar sebesar itu sehingga justru membuat banyak pro kontra.
Saya sudah turun ke bawah salah satunya bicara dengan para PKL, ojek online, mereka tersingkirkan dengan adaya kebijakan itu.
Memang dalam suatu kebijakan ada suatu proses, nah proses itu sudah dilakukan belum. Bukan bicara output hasilnya seperti ini. Tetapi menjadi proses sesuatu kebijakan yang diinisiasi oleh pemerintah.
Kemudian apakah betul Kota Tegal sudah mempelajari histori Malioboro, ini saja dulu. Sudah paham belum historinya, marfologinya, lalu aktivitas perekonomiannya seperti apa. Apakah bisa di Jalan Ahmad Yani didesain sedemikian rupa sehingga seperti Malioboro. Berbeda fungsinya, morfologinya jauh.
Saya tingga di Yogyakarta, saya tahu perkembangannya, dari dua arah menjadi satu arah, sekarang ada car free day, itu mereka melibatkan unsur-unsur Pentahelix.
Besok saya yakin, memang tida mudah, ketika ada suatu kebijakan besar merubah sesuatu memang butuh pola komunikasi yang baik. Saya bertekad dengan Mas Ashim dalam suatu kebijakan yang nanti akan kita telurkan betul-betul sudah ada pola komunikasi yang bisa sampai pada level masyarakat.
Bagaimana wisata sejarah Tegal?
Faruq: Ketika pentahelix berjalan ini enak, antara pemerintah lalu industri. Bangunan ini adalah aset milik PT KAI, artinya harus bersinergi dan berkolaborasi kedepan mau seperti apa. Ini sudah bisa dijadikan sebagai aset PT KAI yang bisa dijadikan pariwisata perkotaan.
Apalagi gedung ini memiliki nilai histori yang luar biasa. Saya ingat di sini 1998 juga menjadi pusat pergerakan. Sehingga potensi gedung ini bisa dimanfaatkan. Saya yakin sekali ketika kita bicara dengan semua pihak secara optimal bagaimana kita memaksimalkan potensi tersebut itu bisa kita eksekusi. Kuncinya lagi-lagi komunikasi.
Apakah ada event untuk UMKM?
Faruq: Tidak hanya untuk UMKM saja. Saya memiliki pandangan bahwa Kota Tegal harus punya event yang tematik, bukan hanya satu grup saja, bukan hanya tema tertentu. Misalkan bulan ini temanya dangdut, jangan seterusnya dangdut.
Harus ada selingan tema yang lain misalkan mengangkat UMKM lalu K-pop. Tegal memiliki potensi yang luar biasa ternyata masyarakatnya suka festival.
Kenapa tidak jika Tegal kita buat City of Festival. Ketika ada festival maka masyarakat bisa mendapatkan manfaat dengan berjualan. Apalagi jika tempatnya di Alun-alun maka bisa ada yang namanya PAD. Maka secara otomatis even tersebut akan menjadi pendapatan untuk daerah dan masyarakat. Kami komitmen even-even itu pasti akan ada di Kota Tegal. (fba)
Karyudi: Pilkada Kota Tegal Berjalan Sukses dan Kondusif |
![]() |
---|
Akui Kekalahan Pilkada Kota Tegal, Tim TMC Faruq- Ashim Sampaikan Permohonan Maaf |
![]() |
---|
UPDATE Pilwakot Tegal 2024: Unggul di TPS Tempat Nyoblos, Uyip- Satori Peroleh 187 Suara |
![]() |
---|
Tinjau TPS, KPU dan Forkopimda Kota Tegal Pastikan Pilkada 2024 Berjalan Lancar |
![]() |
---|
Didampingi Istri, Cawalkot Tegal Faruq Ibnul Haqi Berikan Hak Suara di TPS 17 Panggung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.