Kisah Inspiratif
Kisah UMKM Kuliner dan Kriya-Wastra di Surakarta Naik Kelas bersama Astra
Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) konsisten membina Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk menuju kemandirian dan n
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SURAKARTA – Astra melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) konsisten membina Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia untuk menuju kemandirian dan naik kelas.
Ada lima bidang UMKM yang jadi fokus YDBA, yakni manufaktur, bengkel otomotif, pertanian, kuliner, dan kerajinan atau kriya.
Diversitas UMKM yang jadi binaan Astra melalui YDBA ini sejalan dengan salah satu misi mereka, yakni membina dan mengembangkan UMKM yang terkait dan tidak terkait dengan bisnis Grup Astra.
Wilayah Solo Raya tidak lepas dari “tangan dingin” Astra dalam pengembangan UMKM. Saat ini, ada 94 UMKM yang aktif menjadi binaan YDBA Solo.
TribunJateng.com berkesempatan mewawancarai dua pelaku UMKM binaan YDBA Solo di bidang kuliner dan kriya, yakni Tri Rahayu Amperawati (58), pemilik Abon Ksatria, dan Katarina Octaviani Putri (27), pemilik wastra lurik gedog Oppu Company.
Keduanya menceritakan kisah perjuangan mereka mengembangkan usaha hingga kini bisa menjadi UMKM Mandiri. Berikut kisah mereka.
Terus Berinovasi, Mantan Penjual Koran Sukses Kembangkan Usaha Abon

Pemilik Abon Ksatria, Tri Rahayu Amperawati (58), mengenang Krisis Moneter (Krismon) 1998 sebagai momentum titik balik bagi kiprahnya di dunia usaha.
Perempuan yang akrab disapa Yayuk ini mengatakan, sebelum merintis usaha pembuatan abon, dahulu dirinya berjualan koran selama sembilan tahun mulai 1989.
“Awalnya saya tidak membuat abon, saya dulu penjual koran. Kami ngontrak kios. Saya jualan koran, sementara suami merintis usaha mebel dari kayu mahoni untuk diekspor,” ucap dia saat ditemui TribunJateng.com di rumah produksi Abon Ksatria sekaligus kediamannya, Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Kamis (12/9/2024).
Ketika Krismon melanda, usaha mereka kolaps. Yayuk mengenang, dia bahkan sampai harus menjual cincin kawin untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Singkat cerita, dia lalu membuka toko sembako di rumah demi menyambung hidup. Di situlah riwayat Abon Ksatria bermula.
“Di Jagalan itu, kan, banyak yang jualan rambak (kerupuk kulit sapi). Ibu saya sendiri dulu jagal sapi. Dagingnya sebagian dijual, sebagian dibikin dendeng. Sedangkan bulik (tante) saya bikin abon dan serundeng. Tebersitlah di pikiran saya untuk memasang tulisan ‘Jual Abon dan Dendeng’ di toko sembako saya,” ujar Yayuk.
Saat itu dia menjual dendeng yang dibuat oleh ibunya serta abon yang dibuat oleh buliknya.
Dia menambahkan, di depan toko sembako miliknya ada penjual rambak yang boleh dibilang paling terkenal di Jagalan.
“Orang-orang yang beli rambak ke situ tertarik melihat tulisan abon dan dendeng di warung saya. Akhirnya lambat laun banyak yang beli, promosinya dari mulut ke mulut,” ujar Yayuk.
Karena pembeli kian banyak, dia lalu mencoba membuat abon dan dendeng sendiri. Saat itu dia minta diajari oleh bulik dan ibunya.
Untuk percobaan awal, ibu Yayuk memberi 10 kilogram daging sapi untuk diolah. Selain belajar membuat abon dan dendeng, Yayuk juga belajar membuat serundeng kelapa.
“Itu sekitar tahun 2000-an awal. Saya sempat gagal beberapa kali, tapi saya terus mencoba sampai berhasil. Perlahan-lahan produksi saya tambah. Dari 10 kilogram daging, naik jadi 20 kilogram. Itu jadi abon sekitar 7-8 kilogram. Butuh waktu lama untuk habis terjual, tapi saya tidak patah semangat,” jelas dia.
Setelah bisa memproduksi sendiri produk abon, dendeng, dan serundeng, ada pelanggan yang menanyakan apakah Yayuk bisa membuat abon ayam. Pelanggan itu tertarik memesan abon ayam dalam jumlah besar untuk dipasarkan di Bali.
Berhubung resep abon ayam tidak jauh berbeda dari abon sapi, tanpa pikir panjang Yayuk pun memproduksinya.
“Waktu pandemi Covid-19. Produksi agak surut. Namun saat itu kebetulan saya dapat bantuan dari Gubernuran (Pemprov Jateng) berupa minyak dua jeriken dan tepung. Saya lalu terpikir untuk membuat kremesan dari kaldu ayam,” kata dia.
Tak cukup sampai di situ, dia juga menambah varian produk rambak. Apalagi dulu kakeknya bekerja di produsen rambak.
Kini, Yayuk memproduksi abon sapi, abon ayam, dendeng, serundeng, rambak, dan kremes yang dia labeli merek “Ksatria” (Instagram: abonksatria). Yayuk menjelaskan, merek ini diambil dari nama indekos di rumah suaminya yang kini jadi tempat produksi Abon Ksatria.
Dibantu lima orang karyawan, saat ini rata-rata per hari Yayuk mampu mengolah hingga 1 kuintal daging.
Selain dijual secara luring di toko-toko modern, produk-produk Abon Ksatria juga dipasarkan di berbagai platform lokapasar daring, antara lain Shopee, TikTokShop, dan Tokopedia.
Abon Ksatria Makin Melejit bersama YDBA
Yayuk mulai “berkenalan” dengan YDBA pada 2019. Saat itu, dia mendapat undangan dari Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian (DinkopUKMPerin) Surakarta untuk mengikuti sosialisasi bersama YDBA.
“Produk kami dikurasi untuk dijual di Resta Pendopo KM 456 punya Astra. Saya memberanikan diri ikut kurasi. Saya serahkan sampel produk ke YDBA Solo. Akhirnya diterima dan produk kami sampai sekarang dijual di sana,” kata dia.
Peran YDBA tidak berakhir di situ, Yayuk banyak mendapat pelatihan-pelatihan yang membantunya meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Di antaranya pelatihan budaya kerja 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) serta QCC (Quality Control Circle).
Yayuk bahkan menjadi Juara 1 Lomba 5R tahun 2022 dan Juara 2 Lomba QCC tahun 2023 versi YDBA. Dia juga lulus asesmen UKM Mandiri dari YDBA pada 2023.
Manfaat lain yang didapat Yayuk adalah difasilitasi mengikuti berbagai pameran produk UMKM. Selain itu juga dipertemukan dengan calon-calon pembeli dalam forum business matching.
Namun, menurut Yayuk, manfaat terbesar yang dia rasakan setelah menjadi UMKM Binaan Astra melalui YDBA ialah bisa membangun jejaring dengan sesama pelaku UMKM dari berbagai daerah. Lewat jejaring ini, dia banyak mendapat inspirasi dan ide-ide baru untuk mengembangkan usaha.
“Dalam salah satu forum YDBA, saya bertemu pelaku UMKM dari Semarang yang buat bandeng presto. Dari situ muncul ide saya menggunakan panci presto untuk merebus daging. Semula merebus daging bisa berjam-jam, dengan panci presto waktunya bisa jauh dipersingkat,” ucap dia.
Yayuk saling bertukar pengalaman dengan sesama UMKM binaan Astra melalui YDBA. Dia banyak belajar dari UMKM lain yang sudah menggunakan alat-alat semiotomatis dalam berproduksi.
“Saya dikenalkan dengan dosen Unnes yang ahli membuat alat-alat produksi UMKM. Namanya Pak Sunyoto yang dibantu Pak Danang. Saya sampai pergi ke Gunungpati, Semarang, untuk minta dibuatkan alat-alat, antara lain panci presto, wajan penggorengan, timer waktu, spinner, dan mesin pemipih daging,” papar dia.
Yayuk mengatakan, dengan bantuan alat-alat tersebut, waktu produksi bisa dipersingkat dan kapasitasnya bisa diperbesar ketimbang menggunakan cara manual.
Dengan berjejaring, dia juga bisa memperluas pemasaran produk. Difasilitasi Bank Indonesia, Yayuk pernah berkesempatan mengirim produk untuk dijual dalam pameran di Singapura.
Kini, dibantu putrinya yang lulusan Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Sebelas Maret, Rosalia Chrisnanda Tri Jayanti, Yayuk terus berupaya berinovasi dan mengikuti perkembangan zaman untuk mengembangkan usaha.
Oca “Sulap” Lurik Gedog jadi Produk Fesyen Kekinian

Di tangan Katarina Octaviani Putri (27) alias Oca, wastra tradisional Jawa, yakni kain lurik gedog, bisa berubah menjadi produk kriya dan fesyen yang cantik dan bernilai ekonomi tinggi.
Bahan baku kain lurik dia dapatkan dari penenun tradisional di Klaten. Kain itu dibuat oleh penenun lokal dengan cara tradisional, menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut gedog.
Kain yang digunakan Oca adalah lurik lendang yang fungsi tradisionalnya adalah untuk gendongan barang di pasar dan gendongan kayu di desa.
“Saya mulai merintis usaha ini pada 2014. Berawal dari keinginan mengangkat wastra Jawa, khususnya tenun lurik, agar lebih fashionable,” kata Oca saat ditemui TribunJateng.com di Festival Payung Indonesia, Taman Balekambang, Surakarta, Jumat (6/9/2024) malam.
Oca mengatakan, dia sengaja mengangkat kain lurik lendang karena masih belum banyak yang meliriknya dalam produk fesyen dan kriya.
Boleh dibilang, Oca termasuk pelopor produk fesyen kekinian berbahan kain tenun lurik gendongan.
“Kain yang saya pakai itu bukan kain 2 x 1 meter, melainkan kain gendongan yang lebarnya 50 cm dan panjangnya 2 meter,” kata perempuan yang punya latar belakang pendidikan SMK jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) ini.
Sebelum membuat produk pakaian, Oca lebih dulu menghasilkan produk kerajinan tangan, di antaranya sandal, kipas, kotak tisu, hingga blangkon. Baru pada 2016 dia mulai berinovasi membuat produk pakaian.
“Awalnya saya buat outer untuk daily outfit. Sekarang sudah lebih bervariasi. Ada syal, kemeja, dan lain-lain, head to toe (dari kepala sampai kaki),” jelas dia.
Meski mengusung semangat pelestarian wastra etnik tradisional, Oca berupaya mendesain produk dengan sentuhan kekinian agar anak-anak muda tetap tertarik mengenakannya.
Di bawah label Oppu Company (Instagram: oppucompany_id), produk-produk bikinan Oca dipasarkan secara luring maupun daring.
Secara luring, produk Oppu Company antara lain bisa didapatkan di Pasar Malam Ngarsopuro (khusus akhir pekan), Museum Pabrik Gula Colomadu, dan di kediaman Oca di Griya Tiara Ardi No. B-15, Mojosongo, Surakarta. Selain itu juga di Resta Pendopo KM 456 Salatiga, Jogja Pasaraya, dan La Li Sa Bantul.
Adapun pembelian secara daring bisa dilakukan melalui akun Oppu Company di platform IG, Tokopedia, dan TikTokShop.
Lurik Oppu Company Makin Dikenal berkat YDBA
Perkenalan Oca dengan YDBA bermula pada 2019. Saat itu produknya lolos kurasi untuk dipasarkan di Resta Pendopo KM 456 milik Astra. Dari situlah dia mulai terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diinisiasi YDBA Solo.
“Di YDBA dapat banyak pelatihan, misalnya tentang keuangan dan pemasaran. Difasilitasi pameran dan business matching juga. Pernah diajak pameran ke TEI (Trade Expo Indonesia) di Tangerang Selatan. Selain itu juga pameran-pameran di Solo,” kata dia.
Oca bersyukur, lewat pameran-pameran itu, sejumlah figur publik bisa mengenal, bahkan membeli dan memakai produknya. Antara lain aktor kawakan Slamet Rahardjo, jurnalis kenamaan Rosianna Silalahi, dan musisi Endah n Rhesa.
Produknya juga bisa melanglangbuana ke mancanegara karena dibeli oleh WNI yang tinggal di luar negeri atau WNA yang tengah berwisata.
Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan YDBA, Oca juga merasakan ada perkembangan signifikan dalam manajemen usaha. Bisnisnya jadi lebih rapi dan tertata.
Pada 2023, Oppu Company berhasil lulus asesmen YDBA dan mendapatkan titel UMKM Mandiri. Sebelumnya dia juga pernah mendapat penghargaan UMKM WOW 2018 dan penghargaan sebagai Pelestari Wastra Lurik pada 2019.
Meski penjualannya sempat anjlok saat pandemi Covid-19, Oca berusaha bangkit dan terus mengembangkan usaha lewat berbagai inovasi pemasaran maupun mencipta desain-desain yang up-to-date.
Komitmen YDBA Majukan UMKM Bangsa

Dikutip dari laman resminya, YDBA didirikan oleh founder Astra, William Soeryadjaya, pada 2 Mei 1980. Dalam Astra Strategic Triple Roadmap, dijelaskan bahwa YDBA merupakan bagian dari salah satu public contributon Astra, yakni Astra Kreatif yang berfokus pada program kewirausahaan.
Adapun YDBA Solo berdiri pada September 2019. Hal itu disampaikan Koordinator YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary, saat ditemui TribunJateng.com di kantornya, Kamis (5/9/2024).
Dimas mengatakan, YDBA Solo membina UMKM di wilayah Solo Raya, Salatiga, hingga Kendal.
Dia mencatat, per September 2024 ada 94 UMKM aktif yang jadi binaan Astra melalui YDBA Solo. Kriteria dianggap aktif adalah mengikuti kegiatan YDBA dalam kurun waktu setidaknya satu tahun terakhir.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 UMKM bergerak di bidang manufaktur, 13 di antaranya telah berstatus UMKM Mandiri, sementara 9 lainnya Pra Mandiri.
Kemudian bidang pertanian hidroponik ada 21 UMKM, 7 berstatus UMKM Mandiri, 8 Pra Mandiri, 2 Madya, dan 4 pemula.
Selanjutnya bidang bengkel roda empat ada 20 UMKM, 12 Pemula dan 8 Madya.
Terakhir, bidang kuliner dan kerajinan, total UMKM yang aktif berjumlah 31.
YDBA memang memiliki sistem levelling UMKM lewat program Asesmen Kemandirian UMKM. Hal ini untuk mengukur sejauh mana UMKM telah menerapkan manajemen yang baik untuk mengembangkan bisnis.
Untuk UMKM kategori kecil dengan omzet maksimal Rp 15 miliar, kriteria yang ditetapkan adalah produksi, pemasaran, dan keuangan.
UMKM berstatus Pemula artinya masih perlu meningkatkan aspek Quality, Cost, dan Delivery (QCD). UMKM Madya sudah menunjukkan kemajuan manajemen, namun masih perlu meningkatkan kompetensi. UMKM Pra Mandiri sudah cukup mandiri dalam menjalankan usaha, namun masih perlu melakukan Operational Exellence. Adapun UMKM Mandiri dianggap sudah mandiri dalam menjalankan usaha dan mampu bersaing di pasar.
“Peningkatan level itu bisa dicapai lewat empat program kami untuk UMKM, yakni pelatihan, pendampingan, fasilitasi pasar, dan fasilitasi pembiayaan,” kata Dimas.
Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo menyebut, pihaknya terus berkomitmen dalam pembinaan UMKM di Indonesia.
“Hal itu dilakukan dengan pendampingan intens, sehingga mampu mendorong UMKM untuk naik kelas dan mandiri. YDBA mendorong UMKM untuk memiliki mentalitas baik dan mampu menciptakan nilai tambah dalam bisnisnya,” ujar dia dalam siaran pers YDBA, Minggu (21/7/2024).
Tahun ini, Astra melalui YDBA tengah melakukan pembinaan kepada 1.328 UMKM aktif. (mzk)
Baca juga: Kisah Tugito Warga Magelang Dapat Ganti Rugi Tol Rp 3,9 Juta, Berapa Luas Tanahnya?
Baca juga: Gratiskan Biaya Transaksi bagi Merchant, GoPay Dorong Perluasan Adopsi QRIS
Baca juga: Kakanwil Kemenkumham Jateng Resmikan Masjid Rutan Semarang
Baca juga: Jarot Prasojo Dilantik Jadi Pj Sekda Kabupaten Cilacap, Bakal Bekerja Selama 6 Bulan ke Depan
Sosok Bisyarah, Taruni Akmil Peraih Anindya Wiratama 2025, Pernah Gagal Daftar Akpol |
![]() |
---|
Dari Terpal Kecil ke Kolam Impian: Kisah Ahmad Manshur dan Rintis Bisnis Sepulang Kerja |
![]() |
---|
Resep Mahasiswa Kedokteran UGM Raih IPK 4.00: Manajemen Waktu, Visi Hidup, dan Daya Juang Tinggi |
![]() |
---|
Sosok Gadis Putus Kuliah Geser Taylor Swift dari Daftar Orang Terkaya Versi Forbes Tahun Ini |
![]() |
---|
Tampang Ahmad Bajuri, Kades Mungil dari Kalimantan yang Viral dan Menginspirasi di Media Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.