Berita Solo
Kisah Petani Muda di Solo Berdayakan Tanah Wakaf lewat Hidroponik
Lahan seluas 1.500 meter persegi di belakang Pondok Pesantren Mahasiswa Tanwirul Fikr, Jalan Kabut, Jebres, Kota Surakarta, tampak hijau dan menyegark
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: m nur huda
"Di depan kebun saya yang di Palur juga ada pondok pesantren yang menawarkan kerjasama. Lahan belakangnya luas banget. Dulu mau kontrak, dibuatkan MoU, ternyata anggaran kurang cukup, akhirnya dialihkan dulu," jelas dia.
Beberapa peluang pemberdayaan tanah wakaf lain juga terkendala masalah Sumber Daya Manusia (SDM).
Anggi memasang syarat bahwa harus ada Person in Charge (PIC) yang bertanggung jawab terhadap manajerial dan operasional kebun dari pihak organisasi atau lembaga yang mengajukan penawaran.
Pada praktiknya, hal ini sulit terlaksana. Sehingga Anggi harus kewalahan mengurus sendiri.
"Pernah dulu, kami bangunkan instalasi hidroponik di tanah-tanah sekolahan yang nganggur. Maunya terima bersih, kami yang diminta ngelola terus. Padahal harapannya, kan, mereka bisa mandiri," kata dia.
Namun, Anggi tidak mengurungkan cita-citanya untuk memberdayakan tanah-tanah wakaf yang nonproduktif. Dia berencana dalam waktu dekat bisa menambah kebun hidroponik di satu pondok pesantren lagi di Solo. Kebun ini akan dia proyeksikan sebagai kebun induk yang punya kebun-kebun mitra binaan.
YDBA Solo Berdayakan Para Petani Hidroponik
Anggi mengenang, pada 2018 ketika dia merintis usaha, pelaku hidroponik di Solo Raya lebih banyak yang hanya berada di skala hobi, belum ke ranah komersial.
"Saat itu ada Komunitas Hidroponik Solo Raya (Khisoya). Kemudian saya masuk, saya merangkul mereka, (membangun komunitas baru) namanya jadi Kohisora dan saya jadi ketuanya. Saya ngajak kawan-kawan yang masih skala hobi, kami rekrut, kami kembangkan dan konsistenkan sampai sekarang," ucap dia.
Setelah Kohisora terbentuk, pada 2019 Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Solo yang saat itu bernama Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Solo melakukan pendekatan.
"Pada 2019 YDBA Solo masih mencari mitra di bidang pertanian. Mereka mendekati Kohisora dan berjumpa dengan saya. Dari situ kami kumpulkan personel," kata dia.
Anggi menyebut, saat ini ada kurang-lebih 17 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) pertanian hidroponik yang aktif menjadi binaan Astra melalui YDBA Solo.
Ketujuh belas UMKM tersebut tersebar di berbagai daerah di Solo Raya. Selain di Kota Surakarta, ada pula di Karanganyar, Sragen, hingga Boyolali.
YDBA membina para pelaku UMKM hidroponik ini lewat berbagai program pelatihan dan pendampingan.
"Ada juga program terkait permodalan, tapi dalam hal ini YDBA hanya menjembatani, memfasilitasi untuk bertemu perbankan," kata Anggi.
Dia menilai, pelatihan dan pendampingan yang dilakukan YDBA sangat bermanfaat bagi dirinya dan para pengusaha hidroponik lain.
Oleh YDBA, pihaknya diberi keleluasaan memilih materi pelatihan sesuai kebutuhan.
"Kami lalu mendapat pelatihan teknik budi daya, pascapanen, perpajakan, pengemasan, peningkatan SDM, peningkatan mindset, manajemen keuangan, dan lain-lain," ujar dia.
Tak hanya itu, pakar-pakar yang dihadirkan YDBA juga melakukan pendampingan langsung di kebun.
Anggi mengatakan, sebelum mengenal YDBA, dirinya dan kawan-kawan melakukan produksi secara asal-asalan. Hasil tanam pun terbilang masih ala kadarnya.
"Dengan pelatihan dan pendampingan dari YDBA, akhirnya kami paham betul cara budidaya hidroponik yang baik. Tidak asal-asalan seperti dulu, menyemai sesuka hati," ucap dia.
YDBA juga melakukan fasilitasi pasar, antara lain lewat pameran-pameran, event kuliner, hingga Car-Free Day (CFD).
Kini, rutin setiap hari Minggu, komunitas hidroponik binaan Astra melalui YDBA Solo membuka lapak di CFD Jalan Slamet Riyadi menggunakan nama Wadah Sayur Indonesia.
YDBA juga membangun jalinan antar-UMKM hidroponik lewat pola hubungan yang kolaboratif dan saling membangun.
"Tujuan akhirnya, kami membuat market bersama. Sudah mulai dirintis. In syaa Allah tahun ini mulai launching. Saat ini tiap-tiap individu petani berkomitmen memperbaiki SOP (Standar Operasional Prosedur) masing-masing dulu. Supaya nanti kalau terwujud market bersama, suplai produksi sudah punya kualitas bagus," papar Anggi.
Dia menuturkan, pihaknya saat ini sudah melakukan pemetaan spesialisasi produk per wilayah untuk memaksimalkan konsep pasar bersama.
"Sekarang sudah mulai plotting, wilayah sana selada, di sini sawi-sawian. Jadi ketika ada market bersama, untuk selada ngambil di petani a, bayam di petani b, sawi di petani c, dan seterusnya. Hal ini akan membentuk karakter kelompok yang kuat, yang tidak lepas dari pendampingan YDBA," jelas Anggi.
Saat ini pun, secara pribadi Anggi punya kebun-kebun kecil binaan. Ada 20 kebun yang jadi mitra Anggi. Tiap-tiap pengelola kebun tersebut telah mendapat pelatihan dari Anggi, untuk kemudian hasil produksi mereka dijual melalui Aa818_Hydroponic.
Untuk diketahui, dalam pembinaan UMKM, YDBA punya sistem penjenjangan (levelling) yang ditentukan melalui asesmen tahunan. Jenjang terendah adalah Pemula dan yang tertinggi adalah UMKM Mandiri.
Dari seluruh UMKM hidroponik binaan Astra melalui YDBA Solo, menurut Anggi sudah banyak yang mencapai level UMKM Mandiri. Hanya beberapa yang belum karena masih tergolong rekrutan baru.
Aa818_Hydroponic milik Anggi sendiri pernah menjadi UMKM Mandiri Terbaik Kategori Pertanian 2023 serta UMKM Bidang Pertanian dengan Penerapan 5R (Budaya Kerja Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin) Terbaik Kedua Tahun 2024 versi YDBA.
Difasilitasi YDBA, Anggi tahun ini juga mengikuti kompetisi marketing tingkat nasional. Di mana dari 700-an peserta, dia berhasil lolos sampai 50 besar.
Komitmen YDBA Majukan UMKM
Koordinator YDBA Solo, Dimas Wahyu Ashary, menjelaskan bahwa "Pertanian dengan Nilai Tambah" memang merupakan satu di antara lima bidang UMKM yang jadi sasaran YDBA.
Selain pertanian dengan nilai tambah, ada pula bidang manufaktur, bengkel roda empat, kuliner, dan kerajinan.
"YDBA Solo berdiri pada 2019. Wilayah kerja kami meliputi Solo Raya, Salatiga, hingga Kendal. Sampai September 2023 ini, ada 94 UMKM aktif yang jadi binaan kami," kata dia saat ditemui TribunJateng.com di kantornya, Kamis (5/9/2024).
Dari jumlah tersebut, 21 antaranya merupakan UMKM pertanian hidroponik. Tujuh di antaranya berstatus UMKM Mandiri, delapan Pra Mandiri, dua Madya, dan empat Pemula.
Dia menjelaskan, YDBA memiliki sistem penjenjangan UMKM lewat program Asesmen Kemandirian UMKM.
Hal ini untuk mengukur sejauh mana UMKM telah menerapkan manajemen yang baik untuk mengembangkan bisnis.
Untuk UMKM kategori kecil dengan omzet maksimal Rp 15 miliar, kriteria yang ditetapkan adalah produksi, pemasaran, dan keuangan.
UMKM berstatus Pemula artinya masih perlu meningkatkan aspek Quality, Cost, dan Delivery (QCD). UMKM Madya sudah menunjukkan kemajuan manajemen, namun masih perlu meningkatkan kompetensi. UMKM Pra Mandiri sudah cukup mandiri dalam menjalankan usaha, namun masih perlu melakukan Operational Exellence. Adapun UMKM Mandiri dianggap sudah mandiri dalam menjalankan usaha dan mampu bersaing di pasar.
“Peningkatan level itu bisa dicapai lewat empat program kami untuk UMKM, yakni pelatihan, pendampingan, fasilitasi pasar, dan fasilitasi pembiayaan,” kata Dimas.
Ketua Pengurus YDBA Rahmat Samulo menyebut, pihaknya terus berkomitmen dalam pembinaan UMKM di Indonesia.
“Hal itu dilakukan dengan pendampingan intens, sehingga mampu mendorong UMKM untuk naik kelas dan mandiri. YDBA mendorong UMKM untuk memiliki mentalitas baik dan mampu menciptakan nilai tambah dalam bisnisnya,” ujar dia dalam siaran pers YDBA, Minggu (21/7/2024).
Rahmat menyebut, tahun ini Astra melalui YDBA tengah melakukan pembinaan kepada 1.328 UMKM aktif.(mzk)
Diresmikan Respati Ardi, Ini Sederet Fasilitas di Gedung Baru RS Hermina Solo |
![]() |
---|
Awalnya Dikira Barang Antik, Pria di Solo Kaget Temukan Granat Tangan Berusia 72 Tahun |
![]() |
---|
BREAKING NEWS, Tukang Rosok di Kampung Debegan Solo Temukan Granat Aktif |
![]() |
---|
Kisah Martin WNA Polandia Kehilangan Sepeda Patrol, Hendak Dijual Pelaku Seharga Rp8 Juta di Solo |
![]() |
---|
Kepala Sekolah SMA Pangudiluhur Santo Yosef: Mas Wapres Gibran Tak Pernah Sekolah di Sini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.