Banjir Rob di Semarang, Pekalongan, Demak Rugikan Rp 2,5 Triliun Per Tahun
Banjir rob di Semarang, Pekalongan, dan Demak menyebabkan kerugian Rp 2,5 triliun per tahun. PUPR terapkan teknologi Tide-Eye untuk pantau banjir.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Banjir rob yang melanda pesisir Kota Semarang, Pekalongan, dan Demak di Jawa Tengah terus menjadi masalah serius, dengan kerugian yang ditaksir mencapai Rp 2,5 triliun setiap tahunnya. Direktur Bina Teknik Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Muhammad Rizal, mengatakan bahwa tiga wilayah tersebut merupakan daerah terdampak terparah oleh banjir rob di Jawa Tengah.
"Kalau di Jawa paling parah rob memang di sekitar Semarang, Demak, dan Pekalongan," ungkap Rizal pada Rabu (2/10/2024), saat ditemui di Hotel Grand Candi, Semarang.
Banjir rob yang kerap terjadi di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa ini telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat, mengganggu aktivitas industri, dan merendam ribuan rumah warga. Rizal menambahkan bahwa pemerintah saat ini sedang melakukan berbagai langkah untuk menangani masalah banjir rob melalui pemanfaatan teknologi modern.
Teknologi Tide-Eye untuk Pantau Banjir Rob
Salah satu inovasi yang diapresiasi dalam upaya penanganan banjir rob adalah teknologi Tide-Eye. Teknologi ini menggabungkan Internet of Things (IoT), drone, dan Artificial Intelligence (AI) untuk memantau potensi banjir secara real-time. Sistem ini berfungsi sebagai early warning system (EWS) yang mampu memantau ketinggian air laut dan air di area permukiman sehingga membantu masyarakat mengantisipasi banjir lebih awal.
"Tide-Eye mengandalkan radar dan kamera untuk mendeteksi perubahan level permukaan air laut, baik di pantai maupun di area residensial," jelas Rizal.
Kerugian Ekonomi dan Dampak Sosial
Miftadi Sudja’i, Ketua Tim Riset Tide-Eye Indonesia, mengungkapkan bahwa kerugian yang diakibatkan banjir rob di tiga wilayah ini mencapai Rp 2,5 triliun per tahun. Banjir tersebut tidak hanya mengakibatkan kerusakan rumah, tetapi juga menghentikan aktivitas industri, memicu kemacetan, dan berdampak pada kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.
"Di Pekalongan, Semarang, dan Demak, kerugian akibat banjir rob mencapai Rp 2,5 triliun dalam setahun," ujar Miftadi.
Salah satu kejadian signifikan terjadi di Kaligawe, Semarang, di mana banjir besar merendam banyak rumah warga dan menyebabkan aktivitas industri lumpuh.
PUPR berharap teknologi seperti Tide-Eye dapat membantu memitigasi dampak banjir rob di masa depan dan memperkuat upaya pencegahan melalui deteksi dini. Pemerintah juga mendorong penggunaan teknologi ini tidak hanya di Semarang, tetapi juga di wilayah lain yang rentan terdampak banjir rob.
"Jadi sangat besar dampak yang dirasakan masyarakat," ucap Miftadi, menegaskan pentingnya inovasi dalam menghadapi ancaman banjir rob yang kian meningkat. (*)
Pemprov Jateng Dorong Koperasi Merah Putih Untuk Distribusi Pangan Murah |
![]() |
---|
Mengenal Jessie Karen-Carrisa Nathania yang Kompak Melantai Bersama Sedes di DBL Semarang 2025 |
![]() |
---|
Sosok Pelaku Pembakaran Pospol Simpang Lima Ternyata Pegawai Harian Lepas Pemkot Semarang |
![]() |
---|
BREAKING NEWS, Polisi Tangkap 2 Pelempar Bom Molotov Saat Demo Rusuh di Polda Jateng |
![]() |
---|
Dishub Kabupaten Semarang Punya Mobil Skylift Baru Harga Rp1,83 Miliar, yang Lama Sudah Tua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.