Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kuliner

Bukan Nasi Megono saja, Inilah Sega Bucu Tum Tum Kuliner Khas Wonosobo yang Juga Wajib Dicoba

Tidak hanya nasi megono saja, rupanya Wonosobo juga punya kuliner unik olahan nasi yakni bernama nasi atau sega bucu tum tum.

Penulis: Imah Masitoh | Editor: rival al manaf
Tribunjateng.com/Imah Masitoh
Warung kuliner sega bucu tum tum Bapak Tugimin berlokasi di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, kuliner khas Wonosobo yang wajib dicoba. Punya penyajian yang unik dengan dibungkus daun pisang dan cita rasa yang lezat. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Kuliner khas Wonosobo yang satu ini mungkin belum banyak dikenal masyarakat luas.

Tidak hanya nasi megono saja, rupanya Wonosobo juga punya kuliner unik olahan nasi yakni bernama nasi atau sega bucu tum tum.

Sega bucu tum tum merupakan nasi yang berisi sayuran khusus yang dibungkus menggunakan daun pisang.

Meski sama-sama olahan nasi dengan sayur, sega bucu tum tum berbeda dari nasi megono. Bukan hanya dari tampilannya saja yang berbeda, sega bucu tum tum yang dibungkus daun pisang saat memasaknya ini ternyata menghasilkan cita rasa yang khas.

Sega bucu tum tum banyak ditemui di wilayah Wonosobo bagian selatan atau sekitar Kecamatan Kaliwiro dan Wadaslintang.

Warung kuliner sega bucu tum tum Bapak Tugimin berlokasi di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, kuliner khas Wonosobo yang wajib dicoba. Punya penyajian yang unik dengan dibungkus daun pisang dan cita rasa yang lezat.
Warung kuliner sega bucu tum tum Bapak Tugimin berlokasi di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang, kuliner khas Wonosobo yang wajib dicoba. Punya penyajian yang unik dengan dibungkus daun pisang dan cita rasa yang lezat. (Tribunjateng.com/Imah Masitoh)

Salah satu warung yang terkenal menjual kuliner ini yakni sega bucu tum tum milik Bapak Tugimin yang berlokasi di Desa Panerusan, Kecamatan Wadaslintang.

Di warung sederhana miliknya, ia menjual sega bucu tum tum khas Wonosobo sejak tahun 2016 silam yang ramai setiap saat dari pagi hingga malam hari.

"Pengunjung berbeda-beda ada yang dari Dieng, Parakan, Temanggung. Warung ini ramai terlebih kalau weekend atau hari Sabtu Minggu," ungkap Tugimin.

Berada di jalur utama wisata Waduk Wadaslintang, banyak wisatawan dari luar Kota Wonosobo yang menyempatkan mampir di warungnya untuk bisa mencicipi sega bucu tum tum.

Suasana pedesaan begitu terasa saat berada di warung sega bucu tum tum milik Bapak Tugimin ini yang berada ditepi aliran sungai dan area persawahan yang masih asri.

Pembeli bebas mengambil sega bucu tum tum yang sudah disajikan di atas meja lengkap dengan sambal dan aneka gorengan seperti tempe kemul khas Wonosobo.

Harum khas sega bucu tum tum akan tercium saat dibuka dari bungkusan daun pisang yang masih hangat, terlebih saat nasi dan isian sayur diaduk hingga tercampur.

Rasa gurih dari sayur, bercampur dengan nasi yang dikukus dengan daun pisang ini begitu nikmat saat disantap terlebih saat pagi hari untuk sarapan.

Cara membuat sega bucu tum tum di warung Bapak Tugimin masih menggunakan tungku tradisional, yang dapur pengolahannya juga masih berada satu tempat dengan warung.

Pertama, beras dimasak seperti biasa hingga setengah matang. Setelah itu nasi setengah matang itu akan diletakan di atas daun pisang. Kemudian pada bagian tengah nasi akan diisi sayuran yang sudah dimasak sebelum dibungkus.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved