Berita Wonosobo
Tradisi Tenongan Wonosobo: Samsul Bawa Nasi Golong, Udang, Serundeng, dalam Tenong ke Makam Sikramat
Warga Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo masih melestarikan tradisi sadranan atau tenongan.
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO -- Warga Dusun Pagerotan, Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo masih melestarikan tradisi sadranan atau tenongan.
Tradisi sadranan di Dusun Pagerotan rutin dilaksanakan setiap rong lapan atau 70 hari sekali, pada hari Jumat Kliwon.
PADA Jumat (25/10) siang, warga Dusun Pagerotan berkumpul di kompleks makam leluhur setempat yang dikenal dengan nama makam Sikramat. Di tengah makam, berdiri bangunan cungkup, yang di dalamnya terdapat makam bertuliskan nama Kiai Sunan Puger.
Warga Pagerotan percaya, tokoh tersebut merupakan bangsawan Mataram yang menyingkir ke lereng Gunung Sindoro akibat konflik di keraton. Kiai Sunan Puger ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai orang yang babat alas atau membuka permukiman di Pagerotan
Sadranan kali ini bertepatan dengan merdi Dusun Pagerotan sehingga dibarengkan dengan berbagai rangkaian acara. Setiap kepala keluarga di Pagerotan datang ke makam dengan membawa tenong atau wadah yang berisi makanan. Setidaknya kurang lebih 300 tenong berisi makanan dijejer di pelataran makam tersebut. Dari wadah makanan bernama tenong itulah muncul sebutan tradisi tenongan.
Acara diawali dengan sambutan kepala Desa Pagerejo, dilanjutkan dengan doa bersama. Tradisi tenongan diakhiri dengan makan bersama-sama.
Pegiat sejarah Desa Pagerejo, Samsul Mudasim menjelaskan, tenong yang dibawa berisi berbagai macam isian makanan. "Isi makanan yang dibawa ada beberapa macam mulai dari nasi golong, udang, serundeng, dan sayuran," papar Samsul kepada Tribun Jateng.
Samsul menjelaskan, makanan-makanan itu wajib ada saat tradisi sadranan atau tenongan. Menurut dia, setiap makanan tersebut memiliki makna tertentu, dimulai dari nasi golong sebagai simbol persatuan. “Pada zaman penjajahan satu hal yang tidak terkalahkan adalah ketika saling merapatkan barisan dan tidak tercerai berai. Hal itu digambarkan seperti nasi golong,” jelas Samsul.
Adapun udang, menurut dia, melambangkan dari sebuah sikap, jika seseorang sudah berani akan sesuatu, jangan sekali-kali mundur seperti jalannya udang. “Sebaliknya, jika tidak berani, ya jangan berani melakukan tindakan sesuatu,” katanya.
Serundeng yang terbuat dari kelapa bermakna seseorang harus jadi orang berguna seperti tanaman kelapa yang multifungsi dari akar hingga buahnya. Terakhir, sayuran yang bermakna rasa syukur warga dari hasil bumi yang ditanam di desanya.
Tradisi sadranan secara umum mempunyai makna ungkapan rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang diberikan. Selain itu juga di dalamnya terkandung ajarkan untuk saling gotong-royong sehingga tercipta kebersamaan antarwarga.
Samsul mengungkapkan, tradisi sadranan digelar di kompleks makam Sikramat juga punya alasan tersendiri. Di Makam Sikramat ini terdapat sebuah makam yang sangat disegani masyarakat. Warga setempat percaya, salah satu makam di situ merupakan makam leluhur, yakni Mbah Sunan Puger atau Pangeran Sundoro, yang diyakini sebagai Sultan Hamengkubuwono 2.
"Kami anggap leluhur kami Mbah Sunan Puger, beliau orang sangat berjasa di Dusun Pagerotan, beliau berasal dari Keraton Yogyakarta. Beliau diberi nama Sundoro karena lahir dan menghabiskan masa kecilnya di lereng Gunung Sindoro," jelasnya.
Dia menambahkan, Mbah Sunan Puger merupakan orang yang berjasa dalam mengusir para penjajah serta mensyiarkan agama Islam di Pagerotan. "Beliau juga mewariskan kesenian dan budaya seperti kuda lumping, kesenian wayang, tari lengger, dan juga tradisi sadranan ini," imbuhnya. (ima)
Baca juga: Kapal Tim Monitoring KPK Terbalik di Perairan Bali
Baca juga: Kejagung Geledah Rumah Pejabat MA Makelar Kasus Vonis Bebas Ronald Tannur Temukan Uang Nyaris 1 T
Baca juga: Menteri Kabinet Merah Putih Jalani Retreat di Akmil, Bahlil Curhat Kerepotan Bangun Pagi
Baca juga: Doa Qunut Subuh, Lengkap dengan Latin, dan Keutamaannya
Apel Siaga Bencana di Wonosobo, Sinergi Hadapi Ancaman Longsor hingga Karhutla |
![]() |
---|
Peringatan BPN Wonosobo: Jangan Biarkan Tanah Nganggur! Manfaatkan Sesuai Peruntukan |
![]() |
---|
Gema Patas di Kelurahan Tawangsari Wonosobo, 507 Patok Tanah Warga Terpasang Tanpa Cekcok |
![]() |
---|
Warga Tawangsari Wonosobo Antusias Ikuti Gema Patas, 507 Patok Tanah Terpasang Tanpa Kendala |
![]() |
---|
Bendera One Piece Banyak Dicari, Pedagang Musiman di Wonosobo Pilih Tak Jual karena Risiko |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.