Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Cilacap

Ditanam di Lahan Marjinal, Dipanen Jadi Energi Bersih

Pengembangan biomassa PLN di Cilacap dikelola masyarakat dan didukung pemerintah dengan berbasis ekonomi kerakyatan

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
Tribunjateng/Mamdukh Adi Priyanto
Lahan percontohan tanaman energi jenis gamal yang digunakan sebagai biomassa cofiring PLTU Adipala, Cilacap. 

Dirinya optimis program ini dapat berkelanjutan dan mampu mendorong roda perekonomian bagi desanya. Ia juga membeberkan bahwa program ini terus menarik animo masyarakat sehingga tertarik untuk berpartisipasi.

Tanaman gamal sangat mudah dalam perawatan, tidak perlu banyak air untuk tumbuh subur. Perawatan rutin yang dilakukan petani penggarap lahan hanya membersihkan gulma di bawah pohon.

Untuk penanaman, kata Eko, tidak perlu benih baru, cukup batang atau ranting yang telah ditebang tinggal ditancapkan di tanah seperti halnya menanam singkong.

Ia juga menampik jika program cofiring batubara PLTU ini bakal membabat habis pohon. Pasalnya, yang ditebang hanya ranting atau cabang pohon, bukan batang besar. Tanaman akan tumbuh kembali setelah cabang atau ranting dipotong.

Di Kabupaten Cilacap, program ini telah sukses diimplementasikan dengan luas lahan 106 hektare. Lahan tersebut berada di Desa Kalijeruk, Kecamatan Kawunganten; Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan; dan di Kecamatan Jeruklegi.

Di Kalijeruk, total luas tanaman gamal yakni 13,82 hektare tersebar di tiga kelompok tani dan demplot di tanah kas Desa Kalijeruk. Dari tiga kelompok tani tersebut, terdapat sekitar 53 orang petanidengan jumlah tanaman sebanyak 38.541 batang pohon. Wadah kerja sama kelompok tani melalui BUMDes Kalijeruk.

Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Susilan menyebut program tanaman biomassa dengan pohon gamal atau glirisidae ditanam dalam radius 25-50 kilometer dari PLTU Bunton Adipala Cilacap. Hal ini untuk efisiensi dan memaksimalkan penghijauan di lahan kritis atau tidak produktif di sekitar pembangkit.

Selain itu, pemerintah daerah juga berencana bekerja sama dengan Perhutani. Rapat koordinasi sudah dilakukan dengan melibatkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Cilacap dan Perhutani untuk rencana pengembangan tanaman biomassa di Cilacap dengan menggunakan lahan Perhutani.

"Berdasarkan penelitian dari IPB, kandungan kalori kayu gamal hampir sama dengan batu bara. Penelitian telah dilakukan IPB," ucap Susilan.

Ekonomi Kerakyatan

Program co-firing atau substitusi batu bara dengan biomassa di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dinilai potensial dilakukan di wilayah Indonesia dan sekaligus berdampak positif pada perekonomian masyarakat.

Kepala Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (SBRC) IPB, Dr Meika Syahbana Rusli saat di Cilacap mengatakan, program co-firing biomassa pada PLTU memiliki dampak positif pada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Pemanfaatan biomassa sebagai substitusi batu bara di PLTU dinilai berdampak positif pada pengurangan emisi yang dihasilkan dari pembakaran batu bara.

Selain itu, pelaksanaan program co-firing biomassa dinilai cocok dilakukan di Indonesia, yang mana potensi lahan kering atau tidak produkfit terhitung cukup besar, termasuk di Cilacap.

"Lahan kering ini cocok ditanami untuk tanaman energi. Lahan kering ini masih banyak yang tidak produktif, masih banyak yang tumbuh alang-alang, rumput-rumputan atau pepohonan yang tidak dimanfaatkan," ucap Meika.

Meika mengungkapkan, selama ini pemanfaatan biomassa hanya bersumber dari limbah seperti dahan-dahan kering pepohonan yang tidak termanfaatkan ataupun dengan serbuk gergaji. Program hutan energi dinilai dapat menjadi solusi yang tepat untuk mendorong pemanfaatan biomassa dalam rangka mengejar target pengurangan emisi lewat program co-firing PLTU.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved