Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Kenaikan Harga Daging Ayam hingga Emas Jadi Biang Kerok Inflasi Jateng Oktober 2024

Kenaikan harga daging ayam hingga emas perhiasan menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Tengah .

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: raka f pujangga
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah
Pedagang ayam potong di Pasar Bulu Semarang tampak sedang menimbang dagangannya. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan harga daging ayam hingga emas perhiasan menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jawa Tengah pada bulan Oktober 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat, pada bulan tersebut, inflasi secara month to month (m-to-m) sebesar 0,19 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) sebesar 0,83 persen.

Daging ayam ras menjadi komoditas utama penyumbang inflasi dengan andil sebesar 0,05 persen.

Baca juga: Harga Bawang Merah Lebih Mahal Daripada Daging Ayam di Cilacap, Selisih Rp 16 Ribu

Kemudian disusul bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,04 persen; emas perhiasan andil 0,04 persen; bawang merah sebesar 0,04 persen; dan kopi bubuk dengan andil 0,01 persen.

"Penyumbang inflasi terbesar secara m-to-m pada Oktober 2024 yang pertama adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau, utamanya disebabkan oleh naiknya harga daging ayam ras dan bawang merah.

Kemudian kelompok perwatan pribadi dan jasa lainnya cukup tinggi, yaitu sebesar 0,76 persen disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan.

Lalu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, utamanya disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar rumah tangga," kata Kepala BPS Provinsi Jateng, Endang Tri Wahyuningsih pada pemaparan secara daring, Jumat (1/11/2024).

Emas Antam
Emas Antam (Tribun Jateng / Ruth Novita Lusiani)

Di sisi lain, penyumbang terbesar deflasi secara m-to-m bulan Oktober 2024 berasal dari kelompok transportasi. Endang menyebutkan, ini utamanya disebabkan oleh turunnya harga bensin.

Bensin memberikan andil sebesar -0,06 persen; kemudian cabai merah dengan andil -0,03 persen; kentang, daun bawang, serta angkutan udara masing-masing memberikan andil -0,01 persen.

"Memang bensin ini memberikan andil deflasi karena turunnya (harga) Pertamax, sehingga ini menghambat kenaikan inflasi di Jawa Tengah," tambahnya.

Inflasi secara Year on Year (y-on-y) Provinsi Jawa Tengah pada Oktober 2024 tercatat sebesar 1,60 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,18.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tegal sebesar 2,02 persen dengan IHK sebesar 106,83 dan terendah terjadi di Purwokerto sebesar 1,24 persen dengan IHK sebesar 105,30.

Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks sepuluh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,36 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,88 persen.

Baca juga: Harga Bawang Merah Lebih Mahal Daripada Daging Ayam di Cilacap, Selisih Rp 16 Ribu

Kemudian kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,18 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,88 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,40 persen; kelompok transportasi sebesar 0,06 persen.

Adapula kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,19 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,72 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,11 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,39 persen.

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,72 persen. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved