Berita Deli Serdang
Pengamat Militer : Serius Tangani Akar Masalah Soal Penyerang 33 Oknum TNI di Deli Serdang
Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berharap TNI lebih serius dalam menangani akar masalah
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Pengamat militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi berharap TNI lebih serius dalam menangani akar masalah jika bersinggungan dengan masyarakat.
Menurut Khairul, kasus kekerasan oleh personel TNI sering kali berakhir dengan penjelasan sama, yakni kesalahpahaman atau kelalaian dari prajurit yang terlibat.
"Namun, ini hanya mengulang pola yang membuat masyarakat justru merasa terancam. Saya merasa bahwa TNI perlu lebih serius dalam menangani akar masalah, bukan hanya menanggapi setelah insiden terjadi," kata Khairul, Senin (11/11/2024).
Khairul menyebutkan, dalam kasus kekerasan personel TNI seperti yang terjadi di Deli Serdang, selalu ada dinamika tertentu yang mendorong prajurit hingga akhirnya terlibat dalam tindakan kekerasan terhadap warga.
Ia menjelaskan, biasanya ada situasi pemicu yang menjadi titik awal ketegangan, lalu terjadi identifikasi massa, hingga kemudian para prajurit TNI merasakan peran sosial yang seolah menuntut mereka melakukan kekerasan sebagai sesuatu yang layak dan patut.
"Ketika faktor-faktor ini hadir, proses depersonalisasi kerap muncul—artinya prajurit mulai kehilangan pandangan personal terhadap target dan melihatnya sebagai ancaman kelompok," kata Khairul.
"Dalam kondisi ini, sering kali muncul peningkatan emosi, desensitisasi terhadap kekerasan, dan bahkan dehumanisasi terhadap target, yang bisa menyebabkan tindakan 'penghakiman' secara kolektif," imbuh dia.
Main Hakim Sendiri
Khairul mengatakan, fenomena ini mirip dengan kecenderungan masyarakat yang secara impulsif main hakim sendiri ketika mendapati seorang pelaku kriminal tertangkap basah.
Namun, menurut dia, TNI perlu memerhatikan satu hal untuk membedakan suatu tindakan prajurit yang dianggap heroik dan yang dianggap gegabah. "Inilah yang menjadi batas atau ambang etis dalam pelaksanaan tugas seorang aparat negara," kata Khairul.
"Seharusnya, prajurit TNI yang sudah ditempa melalui pendidikan dan latihan, memiliki ketahanan mental serta integritas yang cukup untuk tidak mudah dipengaruhi oleh situasi apapun, apalagi sampai bertindak berlebihan," ujar dia.
Oleh karena itu, Khairul berpendapat bahwa proses seleksi yang ketat dalam rekrutmen prajurit TNI menjadi hal amat penting, dengan mencantumkan tes mental dan psikologi dalam proses seleksi.
Namun, ia tidak memungkiri bahwa seiring waktu kondisi moral dan mental prajurit setelah pendidikan tidak selalu tetap sama.
"Lingkungan kedinasan, pergaulan, dan dinamika pengasuhan senior memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku prajurit sehari-hari. Intensitas pengawasan dan keteladanan pimpinan juga memainkan peran penting," kata Khairul. (kompas.com)
Baca juga: Panglima: 33 Prajurit Armed Deli Serdang Jalani Pemeriksaan Buntut Penyerangan, Ini Penyebabnya
Baca juga: Kapolri Bakal Pecat Polisi yang Minta Uang Damai Kasus Guru Supriyani
Baca juga: Hari Ini Prabowo Bertemu Joe Biden, Presiden RI Tiba di Amerika setelah Terbang dari Beijing
Baca juga: Kisah Tio dan 7 Anggota Keluarga Selamat dari Laka di Tol Cipularang KM 92, Kondisi Mobil Ringsek
Jasad Sopir Korban Longsor Sibolangit Ditemukan Sejauh 15 Kilometer dari Lokasi Kejadian |
![]() |
---|
Korban Tewas Longsor Sibolangit Jadi Sembilan Orang |
![]() |
---|
Banjir Bandang Tewaskan Empat Orang di Deli Serdang |
![]() |
---|
Panglima: 33 Prajurit Armed Deli Serdang Jalani Pemeriksaan Buntut Penyerangan, Ini Penyebabnya |
![]() |
---|
Balita Deli Serdang Dibawa Kabur Tetangga Ditemukan di Agam Sumbar: Pelajaran Penting Bagi Orangtua |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.