Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UMKM

Perjuangan Supriyanti Sulap Nasi Jagung Jadi Makanan Berkelas yang Mendunia

Nasi jagung menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Choirul Muzaki
Pekerja menyortir bahan nasi jagung (loyang) sebelum dilakukan pengemasan di rumah produksi Gubug Eva Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Sabtu (30/11/2024) 

TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Nasi jagung menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit ditanami padi. 

Namun seiring perkembangan zaman, jenis pangan ini mulai susah ditemui. Masyarakat lebih familiar dengan nasi dari beras padi. 

Parahnya, pangan lokal nonberas seperti jagung dan singkong kerap mendapat stereotip, serta dianggap makanan kelas dua yang identik dengan kemiskinan. 

Persepsi inilah yang coba ditepis Supriyanti, pelaku usaha UMKM yang memproduksi nasi jagung di Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara

Lewat usahanya dengan brand Loyangku Gubug Eva, Supriyanti berhasil menyulap pangan tradisional jagung menjadi makanan berkelas. 

Di desanya yang tak teraliri irigasi, jagung menjadi komoditas utama petani. Supriyanti tak ingin menyiakan potensi ini. 

Jagung yang murah saat dijual mentah, akan lebih bernilai jika diolah. Pemasaran nasi jagung pun tak susah karena menjadi sumber pangan di luar beras.

"Dari SMP saya sudah jualan. Kemudian SMA, sampai sekarang. Awalnya saya jual nasi jagung (loyang) ke pasar," katanya saat ditemui di rumah, Sabtu (30/11/2024) 

Meski laku di pasaran desa, Supriyanti tak puas di situ saja. Ia ingin produk nasi jagungnya diterima masyarakat kota. 

Tahun 2022, ia mencoba membidik pasar yang beda. Di situ kreativitasnya menyala. 
Ia mempelajari selera pasar masyarakat modern yang cenderung menyukai makanan cepat saji. 

Sementara nasi jagung yang biasa dijual selama ini, masih harus melalui proses atau dimasak dulu agar bisa dinikmati. 

Supriyanti pun menjajal memproduksi nasi jagung yang lebih praktis untuk dikonsumsi. 
Ia melakukan trial (uji coba) berkali-kali sampai menghasilkan produk bermutu tinggi. 

Dari produk kemasannya yang elegan, bahan nasi jagung tidak harus dimasak dahulu untuk bisa dinikmati. 

Pelanggan cukup menyeduhnya dengan air, lalu mencampurnya dengan bumbu dan taburan teri atau abon yang ada dalam kemasan. 

Tak disangka, kehadiran produk inovatifnya ini ternyata mendapat respon positif dari konsumen. 

Supriyanti berhasil memperluas jangkauan pasar, khususnya kalangan menengah ke atas. 

Produknya berhasil memenuhi kebutuhan konsumen yang enggan repot untuk bisa menikmati lezatnya nasi jagung. 

"Orang sekarang itu sukanya fast food. Kita bikin juga tampilannya yang kekinian," katanya

Sempat Terkendala Modal

Supriyanti menunjukkan produk nasi jagung instan di rumah produksinya, Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Sabtu (30/11/2024)
Supriyanti menunjukkan produk nasi jagung instan di rumah produksinya, Desa Pucungbedug, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara, Sabtu (30/11/2024) (Tribun Jateng/ Choirul Muzaki)

 

Kesuksesan Supriyanti saat ini adalah buah perjuangan panjang. Sebagaimana pelaku usaha lain, ia sempat jatuh bangun dalam merintis bisnis rumahan. 

Tahun 2018, usahanya tengah berkembang. Permintaan produk olahan di tempatnya meningkat signifikan.  Sayang saat itu ia terkendala modal.  Supriyanti tak punya banyak uang untuk menyambut peluang. 

Ia akhirnya mencari akses permodalan ke bank. Ia mengajukan pinjaman ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). 

KUR adalah program pembiayaan modal untuk pelaku UMKM.  Tidak sulit bagi pelaku usaha seperti Supriyanti untuk mengajukan pinjaman. 

Ia memang layak mendapatkan program pembiayaan tersebut.

"Karena saya memang asli ada kegiatan usaha, UMKM, jadi mengajukan mudah," katanya

Akses modal itu cukup membantu untuk membangkitkan usahanya. Ia bisa membeli bahan baku lebih banyak untuk meningkatkan kapasitas produksinya. 

Usaha Supriyanti nyatanya terus berkembang. Pelanggannya terus bertambah.  Nasi jagung buatannya kini bahkan sudah merambah pasar mancanegara. 

Ia biasa melayani permintaan nasi jagung dari Hongkong, Korea dan Singapura lewat diaspora maupun warga lokal di sana. 

Mereka telah merasakan manfaat pangan lokal hingga ketagihan. 

Di tengah usahanya yang terus berkembang, Supriyanti kini kembali mengajukan program KUR untuk meningkatkan modal. 

"Karena yang kemarin sudah lunas, saya mengajukan kembali untuk modal. Saya mengambil yang ringan,"katanya

Berdayakan Warga

Di salah satu ruang kamar rumah Supriyanti, tampak seorang perempuan muda luwes bicara. 

Gadis itu tidak sedang bercengkerama dengan sebaya. Ia rupanya tengah melakukan promosi langsung (Live) di salah satu platform belanja online. 

Di hadapannya terpajang beberapa produk nasi jagung dengan berbagai varian. Ia wasis menawarkan produk dan melayani interaksi dengan pelanggan. 

Meski jualan produk pedesaan, Supriyanti percaya diri mengikuti tren digital marketing yang sedang berkembang. 

Di ruang lain, seorang pekerja wanita sibuk menyortir bahan nasi jagung sebelum dilakukan pengemasan.  Mereka adalah para pekerja yang membantu kegiatan usaha Supriyanti. 

Dari usahanya yang terus berkembang, Supriyanti saat ini telah merekrut 8 karyawan. Supriyanti bukan hanya berhasil membangun bisnis untuk keluarganya, namun juga memberdayakan warga sekitar. 

"Yang mendaftar karyawan sebenarnya ada dari luar, cuma kita utamakan warga sekitar sini," katanya.

Dalam sepekan, Supriyanti bisa memproduksi rata-rata 1 kuintal nasi jagung untuk dipasarkan. Satu pieces nasi jagung kemasan 60 gram dijual ecer seharga Rp 15 ribu. 

Selain menerima pesanan langsung, produknya bisa ditemukan di minimarket dan supermarket kota Banjarnegara

Di lain sisi, Supriyanti mengakui nasi jagung masih kalah populer dengan nasi beras. 
Baginya ini menjadi tantangan tersendiri.

Masyarakat belum sepenuhnya teredukasi soal keunggulan pangan lokal ini. 

Padahal nasi jagung punya banyak kelebihan yang bagus untuk kesehatan dan pemenuhan gizi. 

Pangan lokal itu memiliki tinggi serat, rendah kalori, serta Indeks glikemik rendah sehingga bagus untuk penderita diabetes maupun diet. 

Supriyanti mengklaim misinya bukan bisnis semata. Ia tak ingin pangan lokal yang kaya gizi ini punah tinggal nama. 

Sembari jualan, Supriyanti ingin mengenalkan produk pangan lokal ke konsumen, khususnya generasi muda. 

Wajar Supriyanti diganjar penghargaan tingkat nasional baru-baru ini. Ia berhasil memenangkan UKM Pangan Award 2024 pada Kategori Khusus yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan, Oktober 2024 lalu. 

Gubug Eva adalah satu dari puluhan ribu UMKM yang menopang perekonomian warga Banjarnegara. Terlebih di Kota Dawet Ayu ini tidak banyak industri besar atau skala perusahaan. 

Ketangguhan UMKM dalam teruji saat Pandemi Covid 19 lalu. Banyak UMKM yang mampu bertahan di tengah guncangan ekonomi karena pandemi. 

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kabupaten Banjarnegara Adi Cahyono menyampaikan, data terakhir pihaknya menunjukkan, terdapat sekitar 40 ribu UMKM di Kabupaten Banjarnegara.

Adi mengakui keterbatasan modal menjadi salah satu kendala bagi para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya. 

Pemerintah sudah bekerjasama dengan lembaga keuangan semisal Bank untuk mempermudah akses permodalan bagi UMKM. Baik dengan agunan atau tanpa agunan dengan bunga terendah. 

Misalnya melalui skema program pembiayaan KUR. 

"Kita juga kerjasama dengan perusahaan melalui CSR untuk pengembangan UMKM, " katanya 

Namun modal saja tak cukup bagi pelaku UMKM untuk bisa memajukan usahanya. Peningkatan kapasitas atau SDM juga mutlak dibutuhkan. 

Karena itu, pihaknya terus melakukan pembinaan terhadap para pelaku UMKM agar bisa berkembang dan ikut berkontribusi terhadap pembangunan. 

Di antaranya melalui pelatihan atau peningkatan kapasitas pelaku UMKM untuk menunjang kegiatan usahanya. 

"Kita adakan pelatihan-pelatihan untuk UMKM," katanya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved