Readers Note
Kebaikan yang Dirasakan Banyak Orang
Pilihan hidup paling bawah kehidupan dengan menjadi orang miskin dan bergaul dengan orang-orang sederhana menjadi inkarnasi sempurna Putera Allah
Kebaikan yang Dirasakan Banyak Orang
Oleh Paulus Mujiran, SSos, MSi
Ketua Pelaksana Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata Semarang
KELAHIRAN bayi Yesus di kandang Betlekhem yang diperingati umat kristiani setiap tanggal 25 Desember adalah momen penebusan kepada manusia yang hampa. Dosa menyebabkan manusia kehilangan muka di hadapan Allah. Ia yang adalah Putra Allah menghambakan diri-Nya dengan menjadi manusia dan tinggal diantara manusia (lihat Filipi 2 : 1-11). Ia rela tinggal dalam rahim perempuan desa yang sederhana bernama Maria dan ber ayah seorang tukang kayu miskin. Bahkan kelahiran-Nya pun tidak di kemegahan istana kerajaan melainkan di kandang domba ditemani para gembala.
Pilihan hidup yang paling bawah kehidupan dengan menjadi orang miskin dan bergaul dengan orang-orang sederhana menjadi inkarnasi sempurna Putera Allah. Yesus ingin merasakan sendiri betapa gelapnya kedosaan dan terputusnya harapan. Itulah cekat dosa karena kemalangan dan ketidakberdayaan. Itulah dosa yang membuat orang tidak diperhitungkan oleh Allah dan manusia. Ia pun bergaul dengan perempuan-perempuan pelacur, pemungut cukai, dan orang-orang sakit yang selalu dikaitkan dengan kedosaan.
Tentu suasana malam kelahiran Yesus 2000 tahun silam paradoks dengan kelahiran bayi di abad modern ini. Kini bayi lahir biasanya di rumah sakit yang bagus, tersedia alat-alat kedokteran canggih. Bahkan tersedia banyak pilihan untuk melahirkan. Mau melahirkan normal, cesar, vakum semua tersedia dengan didampingi dokter-dokter ganteng dan perawat cantik nan pengalaman.
Yesus memilih menjadi manusia miskin karena dengan cara itu karya Allah lebih mampu menyelami kehidupan manusia dalam gelimang kabut dosa. Itulah paradoks dosa yang digambarkan dengan penderitaan dan kegelapan. Orang miskin sangat terbuka terhadap rencana keselamatan Allah. Dengan segala keterbatasan dan kekurangannya orang miskin lebih mudah mendekatkan diri kepada Allah dan menyandarkan diri pada pertolongan Allah.
Yesus ingin memberikan contoh kepada kita solidaritas paling nyata kepada bangsa-bangsa manusia yang dirundung karena dosa. Yesus ingin menunjukkan kepada bangsa manusia hidup dalam dosa itu tidak enak, penuh penderitaan, sengsara, kehilangan harapan dan terputusnya relasi dengan Allah.
Dosa manusia telah menyebabkan kehancuran. Dosa manusia menyebabkan hidup manusia dalam kehampaan tanpa makna. Dosa manusia menjadi penyebab utama karya-karya Allah tidak dapat berjalan dan berperan dalam diri seseorang. Karena itu, Allah sendiri mengambil inisiatif menyelamatkan manusia. Ini menjadi bukti betapa pentingnya nilai manusia di hadapan Allah.
Paus Benedictus XVI dalam surat apostolik Porta Fidei tahun 2012 lalu menyatakan banyak orang beriman mulai kabur dalam menghayati makna hidup sebagai umat beriman. Akibatnya, mereka kehilangan pegangan siapa Tuhan. Oleh alasan-alasan yang sepele seperti pindah pekerjaan, karier, demi jodoh, ekonomi atau kemudahan hidup orang meninggalkan iman.
Oleh karena itu, Natal memberikan pesan. Pertama, tindakan Allah yang mengutus Putra-Nya sendiri ke tengah-tengah dunia yang dirundung dosa adalah tindakan solidaritas paling nyata dan mendasar. Dahulu Allah mengutus para nabi tetapi kini datang sendiri dan hidup bersama dengan manusia, mengalami penderitaan, penolakan dari manusia hingga akhirnya dibunuh di atas kayu salib yang hina. Semua itu memiliki pesan bahwa Allah sendiri yang menghendaki manusia selamat.
Ia sendiri hadir dalam prakarsa karya penyelamatan. Allah sudah membuka diri untuk bekerjasama dengan manusia dalam mencapai keselamatan. Betapa besar perhatian dan cinta kasih Allah kepada bangsa manusia yang merelakan Putra-Nya bersahabat dengan kedosaan manusia. Manusia disediakan pilihan mau hidup selamat atau gagal total sangat tergantung bagaimana menerima rahmat penebusan yang dibawakan oleh Yesus.
Kedua, perlunya pertobatan. Yohanes mendefinisikan apa artinya bertobat, “Jangan merampas dan jangan memeras,dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu!” (lihat Lukas 3: 14). Ketika orang lain mengembangkan budaya korupsi, bagaimana kita mengembangkan budaya hidup jujur.
Ketiga, mempraktekkan solidaritas Allah itu dengan tindakan nyata berbagi kepada orang lain yang miskin dan menderita kekurangan. Natal mengajak kita untuk berbuat kasih kepada sanak saudara kita yang kekurangan, miskin dan terlantar. Membagi segala kelebihan dengan memberikan kepada orang yang tidak berpunya.
Merayakan Natal adalah merayakan tindakan Allah. Tindakan itu menuntut kita untuk berbuat sesuatu bagi sesama yang dapat dirasakan banyak orang. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.