Berita Slawi
Kisah Hari Nurdiansyah Produksi Miniatur Pesawat Dari Limbah Kayu di Tegal
Suddha Art and RC, UMKM yang menyediakan produk kerajinan kayu dengan harga terjangkau.
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Bagi masyarakat Kabupaten Tegal dan sekitarnya yang mencari produk UMKM berupa kerajinan kayu dengan harga terjangkau, Suddha Art and RC mungkin bisa jadi rekomendasi karena koleksinya juga tergolong lengkap.
Berlokasi di RT 09/RW 02, Desa Cangkring, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Suddha Art and RC menawarkan produk kerajinan tangan seperti gelas, sendok, garpu, jam dinding, miniatur naga, bebek, harimau, tempat korek gas berbentuk binatang, asbak, pulpen, diorama atau miniatur tiga dimensi, bahkan miniatur pesawat juga tersedia.
Adapun yang menarik, pembuatan kerajinan tangan di Suddha Art and RC semuanya menggunakan bahan dasar limbah kayu dan styrofoam.
Baca juga: Kisah Inspiratif Gus Rosyid Bikin Kerajinan Gaun Hingga Laris Manis saat Tahun Baru, Pernah Ditipu
Siapa sangka? Dari bahan dasar kayu dan styrofoam bekas tapi melalui tangan dingin Hari Nurdiansyah bisa berubah menjadi karya yang menakjubkan.
Bahkan Hari bisa membuat patung hewan berbagai ukuran ataupun patung lainnya, termasuk miniatur pesawat dengan memanfaatkan limbah kayu dan styrofoam.
Ditemui Tribunjateng.com di rumahnya sekaligus tempat usaha yang diberi nama Suddha Art and RC pada Jumat (17/1/2025), Hari bercerita ia mulai merintis usaha di bidang kerajinan tangan sejak akhir tahun 2013 lalu tepatnya setelah memutuskan untuk berhenti bekerja.
Setelahnya Hari belajar secara otodidak membuat kerajinan dari bahan dasar limbah kayu yang banyak ditemui di sekitar tempat tinggalnya.
Pertama kali, Hari belajar membuat figur atau miniatur harimau menggunakan limbah kayu jati dan mahoni.
Hari belajar sendiri dengan melihat bagaimana cara memahat kayu yang baik dan benar, supaya menghasilkan karya yang bagus sampai akhirnya berhasil.
Sementara nama Suddha sendiri berasal dari Bahasa Sanskerta yang artinya memberikan cahaya.

"Saya awal mula merintis Suddha Art itu setelah memutuskan keluar dari perusahaan tempat kerja sebelumnya. Kemudian tahun 2014 mulai membuka outlet sendiri di Subang, Jawa Barat, sampai tahun 2018 tetap eksis dengan memanfaatkan limbah kayu dan styrofoam. Singkatnya saya menikah dengan orang Tegal dan bertepatan pandemi Covid-19 melanda. Akhirnya saya pindah ke Tegal dan merintis dari 0 usaha kerajinan tangan ini. Namun untuk outlet yang di Subang masih tetap buka dibantu karyawan," ungkap Hari, pada Tribunjateng.com.
Merintis usaha kerajinan di Desa Cangkring, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal sekitar tahun 2019 lalu dan bertahan sampai sekarang, Hari mengaku mengerjakan semuanya seorang diri tanpa dibantu karyawan.
Namun untuk Suddha Art yang di Subang, Hari dibantu 16 karyawan yang mayoritas berasal dari anak jalanan dan orang yang membutuhkan pekerjaan.
Dari 16 karyawan, empat orang di antaranya sudah berhasil membuka usaha sendiri di bidang yang sama yaitu kerajinan tangan.
Bahkan untuk cabang utama di Subang, Hari memiliki dua lokasi yaitu tempat khusus untuk produksi dan satu lagi outlet jualannya.
"Selain beberapa produk yang sudah saya sebutkan sebelumnya, saya juga menerima pesanan seperti sketsa bakar ataupun sketsa dari piring. Ada juga yang meminta dibuatkan miniatur pesawat yang bahan dasarnya dari limbah styrofoam bekas boks buah. Ada juga kolektor yang memesan diorama perang dan masih banyak lagi," jelas Hari.
Pria 44 tahun ini pun mengakui bahwa pangsa pasar di Tegal cukup fluktuatif (tidak menentu).
Namun rata-rata dalam satu bulan untuk sendok ataupun garpu dari kayu bisa memproduksi sampai 500 pcs.
Sedangkan untuk gelas kayu produksi per bulannya bisa 300an pcs bergantung pemesanan.
Untuk pemasaran selain di Tegal dan sekitarnya, Suddha Art and RC juga merambah ke Yogyakarta, Bali, NTT, dan terjauh ke Papua.
Berbicara proses produksi, dikatakan Hari lama waktunya bergantung jenis yang dibuat dan ukurannya.
Seperti sendok dan garpu, dari proses awal masih limbah kayu sampai siap jual hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan menghasilkan 20 pcs.
Sedangkan untuk relief Naga karena proses cukup rumit seperti membuat sketsa terlebih dahulu, kemudian diaplikasikan ke limbah kayu, diukir sampai jadi dan siap jual paling tidak membutuhkan waktu 4-5 jam.
"Untuk harga jual yang kami tawarkan cukup bervariasi bergantung ukuran, kesulitan dan jenis produknya. Tapi kisarannya ya mulai ribuan sampai jutaan," kata Hari.
Seperti relief naga air ukuran 1 meter, sambung Hari, dijual Rp 300 ribu-Rp 400 ribu.
Semisal ukuran 2 meter harga bisa sampai Rp 700 ribuan.
Sementara sendok harga Rp 2.500 per pcs, gelas dari kayu mahoni harga Rp 50 ribu per pcs dan dari kayu jati Rp 80 ribu per pcs.
Kemudian untuk produk jam dinding dari kayu bervariasi, kisarannya Rp 65 ribu per pcs.
Baca juga: Sulis Ubah Limbah Serat Aren Jadi Kerajinan Laris di Facebook
Produk diorama harga mulai Rp 400 ribu sampai paling mahal Rp 2 juta.
Hari mengatakan, penjualan di tempatnya tidak harus dalam jumlah banyak melainkan satuan juga tetap dilayani atau diperbolehkan.
"Paling mahal di tempat saya itu miniatur pesawat karena yang belum lengkap dengan elektriknya saja harga Rp 500 ribu. Itu untuk ukuran panjang badan pesawat 90 cm dan lebar sayap kurang lebih 1 meter," terang Hari. (dta)
Gobak Sodor: Permainan Tradisional yang Bangkitkan Nostalgia di Kalangan Pelajar Tegal |
![]() |
---|
Cerita Mantan Sekda yang Saat Ini Geluti Budidaya Ikan, Dulu Pegang Stetoskop Sekarang Ph Meter Air |
![]() |
---|
620 Pelajar di Kabupaten Tegal Ikuti Lomba Permainan Tradisional Estafet Egrang dan Gobak Sodor |
![]() |
---|
Batik Custom Sesuai Selera di Galeri Petik Tegal, Motif Kemerdekaan, Kapal Sampai Kucing |
![]() |
---|
Galeri Petik Tegal Ciptakan Batik Motif Pesawat Hingga Tengkorak Sesuai Permintaan Konsumen |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.